18. Perasaan apa ini?

72 19 29
                                    

'Seorang anak perempuan yang tidak pernah mendapatkan cinta dan kasih sayang dari ayahnya, bakal mudah luluh hanya karena perhatian kecil dari lelaki lain' ~ Arsyila Hayva Fedheela~



Tiga hari berlalu~~

Setelah di mana Guril mengobati kaki Arsyila, keduanya menjadi lebih dekat. Lelaki dengan tinggi badan 187 cm tersebut tak pernah menyangka usahanya tiga hari lalu membuahkan hasil. Sebab selama ini dia tak pernah mendapatkan kesempatan untuk dekat sang pujaan hati. Namun, ada saja yang menjadi penghalang kedekatan keduanya, yaitu Aldi.

Lelaki urakan itu tak rela adiknya dekat dengan siapapun selain dirinya, Arsyila sampai heran dibuat. Mengapa sang kakak sekarang posesif terhadapnya?

Hari ini mata kuliah gadis penikmat musik tengah kosong, rencananya dia ingin jalan-jalan menghabiskan waktu hingga petang, tetapi sepertinya niat tersebut harus terkurung tatkala mendengar dering ponselnya berbunyi. Mata biru lautnya melirik di mana ponselnya berada, lalu dengan cepat dia melihat nama siapa yang tertera di layar. Guril si batu.

Malas sekali rasanya jari lentik tersebut menggeser icon hijau untuk menerima panggilan, tetapi jika tak diangkat Arsyila bakal pastikan ponselnya tak berhenti berdering.

Mengembuskan napas kasar, sebelum akhirnya panggilan itu diterima. "Asya, jalan, yuk. Aku udah di depan pagar rumah kamu."

Setelah mendengar penuturan lelaki yang beberapa hari ini menggangu ketenangannya, dia berjalan menuju jendela guna melihat ke luar dan benar saja di sana sudah ada Guril tengah melambai kepadanya.

"Hm, tunggu aja di situ. Gue mau pake jaket dulu," titah Arsyila, tanpa mendengar kata lagi. Dia memutuskan sambungan telepon sepihak.

Lalu, kaki jenjangnya meraih jaket hitam yang bergelantung di dekat lemari dan gadis pecinta warna hitam tersebut keluar kamar tak lupa menutupnya lagi.

Suara langkah kaki Arsyila menggema di penjuru rumah, sehingga mengalihkan atensi keluarga yang tengah asik berbincang di ruang tamu.

Sang kepala keluarga menatap sinis padanya, sebelum akhirnya memutuskan untuk bertanya, "Mau kemana kamu? Gak kuliah bukannya belajar malah keluyuran."

Arsyila memutar mata malas mendengar itu saja yang keluar dari mulut ayahnya. "Mau kemanapun aku pergi ... itu bukan urusan Ayah." Andini beranjak dari duduknya dan menghampiri sang anak.

"Sayang, gak boleh gitu. Ayah nanya baik-baik, loh, sama kamu." Sejujurnya, wanita paruh baya yang masih terlihat muda tersebut muak berpura-pura baik di depan suami serta anak sulungnya. Dia ingin segera menyingkirkan Arsyila dari keluarganya.

Kejadian di masa lalu masih berbekas diingatkan Andini, di mana Arsyila mencelakai ibunya. Padahal itu bukan kesalahan gadis tersebut, Andini hanya menyimpulkan dari kejadian setengahnya. Dia belum liat bagaimana kejadian sebenarnya.

Sang ibu harus merenggang nyawa di depan matanya dengan darah segar yang mengalir dari perut Sonya, sang ibu. Waktu itu Andini membiarkan Arsyila kecil bermain bersama Sonya di taman dekat rumah, sedangkan Andini tengah sibuk memasak di dapur. Hingga jeritan dari bocah perempuan membuat dia tergesa-gesa keluar rumah, dan betapa terkejutnya dia bahwa sang ibu telah tiada dengan Arsyila kecil yang tengah memengang pisau di perut sang nenek. Namun, Andini menepis segala opini yang ada.

Luka Asya (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang