SENO 56

3K 136 11
                                    

Suara ombak pantai memang selalu terdengar menenangkan. Angin kencang yang sejuk menjadikan suasana disana terasa damai dan tentram.

Beberapa orang yang datang memilih bersantai di bibir pantai. Sebagian berenang di air asin itu dan sebagiannya menikmati keindahan alam tersebut bersama kekasih.

Seperti sekarang, Seno dan Neta duduk berdampingan di atas pasir kejinggaan sambil menghadap matahari yang sebentar lagi terbenam. Mereka masih hening, masing-masing memanjakan mata dengan pemandangan aesthetic di depan.

Gadis dengan mini dress motif bunga itu mengambil ponsel berlogo Apel yang bercase mocca itu dalam tas slempang kecil miliknya, lalu memiringkan benda itu guna mengambil foto.

Seno menoleh, seketika tertawa pelan melihat gadis itu. "Suka banget ya sama senja?"

Neta mengangguk dengan fokusnya pada ponsel. Gadis itu penuh hati-hati mengambilnya agar hasilnya menakjubkan.

"Kak, cantik banget!" gemes Neta menatap hasil potretnya di ponsel.

"Iya, lo emang cantik." Seno tertawa geli karena memberikan jawaban gombal.

Neta mengangkat pandangannya. Detik itu, ia memukul tangan Seno kuat. "Ih maksud gue senja, ngaco lo!"

"Apa sih, Ta. Sakit mukul-mukul," laki-laki itu mengusap lengannya yang sedikit perih. "Orang mau gombal juga, galak banget sama gue dah."

Neta mengulum senyuman melihat ekspresi Seno yang cemberut. Meluruskan pandangannya ke depan dengan ekspresi masih sama, membuat Neta gemas sendiri. Ternyata dilihat dari samping, Seno memang setampan itu.

"Maaf dong, gitu aja ngambek. Cowok gak boleh ngambek ya," rayu Neta membujuknya.

"Gak lah, bukan gue banget."

"Bohong."

"Gak percaya?"

"Emang."

"Yaudah sih," Seno bangkit berdiri dari duduk. Kemudian mengusap bokongnya dari pasir yang melekat. Tatapannya ke bawah pada Neta yang masih santai, "Mau main air ga?"

Sketip membuatnya mengangguk senang. "Mau!"

Lantas berdiri, kemudian Seno mengulurkan tangan pada gadis itu. Neta menahan senyum saltingnya sebelum menautkan tangan mereka dan mulai berjalan ditepi pantai.

Mereka sengaja pergi sedikit ujung yang hanya ada beberapa pengunjung disana, menghindari keramaian karena Seno tidak menyukai itu.

Bergandengan seraya tangan diayun-ayunkan bagai anak kecil. Dan ombak yang menyentuh kedua kaki remaja itu seakan mengajaknya untuk beromantisan.

Seno menyipratkan air asin itu ke wajah Neta, membuat cewek itu memejamkan mata erat dan menutupinya, "Kak Seno iih apaan! Kena mata gue!"

"Hah?" Seno berubah panik seketika, "Beneran kena mata lo? Coba sini," Pelan-pelan menarik tangan Neta untuk memperlihatkan wajahnya.

Neta memelas seolah memang air itu mengena matanya, padahal itu hanya akting semata. Ia berubah tersenyum miring, dengan gerakan super cepat membungkuk lalu membalas menyipratkan air ke cowo itu. Bukan muka saja yang basah, kemeja Seno ikutan lembab.

"Bangke emang," umpat Seno sambil tersenyum pasrah.

Sedang Neta puas sekali melihatnya, tertawa renyah tanpa henti sampai perutnya merasa keram. "Makanya liat dulu lawan lo siapa,"

"Oh gitu?" Seno menyingsingkan lengan kemeja itu, melepaskan dua kancing atas dan merenggangkan tulang lehernya. "Mau main-main sama gue ya?"

Neta mundur, mengulum bibir. Sial sekali cowok itu malah menunjukkan pesonanya.

SENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang