Rasa - 13

6 0 0
                                    

Semilir angin menerpa wajah Fikri, dirinya merasa tenang menatap luasnya danau dan menatap gadis cantik yang duduk disampingnya sekarang.

"Ini tempat yang biasanya aku kunjungi kalo lagi suntuk. Cukup bikin tenang dan bisa ngelupain masalah." Ucap Fikri menatap danau dihadapannya.

"Bagus banget danaunya."

Fikri menoleh pada Ilma yang sedang menatap lurus ke danau. Fikri pun ikut menatap danau, tiba-tiba sebuah cahaya menyilaukan Fikri dari danau, sangat silau sampai membuat dirinya kesulitan melihat.

Seseorang yang tengah terbaring di ranjang rawat memerjapkan matanya dan perlahan kelopak matanya terbuka, cahaya lampu tampak menyilaukan penglihatannya.

Dia menatap sekitar, sebuah ruangan putih dan gorden putih.

Seseorang datang menghampirinya dan pergi lagi. Dia bingung, dia ada dimana sekarang.

"Dok! Dokter, pasien bangun." Samar samar terdengar suara seseorang.

Dokter datang dan mengecek kondisi pasien. Dokter bernafas lega dan tersenyum karena pasiennya akhirnya sadar.

Fikri yang sudah beberapa bulan koma, akhirnya sadar. Membuat semuanya lega. Mama Tia menggunakan APD dan bergegas masuk ke ruang ICU. Mama Tia menangis haru menatap Fikri yang telah sadar.

Fikri bernafas lega karena melihat mama Tia bersamanya. Fikri tersenyum dan menyentuh pipi mama Tia.

Fikri dipindahkan ke bangsal rawat umum, setelah dicek kondisi Fikri semua normal.

Mama Tia tak hentinya bersyukur karena Tuhan mendengar doanya, Fikri anaknya telah bangun.

***

Sepulang dari rumah sakit, Fiki membersihkan dirinya dan menuju kamar. Fiki menyiapkan raket dan barang lainnya untuk besok.

Mama Tia kalau sepulang dari kantor akan langsung ke rumah sakit bergantian menjaga Fikri. Fiki pun hendak menyusul mama Tia setelah selesai bersiap, untuk mengantarkan baju ganti dan makanan.

Selesai bersiap Fiki melangkah ke bawah untuk mengambil minum.

Handphonenya berdering, ternyata mama Tia menelfon.

"Halo?"

"...."

Fiki langsung menutup telfon dan bergegas menuju rumah sakit dengan supir.

Tangisnya pecah setelah mendapat kabar dari mama Tia kalau Fikri sadar.

Sampai dirumah sakit dia langsung menuju kamar rawat yang sudah diberitahu mama Tia. Fiki membuka pintu dan menatap Fikri yang berada diranjang.

Fikri melambai dan tersenyum dengan wajah pucatnya. Fiki menghampiri Fikri dan memeluknya erat, tangisnya berderai kembali.

Mama Tia pun tak kuasa menahan tangisnya melihat kedua anaknya. Mama Tia sangat bersyukur Tuhan masih memberikan waktu untuknya berkumpul dengan kedua anaknya.

Fikri menepuk punggung Fiki, mama Tia pun ikut memeluk kedua anaknya. Fikri sangat bersyukur karena memiliki mama Tia dan Fiki di hidupnya.

Fikri tersenyum teringat mimpinya sebelum bangun. Fikri pun tidak sabar untuk bertemu Ilma lagi.

***

"Kamu baru sadar!" Ucap mama Tia, Fikri tersenyum karena sudah pasti mama Tia tidak langsung mengijinkannya masuk sekolah besok.

Fiki mengusap bahu mama Tia untuk tenang. Tidak habis pikir juga, bisa-bisanya Fikri ingin masuk sekolah besok. Apa lagi besok adalah pengambilan nilai bulutangkis bukan duduk didalam kelas.

Mengingat Fikri yang baru sadar tentu saja mama Tia tidak mengijinkan.

Namun Fikri tetap Fikri susah sekali dilarang, dia terus berusaha memohon agar diijinkan. Mama Tia tidak ingin Fikri drop lagi namun satu sisi lagi dia tidak ingin anaknya bersedih.

"Gini aja, aku bakal dampingi Fikri. Gimana?" Ucap Fiki menengahi.

Fikri tersenyum dan mengangguk setuju. Mama Tia menatap Fiki dan berfikir sesaat.

"Pas pengambilan nilai kita berdua bakal bertukar posisi lagi di toilet. Supaya gak ada yang curiga. Selesai itu kita bertukar posisi lagi kesemula. Gimana?" Jelas Fiki.

Mama Tia tampak setuju, menjaga dan menghindari Fikri dari kelelahan itu tujuan utamanya.

"Oke, tapi kalian tetep harus hati-hati. Ingat, bertukar tempat harus dilakuin untuk sementara ini. Mama khawatir sama kamu." Ucap mama Tia.

Fikri mengangguk dan mengedipkan matanya pada Fiki. Fiki memang saudaranya yang terbaik.

Fiki memang menceritakan soal kejadian disekolah terutama tentang Ilma. Wajah Fikri terlihat lebih cerah ketika dia tahu kalau Ilma masuk ke SMP yang sama dengan dia.

Itu juga yang membuat Fikri semangat dan ingin masuk besok. Karena dia ingin bertemu penyemangatnya.


-to be continued-

Jangan lupa Vote dan komen yaa

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang