Elisabeth's P.O.V
Satu minggu telah berjalan semenjak terakhir kali aku melihat Harry. Jika kalian berpikir aku akan membolos sekolah, kalian salah besar. El dan Monic memaksaku untuk masuk sekolah. Dan Harry telah menghilang selama satu minggu ini.
Aku sangat merindukannya. Aku memang bodoh sewaktu menyuruhnya untuk menjauhiku. Urgh! Kenapa jadi begitu rumit?!
Aku melihat Zayn beberapa kali disekolah tapi ia terlihat sedang menghindariku. Setiap kali aku mencoba berbicara dengannya, ia akan berkata 'aku tidak bisa berbicara sekarang.' atau 'aku sedang sibuk.' Semenjak kejadian itu, semua terasa begitu menyebalkan.
Aku melihat jam diponselku.
21.30
Wow. Aku sudah berada didepan laptop ini selama berjam-jam. Sungguh, semenjak Harry menjauhiku aku merasa sebagian diriku menghilang. Aku seperti orang tersesat yang tidak mengenal arah.
Karena Mike dan Sara tidak kunjung pulang, aku memutuskan untuk mencari udara segar.
Aku penasaran selama ini Harry pergi kemana. Apa ia pindah rumah? Tidak baik untuknya jika terus menerus bolos seperti ini. Ditambah lagi ia masih menjadi partner kelompokku. Sejauh ini, kami masih belum melakukan apapun untuk tugas itu dan setahuku tugasnya akan dikumpul minggu depan.
Aku tersadar dari pikiranku ketika mendengar suara pria yang bergema di gang yang hendak kulewati.
"Kita bertemu lagi Styles."
Jantungku berhenti berdetak selama beberapa detik. Styles? Apakah ia Harry Styles?
Aku segera bersembunyi dibelakang tembok dan menguping pembicaraan mereka.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Harry dengan suara beratnya.
Ugh, suara itu membuatku meleleh.
"Kau belum memberikan uangnya padaku."
Uang?
"Aku tidak akan memberikannya." Ucap Harry.
Aku menunggu respon pria yang sedang berbicara dengan Harry, tapi aku tidak mendengar apapun. Aku mengintip dari tembok, dan kulihat Harry terbaring dilantai dan sedang berusaha untuk bangun. Ia berdiri dengan goyah. Apa ia sedang mabuk? Walaupun dalam kegelapan, aku dapat melihat darah yang mengalir keluar dari hidungnya. Pria itu berjalan mendekati Harry dan kuyakin ia akan memukul Harry lagi. Aku berlari kearah mereka.
"Elisabeth?"
"Apa itu pacarmy Styles? Dia datang menyelamatkanmu?" Pria itu tertawa terbahak-bahak. Aku memutar bola mataku melihat pria itu.
"Pergilah Lis." Ucap Harry mendorongku untuk menjauhinya.
"Tidak." Ucapku singkat.
"Kau melakukannya dengan baik Styles. Dia cukup seksi. Apa kau mau bermain denganku sayang? Kupastikan aku akan bersenang-senang." Senyumnya.
Sungguh, keparat ini begitu menjengkelkan. Kurasakan tanganku menjadi lengket. Oh, aku menamparnya. Bagus.
"Kau membutuhkan seorang wanita untuk melawanku?" Pria itu tertawa lagi.
Sungguh dia sangat menyebalkan. Aku menendang tepat di 'miliknya'. Dia meringis kesakitan menangis sambil merutuki diriku.
Aku mengambil tangan Harry dan berlari menjauhi keparat itu. Ketika aku sampai rumah, aku membawanya ke kamar mandi di kamarku. Aku membalikkan badanku sehingga aku dapat melihatnya dengan jelas.
"Apa yang akan kau lak-" ucapnya namun terpotong oleh ucapanku.
"Duduk." Aku menaruh kedua tanganku dibahunya. Dengan cepat aku mengambil kotak obat dan mengeluarkan kapas. Aku mulai mengobati hidungnya yang berdarah.
"Kenapa kau melakukan ini?" Tanyanya.
"Melakukan apa?" Aku tidak tahu harus membalas apa. Kenapa juga aku mengobatinya?
"Kenapa kau menolongku dan mengobatiku?" Kupikir kau membenciku dan tidak mau bertemu denganku lagi." Jelasnya.
Aku berhenti mengelap darahnya dan berdiri.
"Kau terluka." Jawabku singkat.
"Apa kau menciumnya lagi?" Tanyanya mengganti topik.
"Apa?" Apa yang dimaksudnya Zayn? Dia ikut berdiri dan menatapku.
"Apa kau masih mencium Zayn?"
"Kenapa kau berpikiran aku akan menciumnya lagi?"
"Karena waktu itu kau bilang kau akan melakukannya lagi." Ia menunduk.
"Kenapa kau peduli?" Tanyaku.
"Karena aku tidak mau kau terluka." Bisiknya.
"Terluka? Harry, orang yang membuatku terluka yaitu kau! Aku baru saja bertemu denganmu beberapa minggu dan apakah kau tahu seberapa banyak aku menangis karenamu?"
"Aku membuatmu menangis?" Tanyanya terkejut.
Aku mengganguk pelan.
"Aku minta maaf Lisa. Sangat minta maaf." Ia berjalan mendekatiku.
"Kau sangat membingungkan Harry. Kau membuatku menjadi gila."
"Kau tidak akan menjadi gila Lis. Aku ingin melindungimu dan aku tidak bisa melakukannya apabila kau terus mencium Zayn dan orang semacamnya." Jelasnya.
Kata-katanya membuat kupu-kupu kembali berterbangan diperutku.
"Orang semacamnya? Bukankah kau juga termasuk?" Tanyaku tersenyum.
Dia tersenyum kecil menunjukkan lesung pipinya.
"Aku tidak akan melukaimu Elisabeth." Bisiknya melingkarkan tangan kekarnya dipinggangku memberiku pelukan erat.
Damn! I missed him so much.
"Aku tahu itu." Bisikku sambil memeluknya erat.
HAI SORRY FOR LATE UPDATE :"( AND SORRY FOR THIS BAD CHAPTER. NEXT CHAPTER BAKALAN BANYAK ROMANSANYA HAREL KOK :) SO WDYT. NEXT OR NAH? GIVE ME YOUR FEEDBACKS! AND FOR SIDERS, PLEASE SHOW YOURSELF (:
XX.
KAMU SEDANG MEMBACA
gotta be you // h.s
RandomKehidupan sempurna Elisabeth Branlyn hancur ketika kedua orang tuanya meninggal dunia. Karena kejadian itu, membuat ia harus memulai segalanya dari awal. Tinggal bersama keluarga kecil kakaknya dan memasuki sekolah baru untuk tahun terakhirnya di Hi...