SENO 30

8K 210 16
                                    

tarik napas duluuuu😋🙌

gada Seno dulu disini, kita fokus pada fakta yang mengejutkan😱

"Papa tau Mama sering kangen sama dia, Papa nggak masalah. Tapi jangan sampai Mama jadi halusinasi kayak gini, Ma."

"Pa? Papa masih nganggep Mama halusinasi? Kalau Mama suka halusinasi, udah dari dulu, Pa! Bukan sekarang."

"Cuma kebetulan." Galuh tatap wajah istrinya sejenak, kemudian berdiri melangkah ke arah balkon kamar.

"Nggak, Mama ada bukti. Itu semua udah jelas, Mama aja rasanya nggak percaya dan ini semua terasa mimpi." Renna menunduk menatap lantai kamar, tak lama setetes air mata jatuh ke atas pahanya yang tertutup loose pants.

"Bukti?" Galuh memutar tubuhnya. "Bukti apa? Hanya karena dia punya tanda lahir yang sama?"

Renna mendongak, menatap suaminya sambil kepala bergeleng lemah. "Sebuah foto."

Galuh mengernyit sesaat. Ia lekat menatap Renna hingga istrinya ikut berdiri mendekat ke posisinya. "Mama tau Mama lancang, tapi Mama harus ngeyakinkan kalo firasat Mama itu harus salah, Pa. Tapi-"

Renna beralih memandang luar melalui balkon kamar. "Tapi semuanya benar setelah Mama dapat foto itu. Foto waktu Neta masih bayi."

"Maksud Mama?" Ekspresi terkejut Galuh tidak dapat ia sembunyikan. Jantungnya mendadak berdebar dengan sendirinya, ia tatap penuh tanda tanya pada Renna, menunggu tak sabaran kejelasan perkataan wanita itu. Saat ini, Galuh berusaha menepis pikiran negatifnya.

Mata Renna sayu dan meredup, dibawahnya sedikit bengkak karena tak berhenti menangis setelah ia mencari sebuah fakta yang menyakitkan.

Air mata wanita itu kembali mengalir, namun dengan cepat ia usap dengan punggung tangan. Mengambil dua buah foto berukuran kecil yang sengaja ia kantongi di dalam saku celananya.

Menunjukkannya pada Galuh dengan tangan gemetaran. Renna memandang arah lain, tak ingin hatinya tersayat ketika melihat foto-foto itu lagi.

Galuh dengan cepat mengambil alih, lalu meneliti kedua foto itu dengan benar-benar tanpa keliru.

"Meski foto itu beda, tapi muka bayinya sama, kan?" tanya Renna tanpa menegok ke arah Galuh.

Pria itu terdiam seribu kata. Matanya perlahan berkaca-kaca, bibirnya sedikit bergetar dan jantung yang terasa nyelos dari tempatnya. Bagaimana mungkin? Ucapan istrinya benar, wajah dari dua foto yang berbeda itu sama. Renna menemukan foto satu di dalam tas kecil Neta, sedangkan foto lainnya mereka simpan di tempat rahasia.

Galuh tidak ingin percaya, tidak ingin menerima kenyataan ini. Tapi, ucapan yang Renna lontarkan berhasil membuat dirinya terpukul dan menangis tanpa terisak.

"Neta, Pa. Dia anak kita yang Mama aku buang."

BRAK! Pusat perhatian Renna dan Galuh teralihkan pada sebuah benda yang terjatuh di depan kamar. Seketika dua orang paruh baya itu melotot menyadari Eza yang membeku di tempat dengan tas sekolah yang terjatuh di lantai.

"Mak-maksud kalian?" Eza berusaha mencerna ucapan Renna yang tidak sengaja ia dengar. Kakinya bergerak melangkah masuk dengan gontai. "Maksud Mama apa?" tanya Eza.

Renna menelan salivanya kasar. Ia ingin bersikap biasa namun tidak bisa. Air matanya sulit dicegah sehingga ia menutup mulut menahan isak yang memaksa keluar.

Eza menggelengkan kepala. Ia tatap Galuh ketika ia berdiri tepat di depan kedua orang itu. "Pa, jelasin maksud Mama apa? Kenapa diem? Eza lagi nanya, Pa, Ma!"

SENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang