23. Jatuh cinta sendirian?

49 4 0
                                    

"Rasa ini tak bisa ku kendalikan, setiap hari bahkan menit tak pernah pudar untukmu, Azlan." ~Baiq Azizah hasanah~

Kini di depan teras rumah yang terlihat cukup besar, terdapat seorang gadis tengah duduk termenung sembari memikirkan kejadian semalam. Jika dia menikah dengan sosok pemuda yang dia dambakan, gadis tersebut harus siap kehilangan marga keluarganya di belakang namanya.

"Abah baru kepikiran sekarang, Zah, tentang Abah mau menjodohkan kamu dengan Azlan. Abah rasa kamu harus memikirkan ini dulu, karena Azlan bukan dari keluarga Lalu," terang sang abah sembari melirik Azizah yang menatapnya dengan pandangan kosong.

"Tapi ..., Zizah mencintai Mas Azlan Abah," cicit gadis pemilik wajah ayu tersebut.

Sang abah menatap sendu ke arah anak semata wayangnya. "Jika kamu siap kehilangan marga keluarga ini, silahkan Abah menyerahkan semuanya sama kamu. Dan sekarang keputusan ada di tangan kamu."

Bukankah itu yang dia inginkan? Menikahi pemuda yang dia cintai? Mengapa gadis itu kehilangan marganya ketika menikah? Karena sejatinya dari jaman nenek moyang, marga Baiq harus menikah dengan Lalu. Namun, berbeda lagi jika lelaki yang menikah bebas saja walaupun marga sang gadis tidak keturunan Baiq.

Lamunan gadis pecinta matcha tersebut buyar tatkala menyadari seseorang ikut duduk di sebelahnya, mengembuskan napas pelan lantas Azizah menoleh. Tepat di mana seseorang itu duduk. "Kamu masih memikirkan perkataan Abah kemarin?"

Anggukan kepala Azizah berikan sebagai respon, rupanya gadis tersebut belum cukup tenaga untuk mengutarakan isi hatinya. "Umi saranin ... kamu sholat istikharah, minta petunjuk sama Allah. Pasti nanti ada aja jalannya," titah wanita paruh baya yang berstatus ibunya.

"Umi sama Abah gak melarang kamu menikah dengan Azlan. Tapi ... balik lagi ke adat keluarga kita, Nak." Umi Kalsum mengelus lembut kepala sang anak yang tertutup oleh hijab.

"Emangnya kenapa kalo aku menikah dengan orang yang bukan dari marga keturunan kita, Umi?" tanya Azizah getir, perkataan sang abah beberapa bulan lalu yang sangat antusias ingin menjodohkannya tiba-tiba sirna bagaikan ditelan bumi.

Umi Kalsum dapat melihat jelas bagaimana rapuhnya sang anak. "Karena itu melanggar hukum adat kita, jika keturunan Baiq menikah dengan orang biasa yang disebut jajar karang ... dia akan dibuang oleh keluarganya karena sudah gak ada marga kebangsawanan. Jadi, kamu pikirkan baik-baik dulu, ya, Sayang. Umi gak mau berita ini sampai pada keluarga kita yang ada di Lombok." Lepas mengatakan itu, sang umi berlalu dari hadapannya dan kembali memasuki rumah.

Luka Asya (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang