Elisabeth's P.O.V
Setelah makan siang perasaanku semakin membaik. Monica dan El berusaha untuk menghiburku. Lou dan aku baik-baik saja. Kami memutuskan untuk tidak mengungkit hal yang terjadi pagi ini. Tidak ada yang bertanya padaku tentang hal yang terjadi dan itu merupakan hal yang sangat baik.
Berbicara tentang pagi ini, aku belum melihat Harry lagi. Mungkin itu adalah hal baik, tapi dalam diriku ingin sekali menemui dirinya. Aku merasa bersalah karena bersikap sarkas dengannya tadi pagi. Tapi dia melukai hatiku, dia mengataiku jalang tak berguna yang mencari perhatian!
Sisa-sisa jam pelajaran sekolah berjalan dengan baik, kurasa. Sekarang adalah pelajaran sejarah, yang merupakan pelajaran terakhir.
Aku tidak sabar untuk segera pulang dan tidur. Semua yang terjadi pagi tadi membuatku lelah. Apa aku harus berbicara kepada Mike kalau Mum dan Dad berbicara padaku tadi pagi? Tapi kemungkinan dia akan berpikir aku kehilangan akal sehat.
Aku berjalan menuju kelas sejarah dan aku melihat Zayn dikelas sedang duduk dibarisan kedua dari belakang. Aku tersenyum dan melambaikan tanganku dan dia juga melakukan hal yang sama. Aku berjalan melewati dia dan duduk dibelakangnya.
"Hei Lis," Zayn memutarkan badannya.
"Helo Zayn." Senyumku.
"Hey Zayn!'" Seorang pria berambut coklat menghampiri kami dan duduk disebelah Zayn.
"What's up Dave." Ucap Zayn. Pria bernama Dave itu kurasa sedang menatapku. Dia tersenyun dan mengedipkan matanya kepadaku.
"Pretty hot one, Malik." Dave tertawa. Dia salah satu berandalan yang berteman dengan Harry dan Zayn. Jadi tidak mengejutkan kalau dia mesum.
"Tinggalkan dia sendirian Dave." Ucap Zayn.
"It's okay Zayn, kau bisa memilikinya." Dave tersenyum kearahku, lalu ia pergi menghampiri temannya yang sedang berada di depan kelas.
"Maafkan dia." Ucap Zayn.
"Tak apa. Itu tidak mengejutkan." Jawabku.
"Maksudnya?" Tanyanya.
"Dia grupmu kan? Kalian semua mesum. Jadi aku bisa memakluminya." Responku.
"Perverted? I'm hurt." Dia menaruh tangannya di dadanya yang bidang. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah lakunya.
"Sebenarnya aku tidak terlalu suka bergaul dengan mereka." Ucapnya.
Aku hanya menatapnya bingung.
"Yang dapat mereka lakukan hanyalah mendekati seorang wanita dan ketika pendekatan mereka berhasil, they have in and out lalu mereka akan meninggalkan si wanita seolah-olah tidak ada yang terjadi. Seperti one night stands." Jelasnya.
"In and out?" Tanyaku.
"Kau tau, sex." Bisiknya. Aku tertawa lepas mendengarnya.
"Apa?" Tanyanya bingung.
"That's what you call it?" Tanyaku disela tertawa. Dia tidak menjawab, dia hanya tersenyum.
Tak lama kemudian Harry memasuki ruangan. Matanya bertemu dengan mataku tapi aku langsung menatap kearah lain. Dia duduk disebelah Zayn dan mereka memulai percakapan yang menurutku tidak penting. Aku hanya menatap sebelah muka Harry."
Guru mulai memasuki ruangan dan memulai pelajaran.
All i heard was project. World war II and an essay. Jadi kami harus membuat sebuah essay dengan tema perang dunia ke-II. Menurutku itu sangat mudah. Tapi tidak, ketika guru sejarahku mulai menyebutkan nama.
KAMU SEDANG MEMBACA
gotta be you // h.s
RandomKehidupan sempurna Elisabeth Branlyn hancur ketika kedua orang tuanya meninggal dunia. Karena kejadian itu, membuat ia harus memulai segalanya dari awal. Tinggal bersama keluarga kecil kakaknya dan memasuki sekolah baru untuk tahun terakhirnya di Hi...