Bab 26 ●Rencana●

2.9K 127 59
                                    

Selamat membaca semuanya .... Akhirnya Author bisa update cerita ini lagi setelah sekian lama nggak update🤭

■■■■■

Agatha menatap kepergian Zeland dengan perasaan kesal. "Bang Zeland, dia bukan Zelmira yang asli. Gue yang asli, kenapa sih lo nggak bisa bedain mana yang asli mana yang palsu?" Tangannya mengepal dengan kuat, menyalurkan emosi yang memenuhi hatinya.

"Ehem!" Seorang gadis berdeham dari belakang Agatha.

"Gue tahu, lo nggak suka sama Zelmira, 'kan?" tanya gadis itu kemudian, mendekati Agatha seraya tersenyum miring.

Agatha menatap tidak suka ke arah Ilyana, gadis yang saat ini berdiri di sampingnya sambil melipat tangan di depan dada. Ia berniat meninggalkan Ilyana, tetapi Ilyana menahan tangan Agatha.

"Ayo kerjasama," ujarnya dengan wajah serius.

Agatha menaikkan satu alisnya. "Apa?" tanyanya heran. Tidak mengerti apa yang direncanakan oleh Ilyana.

"Lo nggak suka sama Zelmira, gue juga nggak suka sama dia dari lama. Bahkan, yang udah bikin dia kecelakaan, itu gue." Ilyana berkata seraya menarik salah satu sudut bibirnya.

Mata Agatha melotot dengan sempurna. Kekesalan memenuhi hatinya setelah mendengar perkataan Ilyana. Ia tidak menyangka gadis yang selama ini terkenal baik hati itu tega melakukan hal buruk pada orang lain.

Diam-diam, ia merogoh saku jasnya, mengaktifkan perekam suara di ponselnya. "Jadi, lo yang udah bikin Zelmira kecelakaan? Kenapa?" tanya Agatha dengan kepala yang dimiringkan ke kiri, menunggu jawaban yang akan dikatakan oleh Ilyana.

"Lo nggak perlu tahu, yang pasti, kita ada di tim yang sama, benci sama Zelmira." Ilyana menatap datar ke arah Agatha.

"Kata siapa? Gue nggak benci dia." Setelah mengatakan itu, Agatha kembali merogoh saku jasnya, mematikan perekam suara di ponselnya.

"Tapi, kalau lo mau kerjasama, gue bisa. Apa yang lo rencanain?" tanya Agatha.

Ilyana melebarkan senyum di wajahnya. Lalu berbisik di samping telinga Agatha. Cukup lala dia berbisik. Setelah selesai, dia mengulurkan ponselnya pada Agatha.

"Gue butuh nomor lo," ujar Ilyana.

Tanpa pikir panjang, Agatha menerima ponsel itu, lalu memasukkan nomornya. Dia menatap serius ke arah Ilyana.

"Kalau lo mau serius kerjasama, lo perlu buktiin. Nggak ada yang tahu apa yang sebenernya lo rencanain," ujar Agatha dengan senyum miring di wajahnya.

Ilyana tertawa pelan. Lalu menepuk pundak Agatha beberapa kali. Ia tidak mengatakan apa pun, justru melangkah meninggalkan Agatha sendirian di sana.

Setelah kepergian Ilyana, sorot mata Agatha berubah tajam, penuh dengan kekesalan. "Gue nggak nyangka, ternyata dia yang bikin gue kecelakaan. Kalau gue nggak kecelakaan, nggak mungkin raga gue sama raga Agatha bertukar. Awas aja lo Ilyana, setelah kerjasama kita selesai, gue bakal bongkar semuanya."

Selesai berkata, Agatha mulai melangkahkan kakinya, memasuki sekolah. Menyusuri koridor menuju ruang kelasnya.

Sementara di dalam kelas, Zelmira dihadapkan dengan tiga pemuda yang tengah bersitegang.

"Areksa, lo nggak ada kesibukan selain dateng ke kelas ini?" tanya Zelmira sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

"Apa salahnya datang ke kelas pacar sendiri?" Areksa berkata sambil mengerutkan dahinya, menatap heran ke arah Zelmira.

"Ck! Mending lo pergi deh! Kakak kelas rese kayak lo ini cuma bikin polusi udara." Ainsley menatap kesal ke arah Areksa.

Sementara Angkasa, dia menatap dingin ke arah Areksa, lalu berkata, "Zelmira sama gue udah dijodohin. Jadi, lo nggak bisa jadi pacar Zelmira."

Areksa menatap datar ke arah Angkasa, lalu beralih menatap Zelmira dengan pandangan meminta penjelasan. Zelmira menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan kesal.

"Areksa, lo ikut gue." Zelmira berkata sambil menarik tangan Areksa keluar dari dalam kelas.

"Sikap lo aneh," ujar Zelmira begitu mereka sampai di luar kelas.

Hanya ada segelintir murid di luar kelas. Sebagian telah masuk ke kelas masing-masing, tetapi sebagian masih belum datang ke sekolah. Mereka yang melihat Areksa dan Zelmira berbicara, diam-diam menyimak, tetapi tatapan tajam Areksa membuat mereka takut, segera meninggalkan Areksa dan Zelmira berbicara berdua.

Areksa menaikkan satu alisnya sambil menatap Zelmira. "Aneh? Apa yang aneh?" tanyanya.

"Sejak kapan hari lo ngomong hal ngaco. Gue bukan pacar lo, lo nggak seharusnya bilang kayak gitu. Karena ucapan lo, fans fanatik lo bisa-bisa nyerang gue," ujar Zelmira.

Angkasa terkekeh geli mendengar perkataan Zelmira. Tangannya tanpa sadar mengacak gemas puncak kepala Zelmira. "Itu bukan hal ngaco," ujarnya.

Zelmira menepis tangan Areksa dengan kesal. Ia menatap tidak suka ke arah Areksa. "Gue paling nggak suka sama cowok yang suka mainin perasaan cewek," ujar Zelmira sarkas.

Areksa menghela napas panjang  sebelum menjawab, "Gue nggak mainin perasaan lo. Gue suka ... suka sama lo," ujar Areksa sambil menatap lekat-lekat manik mata Zelmira.

Gadis itu tersentak, tetapi ia tidak memalingkan wajahnya, justru terus menatap manik mata Areksa, mencoba mencari tahu apakah perkataan pemuda itu jujur atau sekedar main-main. Namun, yang ia dapati hanyalah tatapan serius tanpa kebohongan. Zelmira memalingkan wajahnya setelah beberapa saat terus menatap Areksa.

"Lebih baik lo balik ke kelas." Setelah mengatakan itu, Zelmira melangkahkan kakinya meninggalkan Areksa.

Sementara Areksa terus menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh. Setelahnya ia mengusap wajahnya frustasi. "Kenapa lo buru-buru ungkapin perasaan lo sama Zelmira? Lo bodoh, Reksa."

"Areksa," panggil Agatha dengan wajah bahagianya.

Areksa menatap datar gadis itu, lalu memilih melangkahkan kakinya menjauhi Agatha.

"Tunggu. Ada yang perlu lo tahu," ujar Agatha sambil menahan lengan Areksa.

Pandangan tidak suka diberikan Areksa tepat tertuju pada tangan Agatha yang memegang lengannya. Dengan kasar, Areksa melepaskan tangan Agatha.

"Kalau lo cuma mau ngomong hal nggak masuk akal, mending lo simpen aja. Gue nggak akan percaya orang asing kayak lo," ujar Areksa sambil melenggang pergi.

Namun, Agatha dengan cepat menyusul Areksa. Tanpa berpikir panjang, Agatha memeluk Areksa dengan erat-erat.

"Dia bukan Zelmira, dia Zelmira palsu. Yang asli itu gue," ujar Agatha dengan suaranya yang terdengar serak, menahan tangis.

"Lepas!" Areksa melepaskan tangan Agatha dengan kesal. Pemuda itu menatap jengah ke arah Agatha.

"Lo pikir gue bakal percaya? Lo cuma anak baru di sini, tapi tiba-tiba lo mau fitnah Zelmira?" Areksa menatap remeh Agatha setelah selesai berkata.

Agatha menatap sendu ke arah Areksa. Perlahan, buliran air mata mengalir dari pelupuk matanya. "Apa yang perlu lo tahu supaya percaya kalau gue yang asli?" tanya Agatha.

Kalau dipikir lagi, sikap Zelmira belakangan ini emang aneh. Jauh beda dari Zelmira yang biasanya. Apa benar kalau Zelmira saat ini bukan Zelmira asli? Tapi, apa hal itu mungkin terjadi? batin Areksa.

"Gue mohon, percaya sama gue," ujar Agatha dengan suaranya yang serak. Air mata masih menetes dari pelupuk matanya, membasahi kulit putihnya.

TBC
Hayo .... Siapa yang kaget Areksa jujur soal perasaannya?
Hemmm kira-kira, Areksa bakal gimana ya ke depannya? Supaya tahu, ikuti terus kisahnya ya ....
See you next part, bye bye ....

Transmigrasi Cewek BadasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang