Zelmira mengernyitkan dahinya lalu tertawa keras mendengar pertanyaan Liam. "Gue, Zelmira. Lo nggak tahu gue? Kayaknya semua orang tahu gue. Si Burik? Ya, itu yang orang lain tahu tentang gue," ujar Zelmira sambil mengedikkan bahunya tidak acuh.
Liam menganggukkan kepalanya, tidak lagi mempertanyakan perihal tadi. Ia lebih memilih duduk dan mulai memakan makanannya yang sempat dibeli di kantin.
Sementara Areksa dan Ilyana tampak masih belum selesai dengan urusan mereka. Zelmira menyaksikannya sambil melipat tangannya di depan dada. "Jadi cewek kok lebay banget, sih," lirihnya saat melihat Ilyana menatap Areksa dengan mata berkaca-kaca.
Zelmira merasa tidak ada urusan lagi di sana. Terlebih ia sangat bosan melihat Ilyana yang tengah bergelayut manja di lengan Areksa. Ia bangkit begitu saja lalu mulai melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di dekat Areksa dan Ilyana.
"Areksa, makasih buat makanannya. Besok lo kasih lagi, gue juga mau," ujar Zelmira.
"Ngelunjak ya, lo. Lagian bukannya tadi lo takut gue racunin 'kan?" Areksa bertanya sambil menatap Zelmira.
Zelmira medengkus kesal mendengarnya. "Dih, bercanda kali. Ya udah makasih, gue pergi dulu. Kalian bisa puas mesra-mesraan," ujar Zelmira sambil mengibaskan tangannya ke udara.
"Kamu Zelmira yang sering di-bully itu 'kan? Aku minta sama kamu, jangan kasih pengaruh buruk ke Areksa. Dia itu siswa teladan. Sebelumnya dia juga nggak pernah ninggalin aku di kantin. Tapi semenjak tadi dia sama kamu, dia lebih milih kamu dibanding aku. Dia lupain surat dari saudara kembarku," ujar Ilyana membuat Zelmira mendatarkan wajahnya.
"Perihal lo sama Areksa, bukan urusan gue banget." Zelmira berkata sambil berjalan meninggalkan mereka.
Ia sudah tidak tahan lagi dengan Ilyana yang menurutnya sangat menyebalkan. "Ada manusia begitu ya? Baru hari pertama masuk sekolah udah ada aja yang bikin gue kesel," ujar Zelmira sambil terus berjalan meninggalkan ruang kelas itu.
"Zelmira, lo dari mana?" tanya Zeland yang berdiri tepat di hadapan Zelmira.
"Gue dari ruang kelas lo," jawab Zelmira.
Zeland mengernyitkan dahinya bingung. "Lo cari gue?" tanyanya.
Zelmira menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Ogah banget nyari lo. Di rumah udah ketemu lo terus. Bosen lihat muka lo yang nyebelin," ujar Zelmira sambil tersenyum jahil.
Zeland melotot lalu tangannya bergerak mengusak rambut Zelmira dengan gemas. "Berani ya sama gue," ujarnya.
Zelmira mendengkus kesal sambil menyingkirkan tangan Zeland dari rambutnya. "Lo berantakin rambut gue!" Ia berkata dengan kesal.
Zeland hanya tersenyum melihat kekesalan adiknya. "Gue tanya lagi, lo kenapa ke sana?" tanyanya.
"Makan," jawab Zelmira.
Zeland semakin dibuat bingung dengan adiknya. "Makan di kantin, bukan di kelas gue, Zel." Ia berkata dengan nada gemas.
"Emang makan, lo kalau nggak percaya nggak usah tanya." Zelmira berkata dengan wajah datarnya.
"Lo makan di kelas gue? Sama siapa?" tanya Zeland.
"Areksa," jawab Zelmira.
"Apa?" tanya Zeland terkejut.
"Biasa aja kali. Lo nggak usah kaget gitu, muka lo jelek banget," ejek Zelmira.
"Kenapa lo bisa sama Areksa?" tanya Zeland dengan wajah datar.
Zelmira mengedikkan bahunya tidak acuh. "Itu rahasia," ujarnya sambil tersenyum miring. Membuat Zeland kesal dengannya.
"Jawab gue," ujar Zeland.
"Dia yang bawa gue ke kelas. Terus dia yang kasih bekalnya ke gue. Udah ah, gue mau ke kelas. Bye Bang Zeland jelek!" ujar Zelmira sambil berlari meninggalkan Zeland.
Zeland melihat kepergian adiknya dengan tatapan aneh. "Sejak lo bangun dari koma, lo bukan kayak Zelmira yang gue kenal. Lo kayak orang lain. Entah kenapa gue ngerasa asing sama lo, Zel," ujarnya. Ia terus memperhatikan langkah kaki adiknya. Ketika Zelmira tidak terlihat lagi, barulah ia memutar badannya dan melangkahkan kakinya pergi ke kelas.
***
Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi. Zelmira bersiap untuk meninggalkan kelas, tetapi seorang gadis membuatnya urung untuk segera pergi. Zelmira menaikkan satu alisnya ketika melihat gelagat aneh gadis di depannya.
"Kenapa?" tanya Zelmira.
"Anu ... tadi Ainsley titip ini." Gadis itu menyerahkan paper bag pada Zelmira dengan tangan gemetar.
"Dari Ainsley? Apa ini?" tanya Zelmira sambil menerima paper bag itu. Ia membuka paper bag itu dan terkejut ketika melihat isinya. Beberapa camilan, lalu entah apa yang ada di dalam kotak berwarna putih dan sebotol air minum. Tidak lupa sepucuk surat di dalamnya.
"Ya udah, makasih. Lo bisa pergi," ujar Zelmira.
Gadis itu dengan terburu-buru segera berlari meninggalkan kelas. Sementara Zelmira kembali duduk di kursinya. Ia terlebih dahulu membuka sepucuk surat yang ada di dalam paper bag itu.
Itu buat lo. Nggak usah ge er! Itu udah terlanjur gue beli. Pas gue selesai pesen di kantin, lo udah nggak ada. Sayang kalau gue buang. Mending buat lo aja. Makan! Kalau gue tahu lo nggak makan, awas aja lo!
Zelmira menghela napas panjang setelah selesai membaca surat dari Ainsley. Ia meletakkan surat itu lalu mengambil isi yang ada di dalam paper bag. Ada baso goreng, sosis bakar, roti isi ayam, makaroni basah pedas, satu kotak nasi goreng dan minuman segar rasa jeruk.
"Sebanyak ini? Fiks! Pas berangkat ke sekolah, dia kesambet jin iprit di jalan," ujar Zelmira.
"Dia bolos? Dari tadi nggak di kelas, tasnya juga nggak ada." Zelmira berkata sambil kembali memasukkan beberapa makanan ke dalam paper bag itu.
Ia meraih tasnya lalu mulai melangkahkan kakinya keluar kelas dengan paper bag di tangan kirinya. Hanya tersisa dirinya, begitu ia keluar dari kelas, ia dikejutkan dengan keberadaan Zeland yang bersandar di tembok sambil memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana.
"Lo ngagetin gue!" seru Zelmira.
"Gue anteng di sini aja. Lo yang jalan sambil ngelamun. Mikirin apa?" tuding Zeland sambil memicingkan mata curiga.
"Nggak mikirin apa-apa. Nggak usah curigaan lo." Zelmira berkata dengan wajah datarnya.
"Ngapain lo di sini?" tanya Zelmira.
"Nungguin lo. Ayo pulang," ujarnya sambil menarik tangan Zelmira.
"Tumben," ujar Zelmira.
"Lo mau gue tinggal di sini?" ketus Zeland.
Zelmira hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Setelahnya, ia dan Zeland terus melangkahkan kakinya sampai ke parkiran. Begitu sampai di parkiran, Zelmira lagi dan lagi dibuat terkejut. Ia melihat Areksa sedang memeluk Ilyana yang sedang menangis.
"Bang, dia emang selebay itu ya?" tanya Zelmira.
"Siapa?" tanya Zeland.
"Ilyana," ujar Zelmira.
"Ya. Lo bisa lihat sendiri 'kan? Kenapa? Lo cemburu karena dia dipeluk Areksa?" tanya Zeland membuat Zelmira melotot tidak terima.
"Amit-amit! Ogah banget gue cemburu sama dia. Lagian gue nggak suka sama Areksa. Lo nggak usah ngaco," ujar Zelmira kesal.
Zeland terkekeh mendengar perkataan Zelmira. Ia segera menarik Zelmira menuju tempat di mana motornya diparkirkan. Zelmira mencuri pandang ke arah Areksa.
Oh, ternyata dia cowok tadi pagi yang sempet adu kecepatan motor sama gue. Zelmira membatin.
Selanjutnya ia membuang pandangan ke arah lain ketika Areksa melihat ke arahnya. "Sial!" umpat Zelmira.
"Lo ngumpat ke gue?" tanya Zeland.
Zelmira terkejut. Ia tidak sadar ketika umpatan keluar begitu saja dari bibirnya. Ia hanya menunjukkan dua jari tangannya ke arah Zeland.
Yey update lagi! Pumpung lagi semangat🤭 Bau-bau apa ini?🤭🤭
Jangan lupa tinggalkan jejak wahai para pembaca ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Cewek Badas
Novela JuvenilAgatha Eleanor terjebak di tubuh seorang gadis cupu, jelek dan korban bully. Ia yang semula memiliki paras rupawan, eksis dan berani pun merasa miris kala menerima nasib terjebak di tubuh gadis yang memiliki nama sedikit mirip dengannya tetapi nasib...