15. Pertemuan yang tak disengaja

58 11 14
                                    

Kaki jenjang itu terus saja berlari mengindari kejaran sosok tersebut. Arsyila menyusuri jalanan yang begitu sepi, keringat bercucuran dari wajahnya. Napas gadis penikmat musik itu terengah-engah.

Sial! Dia masih aja ngejar gue, batin Arsyila di sela-sela larinya.

"Berhenti kamu gadis nakal!" teriak sosok itu, dia terlihat bukan seperti manusia pada umumnya sebab tak ada lelah untuk mengejar Arsyila.

Gue harus sembunyi di mana, nih? Kaki gue juga makin sakit, akh!

Arsyila terus berlari dengan kakinya yang semakin bengkak, gadis itu tak mengenali jalanan yang dia lewati sebab malam begitu larut. Hingga di depan sana dia melihat ada cahaya lampu yang menerangi jalanan tersebut dan di sebelahnya terdapat gang. Tanpa berpikir panjang dia berlari menghiraukan kakinya yang semakin sakit.

Sosok tersebut ingin mengejarnya, tetapi dering ponsel menghentikan langkahnya. Sosok dengan pakaian hitam dipadukan celana jeans hitam tersebut merogoh saku guna mengambil ponselnya, tanpa melihat siapa sang penelepon dengan segera diangkat. "Kenapa? Kamu mengganggu say-"

"Kak!" Suara teriakan dari balik ponsel tersebut memotong ucapannya, lelaki itu mengernyitkan dahinya mendengar jeritan sang adik. Ada perasaan cemas yang melandanya.

"Hei, kamu kenapa?"

"Kak, cepet ke rumah aku. Aku takut," ujar seorang gadis terdengar lirih, di balik sana gadis tersebut tengah meringkuk di pojok kamarnya dengan rasa takut setelah sang ayah melakukan kekerasan terhadapnya.

Sosok lelaki yang barusan mengejar Arsyila terlihat begitu khawatir, dengan cepat dia mematikan sambung telepon. Lalu, dia berbalik arah menuju apartemennya. Urusan Arsyila dia bisa kapan saja menculiknya lagi, terpenting sekarang adalah adiknya.

~♡♥︎~

Suara adzan subuh telah berkumandang, semua orang terbangun dari tidur yang begitu nyenyak, apalagi malam tadi dilanda hujan yang semakin membuat tidur terasa nikmat. Subuh diawali dengan badan serta senyum yang merekah dari wajah-wajah penghuni surga.

Sama halnya dengan kedua pemuda tersebut yang sudah rapi menggunakan baju koko juga perlengkapan salat lainnya. Keduanya akan menunaikan salat subuh berjamaah di masjid tak jauh dari panti.

Azlan melirik pada sang sahabat yang tengah bercermin, 'lama sekali' pikir pemuda tersebut. Dia menggelengkan kepala melihat tingkah Romi di depan cermin, terlihat seperti orang gila senyum-senyum sendiri. "Mau sampai kapan kamu di depan cermin?"

Luka Asya (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang