Rasa - 19

12 0 0
                                    

"Aku berangkat dulu ya mah." Ucap Ilma menyalami mama Dysa dan melangkah berangkat sekolah.

Mama Dysa yang sedang berkutat di dapur menyiapkan sarapan terkejut, bahkan panggilannya pada Ilma tak Ilma dengar karena Ilma sudah keburu keluar rumah.

"Hoam~"

"Pagi mah." Ucap Rey menuju dispenser untuk mengambil air minum.

"Loh Rey kamu baru bangun?"

Rey mengangguk setelah meminum air. "Kenapa, mah?"

"Itu Ilma kok udah berangkat, dia berangkat sama siapa?" Tanya mama Dysa panik.

"Ilma udah berangkat?" Tanya Rey balik yang sama bingungnya.

Mama Dysa mengeluarkan handphonenya hendak menelfon Ilma, bersamaan dengan itu ada notifikasi pesan masuk di handphone mama Dysa.

Anakku sayang🤍 :
Maaf mah Ilma berangkat cepet, bilang kak Rey juga. Ilma naik ojek, karena ada urusan mendesak. Love you:3

Mama Dysa menghembuskan nafas lega. "Dia naik ojek." Ucap mama Dysa.

"Tumben banget dia berangkat cepet." Ucap Rey.

"Kamu mandi, terus sarapan. Nanti bawain bekel buat adik kamu ya." Ucap mama Dysa, Rey mengangguk paham.

***

Ilma sudah sampai ditempat tujuannya. Bukan sekolah melainkan sebuah rumah yang kini sudah dihadapannya.

"Makasih ya pak." Ucap Ilma membayar ongkos dan mengembalikan helm pada kang ojek.

Ilma melangkah kearah tempat pos satpam.

"Permisi?" Ucap Ilma.

Seorang satpam melongok dari lubang kuncian gerbang dan membuka sedikit gerbang.

"Cari siapa neng?"

"Um, cari kak Fikri."

Satpam sedikit berfikir. "Den Fikri?" Tanya.

Ilma mengangguk. "Iyaa, dia ada?"

"Maaf neng, ibu baru aja pergi. Beliau pesan kalau ada yang mencari bisa menitipkan pesan saja ke saya." Ucap satpam.

"Saya gak cari Tante Tia, saya cari Fikri pak." Ucap Ilma.

"Maaf ya neng." Ucap satpam dan menutup gerbang.

"Tunggu pak, tung-"

Ilma menghela nafasnya menatap sedih karena gerbang sudah tertutup. Ilma merasa ada yang aneh dari gelagat si satpam, seperti menyembunyikan sesuatu.

Ilma menunduk lesu dan menatap jalan.

"Kalau aku mau keluar biasanya aku lewat sini."

"Tapi tinggi banget kak. Aku takut."

"Kamu takut karena belum nyoba. Ayok."

Fikri menaiki lebih dulu anak tangga bambu, diikuti Ilma yang juga naik. Sampai di atas Ilma dan Fikri saling tersenyum.

"Gimana? Ga serem kan?"

Ilma terkesan dan kagum melihat dari atas tembok.

Ilma tersadar dari pikirannya. Dia ingat kalau ada jalan rahasia yang hanya Ilma dan Fikri tahu. Ilma bergegas mencari jalan rahasia itu. Tak butuh waktu lama Ilma menemukan jalan rahasia itu. Sebuah akar pohon besar masih ada di sana, akar pohon yang menjadi pijakan dulu ketika Fikri dan Ilma melewatinya.

Walau sedikit ragu tapi Ilma berusaha mengumpulkan keberanian untuk memanjat akar pohon itu. Dia mengikat rambutnya dan mulai menggapai satu persatu akar untuk naik. Sedikit susah namun Ilma berusaha hati-hati demi bertemu Fikri.

Ilma berhasil sampai atas tembok lagi, senyuman menghiasi wajah Ilma. Semuanya masih terasa sama padahal waktu sudah berlalu lama.

Sepertinya tidak ada yang pernah tahu tempat ini, bahkan tangga bambu yang dulu Ilma dan Fikri gunakan masih ada ditempat yang sama untuk memanjat dulu. Ilma mulai memosisikannya badannya untuk turun. Satu persatu Ilma menuruni anak tangga sampai kakinya memijak tanah.

Akhirnya Ilma berhasil masuk sampai dibawah dengan selamat, walau sebenarnya ini bukan cara yang baik untuk masuk kedalam rumah orang tapi ini salah satu cara agar Ilma bertemu Fikri. Ilma menatap sekitar yang tampak sepi dan terdengar seperti ada yang menyapu, sepertinya itu pembantu rumah.

Ilma melangkah perlahan menuju rumah. Rumah Fikri tidak banyak perubahan, suasana dan interiornya masih sama seperti Ilma terkahir kali main.

Ilma bersembunyi dibalik tembok untuk mengatur nafas. Ilma meneteskan air matanya. Ilma rindu Fikri namun ini bukan cara yang benar. Ilma merasa bersalah.

Semangat dan keberanian meredup karena rasa bersalahnya menerobos masuk kedalam rumah orang lain.

Ilma menatap ujung sepatunya, dia mengurungkan niatnya untuk melanjutkan semua ini. Mungkin ini sudah takdirnya kalau memang Ilma tidak bisa bertemu Fikri lagi. Menjadi pilihan Fikri untuk homeschooling dan apapun itu. Ilma akan ikhlas menerima dan berusaha mendoakan semoga Fikri bahagia, Ilma akan belajar baik-baik saja.

Ilma percaya suatu saat dirinya akan bertemu Fikri kembali. Ilma tersenyum dan melangkah mundur untuk pergi dari rumah Fikri.

Dari kejauhan seseorang menatap Ilma, air matanya mengalir melihat Ilma yang mulai hilang dibalik tembok. Kenyataan pahit karena dia harus menjauhi Ilma, karena dia tidak mau Ilma sedih.

Fikri terisak dengan dada yang berdenyut lara. Dia pun harus ikhlas dengan perpisahan ini. Fikri yakin dia dan Ilma akan bertemu lagi nantinya.

To be continued

Jangan lupa vote dan komen ya. Terimakasih ☺️

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang