13. Apartemen

72 17 33
                                    

"Tidak ada kata mustahil bagi saya untuk mendapatkanmu."

_AMRA_

Malam semakin larut, dinginnya angin berhamburan menusuk kulit hingga ke tulang-tulang. Mega mendung yang tadinya hanya mengeluarkan rintik-rintik hujan, kini berubah menjadi hujan lebat membasahi jalanan.

Terlihat sebuah mobil hitam melesat di bawah derasnya guyuran air hujan, pengemudinya dengan ugal-ugalan mengendarai mobil tersebut supaya cepat sampai ke tempat tujuannya.

Beberapa menit kemudian, mobil itu berhenti di sebuah gedung pencakar langit yang biasa orang-orang kaya singgahi entah itu sebentar ataupun membelinya.

Pengemudi itu keluar dari mobil dan mengitarinya menuju kursi penumpang, ternyata ... dia sosok yang menculik Arsyila tadi. Dengan hati-hati sosok tersebut membopong cewek penikmat musik itu yang masih belum sadarkan diri, sepertinya obat bius tersebut memiliki dosis yang sangat tinggi.

Sosok itu berjalan memasuki apartemennya yang berada di dalam gedung tersebut, langkah lebarnya menimbulkan suara menggema di setiap ruangan yang dilalui.

Tepat di depan pintu nomor 21, sosok itu terhenti. Tangan kekarnya dengan sigap menggesek kartu untuk akses memasuki kamar apartemennya. Sekarang sistem semakin canggih tak perlu lagi menggunakan kunci, cukup memakai kartu semuanya beres.

Melangkah menuju ranjang guna menidurkan cewek yang masih terpengaruh obat bius tersebut, sosok yang mengenakan masker hitam serta topi hitam itu tersenyum di balik maskernya.

Saya tidak akan melepaskanmu, Asya!

Sosok itu pun lantas keluar untuk membuatkan makanan untuk Arsyila juga dirinya. Sebenarnya ... apa tujuan sosok tersebut menculik Arsyila?

Di sisi lain ada keempat cowok tengah dilanda cemas, lebih tepatnya cowok yang mengenakan baju kaos hitam berpadu dengan celana hitam selutut. Perasaan marah, cemas, serta takut kehilangan beradu menjadi satu. "Akh! Asya kenapa, sih, suka hilang? Gue nungguin dia di rumah, tapi dia gak pulang-pulang!"

Malam dengan diselimuti hujan lebat semakin menambah kecemasan pada diri Guril terutama Aldi, sekarang ini mereka berada dikediaman Guril. "Coba lo hubungi sahabatnya Asya," titah Teguh.

Aldi memijit pelipisnya, bagaimana caranya menghubungi sahabat Arsyila jika nomornya saja tidak ada? Kalaupun ada, dia orang paling pertama yang akan dihubungi oleh Aldi. "Kalo ada ... gue gak akan kayak gini!"

Luka Asya (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang