SENO 58 (END)

4.9K 133 6
                                    

Di sebuah ruangan kamar minimalis berukuran 3 meter × 3 meter berdominasi cat putih abu itu dengan pencahayaan minim, seorang gadis yang terbanjiri keringat itu tengah berkelut dengan alam bawah sadarnya.

Dia menggeleng-gelengkan kepala dengan kuat, keningnya mengerut tebal dan sprei kasur yang dia genggam begitu erat. Ia seperti ingin meluapkan suaranya namun sulit, mulutnya terasa dikunci rapat. Napasnya tersengal-sengal, disusul air mata yang tiba-tiba mengalir membasahi bantalnya.

"KAK SENOOOO..!!"

"ENGGAK KAK SENOOO!!" Bersamaan kalimat itu terlempar, dia pun terbangun dengan posisi langsung duduk dan mata melotot lebar. Dadanya naik turun dengan tempo cepat, demi apapun rasanya dia hampir berhenti bernapas.

Mimpi buruk itu membuatnya seperti baru saja terjatuh dari ketinggian, jantungnya mencelos hampir lepas dari tempat.

Neta menelan salivanya kasar, masih dengan keadaan tidak normal. Mimpi itu masih terbayang-bayang, membuat dia ketakutan. Segera cewek itu menyugarkan rambutnya lalu mengambil segelas air di nakas samping tempat tidur.

Meminumnya dengan rakus sampai tandas tak bersisa.

"Aarghh..," Neta mengembuskan napas lewat mulut. "C-cuma mimpi. Okey Ta, lo harus tenang!" monolognya sambil terpejam, mengusap dada.

Tak sampai disitu, rupanya dia masih gelisah. Pergerakannya begitu cepat saat mengambil ponsel di sampingnya dan menelpon kekasihnya. Kalau tidak begini, dia tidak akan tenang sampai kapanpun.

"Kak Seno angkatt pleasee,"

Telepon tersambung, yang ia dengar pertama erangan deep voice Seno, "Siapa sih nelpon tengah malem gini? Lo gak liat orang tidur apa?!" cerocosnya, sepertinya dia tidak melihat nama penelpon.

Akhirnya Neta bisa mengambil oksigen dengan lega setelah mendengar suara laki-laki itu. Tapi bukan berarti dia sudah merasa aman, "Kak maaf gue ganggu. Lo bisa dateng kesini gak? Please gue takut,"

Lama menjawab dan terdengar suara grasak-grusuk berasal dari kasur Seno, "Anjing ternyata pacar gue. Kenapa, sayang? Ada apa?" suaranya langsung normal dan jelas.

"Kak..," tiba-tiba dia terisak menangis. Ya Tuhan, mimpi itu terasa nyata, cengeng sekali dia.

"Oh shit! Lo kenapa sayang? Kenapa nangis hei?" kelihatan sekali Seno cemas.

"K-kak.., lo bisa kesini nggak? G-gue but-"

"Okey okey, calm girl! Gue kesana sekarang, dont cry again. Semuanya nggapapa, udah yaa?" kata Seno dengan tutur lembutnya itu.

Dan itu berhasil meredakan tangisannya walau tak sepenuhnya. "Gue tunggu di taman, gerbangnya nanti gue buk-"

"I'm on the way. Tunggu dan jangan kemana-mana."

Tut! Seno memutuskan sambungan segera. Neta menarik napas dalam-dalam, mengusap wajahnya yang sembab nangis bercampur bangun tidur itu. Kemudian turun dari kasur untuk pergi ke Taman.

•••

Pukul. 02.20 am.

Katakanlah Neta gila karena menyuruh kekasihnya untuk menghampiri di jam-jam istirahat seperti ini. Sungguh, dia benar-benar ketakutan luar biasa, dia ingin memastikan bahwa Seno baik-baik saja tanpa luka atau cedera seperti yang ia alami di mimpi itu.

Padahal mereka juga baru bertemu sore tadi di pantai dan menjalin hubungan. Mengapa Neta bisa-bisanya bermimpi tentang Seno dengan semengerikan ini? Semoga tidak nyata untuk hari ini.

SENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang