Rasa - 22

22 0 0
                                    

Hujan turun begitu deras, Fiki menatap Fikri yang terbaring tak sadarkan diri. Dirinya bangkit dan membenarkan selimut ditubuh Fikri.

Hari ini dia bergantian menjaga Fikri karena mama Tia harus ke kantor.

Niat awal Fikri mengajak Fiki menonton tournament Rey tapi tiba-tiba Fikri drop lagi karena kelelahan.

Fiki mengecek kulkas di samping nakas. Ternyata cemilannya habis hanya tersisa air mineral saja. Fiki memutuskan untuk ke minimarket dilantai satu, membeli cemilan dan beberapa makanan untuk mengisi perutnya yang terasa lapar.

Walaupun tidak begitu besar tapi minimarket rumah sakit lumayan lengkap. Fiki mengambil troli dan melangkah kesisi rak cemilan dan makanan ringan lainnya. Dia juga mengambil makanan kesukaan Fikri, kalau-kalau ketika Fikri sadar dia bisa memakannya. Terkahir dia mengambil beberapa minuman dan jus, kemudian berjalan menuju kasir.

Selesai membayar Fiki keluar untuk kembali ke kamar rawat Fikri.

Ditengah langkahnya akan kembali, Fiki terhenti saat mendengar suara ambulance dan beberapa dokter serta perawat langsung berlarian. Beberapa orang berdiri dan melihat.

Fiki melangkah mundur agar tidak menghalangi jalannya para medis. Satu korban laki-laki dengan keadaan yang cukup parah langsung dibawa menuju UGD. Fiki menatap ngilu dan iba melihatnya keadaan korban laki-laki itu.

"Satu lagi seorang perempuan, sempat henti jantung!" Teriak seorang paramedis mendorong brangkar yang sudah terbaring seorang perempuan dengan darah mengalir di pelipisnya. Dokter mengangguk paham dan dengan cepat bersama awak medis membawanya ke UGD.

Brakk!

Kantong belanjaan Fiki jatuh, menatap dengan jelas wajah perempuan korban kecelakaan itu.

"Ilma." Ucapnya lirih dengan mata yang melebar terkejut.

Fiki melangkah cepat menuju UGD, memastikan bahwa penglihatannya semoga salah. Dia mencari korban perempuan tadi. Fiki tidak mendekat terlalu dekat karena takut menganggu dokter dan perawat yang sedang bertugas

Disana dokter mulai melakukan pertolongan pertama pada pasien perempuan. Jantung Fiki berdebar kencang sekali ketika melihat dengan jelas wajah perempuan yang terbaring itu. Penglihatannya tidak salah, korban itu sungguhan Ilma.

Air mata Fiki mengalir melihat Ilma yang terbaring tak sadarkan diri disana, keadaan UGD lumayan ricuh karena beberapa pasien lainnya.

Dokter mengerahkan tenaganya untuk menolong Ilma. Defibrillator disiapkan dokter bersiap melakukan kejutan jantung.

"Tiiit———"

Bunyi monitor jantung membuat Fiki terkejut. Namun bukan Ilma, disana dokter masih melakukan CPR pada Ilma. Itu suara monitor di ranjang lain, korban laki-laki yang datang bersama Ilma.

Dokter berdiri lemas, dan menyatakan kematian pasien.

Seorang wanita datang dengan langkah tergesa ke UGD, Fiki menoleh pada wanita itu. Air matanya mengalir menatap korban laki-laki yang sudah dinyatakan meninggal.

Langkahnya tersendat menghampiri korban laki-laki itu. Wanita itu terjatuh ke lantai disamping korban laki-laki, dia menutup mulutnya dan tangisnya pecah.

Wanita itu jatuh pingsan, beberapa perawat membantu membawa wanita itu ke ranjang kosong untuk diberi pertolongan oksigen.

Fiki menatap Ilma lagi.

"Pasien koma." Ucap dokter yang menangani Ilma.

Dokter yang menangani Ilma menyeka keringatnya dan bertanya pada perawat perihal keluarga korban.

"Kedua korban adalah ayah dan anak, dok. Dan wanita yang tadi adalah istri dan ibu dari kedua korban." Jelas perawat.

Dokter mengangguk paham dan mengintruksikan agar Ilma dipindahkan. Beberapa perawat langsung sigap memindahkan Ilma.

Fiki terkejut dan menatap korban laki-laki yang meninggal tadi, yang kini sudah tertutup kain dan dibawa keluar UGD untuk dibawa keruang jenazah.

Dia ayah Ilma. Batin Fiki menatap tak percaya.

Fiki melangkah gontai menuju lantai kamar Fikri, pikirannya begitu kusut. Dia khawatir akan semua hal terutama Fikri. Fikri akan terluka lagi karena ini.

Bukan dia tidak peduli dengan Ilma dan kehidupannya, dia sangat iba dan khawatir akan musibah yang terjadi pada Ilma. Tapi apa yang terjadi pada Ilma akan sangat berdampak pada kesehatan Fikri dan Fiki sangat khawatir itu.

Takdir apa ini, kenapa semuanya begitu kejam. Fiki kembali drop dan Ilma koma.

Tbc

Jangan lupa vote dan komen yaa guys😘

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang