14. Kabur

68 15 30
                                    


"Saya pernah berjanji dengan seseorang di masa lalu saya untuk menikahinya, tetapi sampai sekarang gadis itu tak kunjung kembali setelah pergi bersama orang tuanya." ~Azlan Athaya Rayhan~


Disalah satu kamar yang terletak di panti, terlihat seorang pemuda tengah tertidur lelap di atas ranjangnya. Namun, ada yang aneh dalam tidurnya, pemuda tersebut seakan gelisah, dahinya mengernyit dan bulir-bulir keringat mulai bermunculan. Sepertinya dia bermimpi.

"Rey, tolong aku! Aku di sini kesepian, mereka gak sayang sama aku."

Terlihat seorang gadis kecil tengah meringkuk kesakitan di atas ranjangnya sembari menangis, saat pulang sekolah tadi gadis tersebut tak mendapati keluarganya di rumah. Dia pulang dalam keadaan yang memperihatinkan, walaupun orang tuanya ada di rumah mereka tak akan peduli bagaimana keadaan sang anak.

Tiba-tiba, dari arah pintunya muncul bayangan anak seusianya. "Ila?" panggil bocah lelaki itu sembari terus berjalan menghampirinya.

Gadis kecil tersebut merasa familiar dengan suara yang melontarkan namanya, gadis itu menoleh. "Rey!" pekiknya, dia berlari ingin memeluk bocah yang dipanggil Rey. Namun, gadis kecil itu bingung. Mengapa dia tak dapat memeluk bocah itu. "Kenapa tembus?" Dia mencoba lagi, tetapi tetap sama.

Tak lama kemudian, bayangan itu berubah menjadi orang dewasa yang menyeramkan. "Saya sudah bilang sama kamu, jangan nakal jadi anak!"

Gadis kecil itu melangkah mundur, menutup telinganya dengan kedua tangan tatkala suara bentakan itu menggema ke seluruh kamarnya.

"Rey, tolong! Mereka mau nyakitin aku!"

"Ila!" Pemuda itu terbangun dengan napas terengah-engah, keringatnya masih saja menetes membasahi wajahnya. Mimpi itu lagi?

Dia lantas melirik jam di dekat ranjangnya, sekarang telah menunjukkan pukul 02:30. Pemuda tersebut beranjak dari kasur menuju kamar mandi guna mengambil air wudhu, dia akan menunaikan salat tahajud. Berbeda lagi dengan sosok pemuda yang malah asik tertidur di sebelah ranjangnya.

Tak berselang lama, pemuda itu keluar dengan wajah segar. Langkah lebarnya lantas mematri menuju lipatan sajadah yang berada di samping lemari. Setelahnya, sajadah itu digelar.

Luka Asya (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang