Rasa - 2

54 4 0
                                    

Ilma melangkah menghampiri mama Dysa-ibunya dan Rey yang sedang berada di ruang TV. Ilma langsung bersandar pada Mama Dysa. Mama Dysa mengusap kepala Ilma lembut. "Gimana sekolah kalian, lancar?"

Ilma mengangguk dan tersenyum. "Lancar." Jawabnya seraya memakan cemilan.

"Kakak kamu jagain kamu 'kan?" Mama Dysa melirik Rey yang sedang fokus pada film, awalnya fokus tapi mendengar pertanyaan Mama Dysa membuatnya perlahan menjadi penasaran akan jawaban Ilma.

Ilma mengangguk sambil mengunyah makanannya. "Jagain kok mah. Tapi aku gak mau Rey- eh kak Rey, terlalu over jagainnya jadi paling sekedar ketemu di kantin, berangkat dan pulang bareng." Jelas Ilma. Rey bernafas lega akan jawaban yang Ilma berikan.

Mamah Dysa mengusap rambut Ilma. Ilma tersenyum.

Rey seketika teringat sesuatu. "Oh iya, mah berhubung besok libur, Rey mau kepuncak sama temen-temen, boleh?" tanya Rey.

Fyi. Sekolah Rey dan Ilma hanya sampai hari Jumat, karena biasanya Sabtu akan diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler. Karena Rey sudah mengikuti ekstrakulikuler hari ini jadi dia bisa libur besok.

Puncak? Batin Ilma.

Mamah Dysa sedikit berfikir, "Bukannya besok ada ekstrakurikuler?"

"Tadi pelatih nyuruh latihan hari ini, kan aku udah pamit mamah buat main basket." Jelas Rey.

Mama Dysa ingat dan mengangguk paham. "Oke boleh, tapi hati-hati." Ucap mamah Dysa mengingatkan.

"Ikut."

Mama Dysa dan Rey menatap Ilma.

"Ekstrakurikuler kamu gimana?" Tanya mama Dysa.

"Ijin hehe." Ucap Ilma dengan polosnya. Mama Dysa geleng kepala heran dengan jawaban Ilma.

"Sekali aja mah, Ilma ga pernah kepuncak." Ucap Ilma memohon supaya diijinkan ikut.

"Oke, mamah bolehin." Mama mengijinkan.

"Yeay makasih mah!"

"Eh, Rey belum bilang setuju." Ucap Rey.

Tatapan ceria Ilma seketika menjadi menyipit dan seram. Rey yang melihat itu sedikit bergidik dan akhirmya Rey mengalah lagi.

"Iya deh boleh, tapi jangan rusuh atau ngerepotin." Ucap Rey.

Raut yang tadinya seperti awan mendung seketika berubah menjadi awan cerah. Ilma mengangguk paham.

"Ya sudah sekarang kalian istirahat, supaya besok fit." Ucap mama Dysa dan diangguki kedua anaknya.

***

Pagi hari yang cerah, Ilma menyingkap gorden kamarnya untuk mempersilahkan cahaya matahari masuk. Senyuman merekah terlihat diwajahnya, karena untuk pertama kalinya dia akan kepuncak.

Ilma bangun cepat kali ini, lebih cepat dari Rey dan dia juga membangunkan Rey supaya bersiap. Ilma mengenakan pakaian hangat dan satu ransel. Rey pun sama dengan Ilma.

Rey memasuki mobil disusul Ilma. Mereka memasang seatbelt masih-masing. Keduanya melongok keluar mobil, melihat mama Dysa yang mengantar mereka sampai luar rumah. "Kita berangkat ya mah." Ucap Rey.

Mamah Dysa tersenyum di luar. "Hati-hati, jangan ngebut. Jagain adik kamu." Pesannya. Rey mengangguk dan menstater mobilnya. Rey sudah 19 tahun jadi dia sudah dibolehkan membawa mobil.

Mama Dysa mengusap rambut Ilma lembut. "Kabarin mama kalau udah sampai.". Ilma mengangguk paham.

Rey menutup kaca mobil dan melajukan mobilnya keluar halaman rumah.

Perjalanan menuju tempat berkumpul cukup lancar, tak butuh waktu lama untuk Rey sampai ditempat tujuan. Rey mengentikan memarkirkan mobilnya didepan sebuah cafe.

Ilma melihat didepan sudah ada teman-teman Rey. "Lo semua pada jomblo, ya?" Ucap Ilma seketika. Rey menatap sebal Ilma karena merasa tersindir. "Gak usah diperjelas juga kali."

Ilma menyentuh dagu Rey. "Cuma nanya." Rey langsung menepis tangan Ilma dan mengelap dagunya kasar. Rey melepas seatbeltnya dan turun dari mobil. Ilma yang melihat itu langsung melepas seatbeltnya juga dan ikut keluar.

Teman Rey menoleh pada Rey saat tahu dirinya datang. Mereka pun bertos tangan sebagai sapaan.

"Tampannya abang Rey." Ucap Bara dengan senyum menggoda. Rey hanya acuh sambil bersandar dibagian depan mobil Bara. Semuanya tertawa.

"Ahhkk!"

Sebuah suara membuat semuanya menoleh seketika, terlihat Ilma terjatuh dengan dengkul menyentuh jalan. Rey yang melihat itu langsung berlari menghampiri Ilma.

"Ilma!" panggil Rey.

Semuanya ikut menyusul untuk melihat, kenapa Ilma ada disini. Pikir mereka semua.

"Apa gue bilang kemarin hm, lo ga bisa hati-hati?" Omel Rey sambil membantu Ilma berdiri dan membersihkan celana bagian dengkul Ilma yang sedikit kotor.

Ilma memasang wajah memelas. "Cuma kesandung batu kok tuh. Batunya yang harus lo omelin karena ada disitu, udah tahu gue pengen lewat." Ucapnya.

Rey tak bisa berkata-kata mendengar ucapan Ilma. Memang agak lain adiknya itu.

"Ilma gapapa?" tanya Bara sok panik sambil memegang tangan Ilma.

Plak

"Awwhh." Rintih Bara sambil mengelus tanganya yang dipukul Rey. Rey sangat tidak suka dengan sikap modus Bara pada Ilma meskipun Bara sahabatnya sendiri.

Rey melingkarkan lengannya dileher Ilma dan menariknya ketempat mereka berkumpul tadi.

"Ahhkk, Rey lo mau matiin gue." ucap Ilma kesal sambil memukul-mukul tangan Rey. "Nyelamatin lo dari radus lebih tepatnya." ucap Rey. Ilma menatap sebal Rey. (*radus: raja modus)

Mereka semua kembali ke tempat duduk mereka. "Maaf sebelumnya gue gak bilang mau ajak dia." Jelas Rey.

"Santai, malah makin rame makin seru. Oh iya lo ajak juga temen lo tuh, siapa namanya gue lupa." ucap Steve.

"Pepaya?" celetuk Bara. Ilma menatap Bara "Freya kak, bukan pepaya." Meralat ucapan Bara. Bara terkekeh.

"Iya. Ajak aja si Freya kalo mau, biar lo juga ada temen cewek." ucap Steve. Ilma mengangguk seraya tersenyum dan langsung menghubungi Freya. Tak butuh lama akhirnya selesai juga percakapan Ilma dan Freya.

"Gimana, mau dia?" Tanya Steve. Ilma mengangguk dan tersenyum. "Iya kak, dia lagi prepare."

Mereka pun menikmati hidangan yang mereka pesan di cafe tersebut selagi menunggu Freya datang.

-Tbc-

Jangan lupa Vote dan komennya ya, supaya aku semangat nulisnya^^

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang