SENO 37

6K 208 14
                                    

"Za!"

Eza menghentikan gerak kakinya melangkah dipertengahan selasar, diikuti Neta yang berada disebelah. Mereka serempak memutarbalikkan tubuh pada sumber suara yang memanggil.

Kenzo, cowok tinggi berwajah manis itu tersenyum sinis pada Eza. "Udah barengan aja." katanya merujuk pada Eza dan Neta.

Berdecih singkat, Eza lekas memukul lengan kanan atas Kenzo. "Nggak baik berlarut-larut."

Kepala cowok tinggi itu mengangguk sekali. "Inget, tugas lo numpuk sebagai ketua osis. Mampus wakil lo nanganinnya."

"Gampang, nanti gue atur." Eza terkekeh.

Pandangan Kenzo beralih ke Neta. Dilihatnya gadis itu hanya menatap mereka bergantian, menyimak obrolan yang tak ia pahami itu.

Kenzo tatap dalam mata Neta. Jujur saja, ia masih sedikit tidak percaya sekarang. Bagaimana Eza yang selalu antusias menceritakan sosok Neta, kini harus sirna karena sebuah kenyataan pahit yang tak terduga.

Neta yang mendapatkan tatapan tak ada arti itu seketika menunduk, antara takut dan malu pada Kenzo.

"Ayo balik kelas," ajak Eza pada Kenzo.

Kenzo memutuskan kontak mata, ia mengangguk pada Eza. Sedetik kemudian, ia tarik tubuh Eza agar menempel, mendekatkan telinga cowok itu dimulutnya.

"Yakin lo udah nggapapa?"

Berdecak pelan lalu menjauhkan tubuh keduanya dan langsung mendorong pundak Kenzo. "Santai aja. Kalo gue masih setres, gue nggak mungkin disini."

"Kak Eza setres?" suara Neta mengintrupsi keduanya. "Jadi, kakak ngilang karena setres? Setres kenapa, kak?" tanya gadis itu lagi dengan tatapan cemasnya yang besar dan tanda tanya.

Eza mengulum bibir. Mengelus puncak kepala Neta bebarengan senyuman manisnya keluar. "Nggak kok, bercanda aja."

"Gue pergi ke kelas dulu ya sama Kenzo. Lo sendiri aja nggapapa kan?" tanya Eza seraya mundur.

Neta mengangguk. "Iya nggapapa," Sepertinya ia tak terlalu memikirkan ucapan Eza yang sebenarnya sangat penting untuk ia lewatkan. Ia percaya-percaya saja apa yang Eza katakan tadi.

Setelah kepergian Eza, barulah gadis itu berbelok ke kiri menuju arah kelas. Tanpa tahu bahwa dibelakang sedang dua orang memantau dirinya.

"Lihat? Pertemanan kita hancur gara-gara cewek sialan itu, tapi dia? Malah bisa senyum-senyum dan ketawa-ketawa nggak berdosa." kata Saka terdengar geram.

"Dia pikir gue bisa terima ini semua? Cih, dia belom tau sisi gelap gue kayak apa." Lanjut Saka.

"Mau lo apain?" tanya Eros yang berdiri disampingnya sambil bersandar ditembok.

Saka bersidekap, lidah menusuk pipi kanan bagian dalam. Kemudian, seringai penuh arti itu terbentuk. "Gue bakal uji Seno."

Mata Eros sedikit membulat, agak terkejut. Kemudian mengernyit, "Maksud lo?"

"Seru nggak sih jadiin tuh cewek umpan buat Seno?"

"Bangke!" damprat Eros. "Lo cari masalah mulu dah sama Seno!"

Saka melirik Eros dengan remeh. "Seno yang cari masalah sama gue. Dan lo, harus bantuin gue."

"Gue nggak mau aneh-aneh," Eros hendak balik namun kerah belakang seragamnya Saka tarik.

"Lo jadi temen nggak setia banget, Sat!"

•••

Bel istirahat berbunyi beberapa menit yang lalu. Seperti biasa, anak-anak SMA Merpati berlomba-lomba mengejar kantin untuk mendapatkan asupan gizi.

SENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang