SENO 38

6K 222 19
                                    

Saka duduk disebuah kursi tepat depan gadis yang terikat itu. Menatap Neta lamat dan penuh arti, sedikitpun tak teralihkan. Sama sekali tak memiliki rasa belas kasihan melihat Neta yang terus merintih dan memberontak.

Neta menatap Saka balik tajam. Persekian detik, teralihkan ke Eros yang duduk selonjoran dilantai.

"Kak Eros," panggilnya pelan dan penuh harap. "Kak tolongin gue, lepasin gue kak. Gue mohon."

Eros menoleh sekilas pada Neta, lalu menyempatkan untuk menatap Saka beberapa detik. Setelahnya, ia bermain ponsel, acuh tak acuh.

Saka bergegas bangkit. Berhasil menyita perhatian gadis itu. Mendongak menatap Saka yang menjulang tinggi sedang berjalan mendekatinya.

Saka berdiri tepat dibelakang Neta. Badannya membungkuk, mendekatkan mulut ke telinga gadis itu.

"Tunggu sampai superhero lo dateng, baru gue lepasin lo. Itupun kalo dia beneran dateng. Soalnya gue bilang, kalo dia bener-bener cinta sama lo, dia bakalan dateng dan nyelamatin lo."

Neta hanya melirik lewat ekor mata. Sedikit saja ia menoleh, maka hidung mereka akan bersentuhan. Posisi Saka benar-benar dekat dengan wajahnya.

Namun itu tak berlangsung lama. Saka menegapkan tubuh, menyentuh bahu Neta seraya kakinya bergerak berjalan ke depan gadis itu.

Satu tangannya masih bertahan dibahu, disusul sebelah tangannya lagi dibahu sebelah. Kemudian, Saka membungkuk lagi dan mendekatkan wajah dirinya dan Neta.

Neta refleks memundurkan mukanya. Ia tatap Saka setajam mungkin, sedangkan cowok itu justru bersikap santai.

Ia menyeringai lebar kemudian. "Ros?"

Eros yang dipanggil menyahut berdehem.

"Rugi nggak sih kita anggurin nih cewek?"

Perkataan Saka seketika membuat netra Neta membesar. Ia menelan ludahnya dengan kasar, jantungnya langsung berdetak tak karuan. Ditambah suhu tubuhnya mendadak panas dingin.

"Maksud lo?" Eros beranjak berdiri.

Seringaian Saka semakin melebar. Matanya yang semula menatap dalam hazel Neta, kini menurun mengarah ke dada cewek itu.

"L-lo mau ngapain?!" Sentak Neta seolah paham isi pikiran kotor Saka.

Saka berdecih sambil menunduk. Detik selanjutnya, ia kembali mengangkat wajah dan tersenyum miring. Tangan Saka bergerak, mengelus pipi Neta dengan lembut.

"SINGKIRIN TANGAN LO!"

"Santai dong," kata Saka sengaja mengolok-olok.

"GUE BILANG SINGKIRIN!" Neta berteriak saat perlahan tangan Saka menurun ke lehernya. "K-kak, j-jangan gila!" Neta mulai menangis ketakutan.

"Ka, sinting lo?" Eros mengernyit melihat perbuatan Saka.

Saka menoleh. "Yakin lo nggak mau gabung?"

Neta menggeleng tegas. Mencoba melepaskan ikatan di tangan dan kaki, ternyata sesulit itu. Saka terlalu kuat mengikatnya.

"Diem!" tekan Saka sambil menarik kerah seragam Neta.

Neta menangis dengan kepala tak berhenti menggeleng. Ekspresinya memelas, darahnya berdesis, ia memohon berharap Saka tidak melakukan hal itu.

Namun harapannya tak terpenuhi. Melihat tangan Saka gencar melepaskan satu persatu kancing seragam Neta dengan disertai senyuman miring andalannya.

"JA-JANGAN KAK, JANGAANN!!" teriak gadis itu semakin keras, tangisannya semakin tak terkendali.

"Shhttt!" Saka terkekeh pelan ketika tangtop hitam Neta mulai terlihat. Ia tatap wajah Neta yang memerah, perlaha matanya terpejam erat.

SENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang