Rasa - 3

46 3 0
                                    

Setengah jam menunggu akhirnya Freya datang. Ilma mengajak Freya satu mobil dengannya.

"Frey, lo nggak apa-apa dibelakang?" tanya Ilma. "Iya nggak apa-apa, thanks ya udah diajak." ucap Freya tersenyum.

Ilma tersenyum. "Sama-sama, lo juga makasih sama kak Steve. Dia yang usul buat ajak lo." ucapnya. Freya mengangguk sambil tersenyum.

Dalam perjalanan cukup lancar tak ada hambatan. Mereka juga melakukan video call dari mobil masing-masing, Bara maksa ingin bicara dengan Ilma tapi Rey tidak mengijinkan, setelah mendapat tatapan Ilma akhirnya diperbolehkan juga. Freya juga berterima kasih pada Steve karena mau mengajaknya bergabung, yang kebetulan Steve semobil dengan Bara karena Bara menumpang mobil Steve.

Tiba giliran video call dengan Fikri. Fikri bergabung diperjalanan tadi, dia terlambat karena ada urusan.

"Tolong cariin kontaknya gue lagi nyetir." ucap Rey memberikan ponselnya pada Ilma.

Ilma pun mencari kontak Fikri dan tak butuh lama akhirnya Ilma menemukannya. Ilma langsung menekan tombol Vidcall.

Masih menghubungi.

Sampai akhirnya muncullah wajah Fikri yang terlihat sedang fokus menyetir. Ilma tebak Fikri tak memegang handphonenya tapi menaruhnya ditempat khusus handphone dibagian mobil.

"Iya Rey." ucap Fikri tanpa menoleh.

Ilma menahan senyum, Fikri tak menyadari kalau dirinya yang termuat dilayar ponselnya bukan Rey.

"Berapa jam lagi?" tanya Rey.

"Sekitar dua jam. Kalo capek istirahat dulu."

"Oke. Nanti paling dirute biasa kita istirahat." ucap Rey yang juga masih fokus menyetir.

Fikri masih tak menyadari Ilma masih memandangi wajah Fikri dilayar ponsel.

Deg

Jantung Ilma berdebar cepat hanya karena melihat wajah Fikri yang tersenyum tanpa menoleh kelayar handphonenya.

"Oke." ucap Fikri menoleh pada handphone nya dan berakhir Vidcallnya.

Kayaknya dia gak liat gue. Batin Ilma.

"Nih." ucap Ilma memberikan handphonenya pada Rey.

Disisi lain ternyata Fikri sedikit terkejut, sebelum mematikan handphone yang dia rasa bukan Rey yang sedari tadi melihatnya tapi orang lain.

Tapi Fikri tak ambil pusing dia kembali fokus menyetir.

***

Beberapa jam sudah dilalui, lelah sudah terbayar dengan mereka menghirup udara segar dipuncak.

Ilma sibuk berjalan kesana kemari berfoto-ria, sesekali mengajak Rey dan yang lain untuk berfoto. Ilma juga sudah mengabari mamah Dysa. Freya dan Rey tengah berdiri bersama melihat kekonyolan yang dilakukan Ilma meminta gendong Bara dan dengan Steve mengabadikannya dalam kamera.

Freya tertawa melihat Ilma yang berkejar-kejaran dengan Bara, membuat Rey menoleh menatapnya. Rey rasa wajah Freya tak asing baginya. Freya seketika menoleh dan sedikit terkejut kemudian langsung menatap kearah lain karena Rey mengamatinya.

"Rey!" panggil Ilma. Rey dan Freya menoleh bersama pada Ilma.

"Apa?" Jawab Rey.

"Capek." ucap Ilma menyengir, Rey hanya menggelengkan kepalanya heran.

"Kayaknya disini aja deh kita bangun tendanya, soalnya ini paling deket sama Vila." Ucap Steve.

"Oke, kita bangun tenda disini." Ucap Rey dan diangguki semuanya.

Mereka semua mempersiapkan semua peralatan dan kebutuhan. Cowok-cowok membangun tenda dan menyusun kayu bakar. Para cewek menyiapkan bahan makanan.

Selesai, semuanya sudah siap.

"Ma!" panggil Rey.

Ilma yang sedang berjalan menoleh. "Kenapa?" tanyanya.

"Mau kemana?" Tanya Rey. Ilma menyengir sambil menunjukan kamera digitalnya. "Mau foto, ke sungai." Jawabnya.

"Sendirian? Gak sama Freya?"
"Freya lagi diajak kak Steve ambil alat panggang."

Rey hanya manggut-manggut. "Tolongin gue panggilin Fikri." Ucap Rey tiba-tiba.

Ilma menautkan alisnya. "Dimana dia?". "Tadi lagi telfon kayanya di dekat mobil." Ucap Rey.

"Buruan." Ucap Rey langsung melangkah menghampiri Bara yang sedang membawa kayu bakar.

Ilma memanyunkan bibirnya dan melangkah ke dekat mobil untuk mencari Fikri.

Terlihat disamping mobil berdiri seseorang yang Ilma cari. Senyum Ilma melebar dan dengan segera menghampiri seseorang itu.

"Kak!"

Bugh!

Ilma tidak sengaja menepuk keras punggung seseorang itu hingga seseorang itu terhuyung ke depan.

Ilma yang terlalu bersemangat sampai tak sadar menginjak batu hingga hampir terjatuh kebelakang, namun tubuhnya seperti menubruk sesuatu yang menahan dirinya jatuh. Ilma mendongak dan kembali jantungnya berdebar kencang, aroma maskulin yang terhirup di hidung Ilma membuatnya terhipnotis.

Fikri berada tepat di belakang Ilma menahan tubuh Ilma supaya tak jatuh.

"Ka-kak Fikri." Ucap Ilma tergagap dengan pipi yang merona.

"What the h-"

Sebuah suara membuat Ilma dan Fikri tersadar dari posisi mereka. Ilma menatap seseorang yang bersuara itu. Matanya membulatkan terkejut, menatap Fikri serta seseorang itu bergantian.

Ilma terkejut melihat Fikri ada dua. Wajah seseorang itu sama persis dengan wajah Fikri.

"Ka-kalian... Kembar?!" Ucap Ilma tak percaya dengan yang dilihatnya.

Cowok itu memegangi bahunya yang masih nyeri akibat pukulan keras Ilma, sedangkan Fikri menatap Ilma.

Ilma terkejut dan sedikit bersalah. "Kakak gak apa-apa?" Tanyanya sambil mendekat mengecek bahu cowok itu. Namun langsung mundur lagi dan menatap mereka berdua. "Bentar, ini kak Fikri yang mana?"

Salah satu diantara mereka mendekat pada Ilma. "Lo baik-baik aja?" Tanyanya dengan sorot mata khawatir.

"Dia baik-baik aja, gue yang kesakitan nih." Ucap cowok itu membuat Ilma dan Fikri menoleh padanya.

Fikri menjotos pelan dada cowok itu, hingga membuatnya merintih sakit.

"Dia Fiki, Ilma. Dia kembaran gue." Ucap Fikri.

"Lo cari gue?" Tanya Fikri. Ilma mencoba menenangkan dirinya. "Iya, kakak dicariin Rey."

Fikri mengangguk. "Udah itu aja?" Tanya Fikri. Ilma mengangguk. "Kalau gitu, aku pergi dulu ya." Ucap Ilma melangkah menuju sungai, untuk melanjutkan tujuannya berfoto disana.

"Lo mau kemana?" Tanya Fikri. Ilma berhenti dan menoleh. "Mau foto, ke sungai." Ucapnya tersenyum lebar.

Tanpa bertanya Fikri berjalan menghampiri Ilma. "Gue anter." Ucapnya langsung menggandeng tangan Ilma. Ilma tak berkata-kata karena saking terkejutnya.

Fiki yang menoleh kebingungan dan memilih mengekor Fikri dan Ilma, yang berjalan duluan bersama Ilma.

-Tbc-

Vote dan komen jangan lupa ya temen-temen, gratis kok^^

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang