1. Pertengkaran

219 31 62
                                    

"Orang bilang rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang, tetapi bagi gue gak, rumah adalah awal dari segala luka."

_Arsyila Hayva Fadhella_

Askara di ufuk barat sudah terlihat, sehingga menembus masuk ke kamar melalui celah-celah gorden. Suara ayam berkokok menandakan pagi yang begitu cerah.

Terlihat di atas ranjang, seorang gadis masih saja bergelut di alam mimpi, seolah-olah mimpi lebih indah dari dunia nyata. Walaupun kenyataannya memang begitu.

Tak lama kemudian, mata cantik dengan warna biru laut itu terbuka. Dia mengerjab untuk menyesuaikan cahaya yang menyilaukan mata, sebab gorden telah dibuka oleh seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

Entah kapan wanita itu ada di kamar putrinya. Sang anak hanya menatap malas pada wanita itu, sadar diperhatikan wanita dengan balutan khas baju kantoran menoleh, tersenyum manis pada anak keduanya.

"Sayang, kamu udah bangun?" Kaki jenjang mulus tersebut melangkah menuju ranjang.

"Belum, ini arwahnya yang gentayangan," jawab sang anak ketus, sedangkan wanita itu terkekeh.

"Kamu siap-siap, ya, habis itu turun. Bunda udah siapin sarapan untuk kamu juga Abang, Bunda sama Ayah mau berangkat ke luar kota untuk beberapa minggu ke depan," ujar sang bunda memberitahu pada putrinya, tangan yang masih terlihat kencang membelai lembut surai anaknya.

Lagi? Kapan, sih, mereka ada waktu buat gue? batin gadis yang masih saja anteng di atas ranjang.

"Gak usah, nanti aku sarapan di kampus aja," kilah sang anak seraya menepis pelan tangan sang bunda dari kepalanya, lalu dia beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.

"Asya." Langkah kaki gadis dipanggil Asya berhenti tatkala suara Bunda terdengar.

Dia berbalik badan, menatap sang bunda dengan alis terangkat satu. "Sampai kapan kamu bakal gini terus? Bunda udah bela-belain buat masak untuk kamu, tapi ini respon kamu sama Bunda?" Arsyila memutar mata malas mendengar perkataan sang bunda.

"Udah, deh, Bunda mending berangkat, nanti ketinggalan pesawat dan satu lagi. Aku gak pernah nyuruh Bunda masak, kalo itu cuman jadi sogokan supaya Bunda merasa enak ninggalin aku lagi." Setelah mengucapkan itu, Arsyila kembali melanjutkan langkah ke kamar mandi.

Luka Asya (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang