MAKANAN.
Aku agak lapar sejak pagi, tetapi malas mencari makanan segar. Lagi pula, Feiralyna jauh lebih menarik daripada kumpulan roti isi daging di dalam kulkas.
Dia tidak pernah bicara padaku meskipun kami teman sekelas. Padahal dia mengobrol senormalnya dengan beberapa siswa selain aku. Kiranya Feiralyna menjadi pemalu di depanku hingga kami tidak punya topik untuk diperbincangkan.
Kupikir akan lebih baik untuk memulai percakapan terlebih dulu. Sapaan ringan sudah cukup. Meski tidak membaca pikirannya, aku tahu Feiralyna senang bukan main saat kuajak bicara.
Kesempatan datang dalam acara liburan.
Di dalam mobil, saat kami terjebak dalam satu ruang sempit bersama-sama selama tiga jam kurang, Feiralyna tidak akan punya pilihan selain menanggapi obrolan. Dia tidak mungkin terus-menerus mengabaikanku.
Rupanya perkiraan tersebut tepat sasaran.
Aku berhasil mengajaknya bicara. Kami punya topik menyenangkan: tumbal manusia.
Dia berujar seolah-olah hendak pergi berburu. Aku ikut membayangkan bagaimana seandainya kami memang berburu manusia bersama. Binar dalam mata Feiralyna mengumumkan kebahagiaannya yang sederhana.
Feiralyna jelas gadis yang sangat menarik. Aku hampir tidak melepas pandangan dari tunggul kepalanya yang menyembul dari kursi depan. Dia tak menoleh ke belakang saat mengobrol---tidak seperti dua temannya yang lain.
Dia lucu.
Kami tiba di vila milik keluarga Akasha setelah matahari tinggi bertakhta.
Rupanya ayah Akasha memiliki urusannya sendiri. Dan si tuan muda pemilik vila tidak tahan untuk berjalan-jalan dengan kekasihnya. Berdua.
Aku tidak keberatan tinggal sendiri. Vila Akasha berbau debu di beberapa bagian, daun busuk di bagian lain. Tempat yang bagus untuk istirahat setelah santap siang.
Sementara menunggu kedua pemilik dengan urusan mereka masing-masing, kami berpencar untuk menikmati waktu luang.
Nurina sibuk dengan ponselnya; Reo sepertinya lebih suka membaca di ruang tengah alih-alih menikmati pemandangan; sedangkan Rauf lenyap menjelajah gudang dan dapur belakang.
Feiralyna memilih kegiatan menyenangkannya sendiri: berburu penampakan.
Aku sudah memperingatkannya untuk berhati-hati---sepertinya itu tidak cukup. Feiralyna mungkin tidak menemukan penampakan seperti yang dia inginkan. Namun, bukan tidak mungkin para iblis dan hantu itulah yang menemukannya.
Iblis bukan makhluk lemah, tetapi mereka biasanya enggan menunjukkan eksistensi karena tidak ingin diganggu. Sebaliknya, manusia yang penuh rasa penasaran memaksa kaum tak kasar mata untuk tampil sebagai hiburan.
Aku tidak mengerti pola pikir seperti itu.
Kenapa mengganggu jika tidak ingin diganggu?
"Ro, lu liat Feira?" Nurina bertanya padaku. Akhirnya dia sadar kawan baiknya tidak ada.
"Enggak."
Aku tidak mungkin mengawasi Feiralyna setiap saat.
"Re, lu gak liat juga?"
Reo menggeleng dari balik bukunya---bersampul merah berhiaskan sebuah topeng emas. Dia akhirnya bersedia membantu Nurina untuk mencari Feiralyna. Mungkin mereka khawatir Feiralyna benar-benar mencari seorang tumbal.
Aku tidak perlu melakukan hal sia-sia semacam itu dan hanya kembali ke lantai dua. Feiralyna tidak akan meninggalkan vila sendirian.
Gadis itu masih berada di balkon yang sama, memandang ke arah yang sama seperti saat kutinggalkan. Iblis bukan benda yang bisa kaucari. Namun, rupanya Feiralyna masih tertarik.
"Belum ketemu?" Aku menepuk pundaknya, memastikan dia masih Feiralyna yang kukenal.
Vila Akasha tidak angker, tetapi penghuninya cukup kuat. Aku sedang tidak ingin main dengan mereka.
Merepotkan.
Feiralyna berpura-pura kaget dan menatapku lamat-lamat. Dia menggeleng, "Belum," katanya sambil cemberut.
"Berarti mereka yang gak ingin ditemukan. Lebih baik kamu turun, kamu dicariin Nurina dan Reo. "
Aku agak kesulitan bicara panjang lebar dengan bahasa kasual. Namun, demi Feiralyna, entah kenapa hal itu tidak jadi soal. Bicara dengan bahasa ibuku pun tidak masalah. Dia tahu siapa aku pun tidak masalah.
Karena Feiralyna tidak akan mengkhianatiku. Aku bisa membaca itu dari matanya yang berbinar terang saat kami bicara berdua.
Feiralyna yang manis akan menarik perhatian mereka. Oleh karena itu, aku membisiki dia sesuatu yang mungkin akan membuatnya bergidik: "Udah kubilang kamu harus hati-hati."
🔹--- 💠 --- 🔹
Saat senja makin merah, kami berkumpul lagi di ruang tengah. Feiralyna mengekor di belakangku. Dan sosok lain mengekor di belakangnya.
Aku benar-benar tidak akan ikut campur lagi. Sudah kubilang padanya untuk berhati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushing Crush
Teen FictionNyaris semua tentang Niro adalah misteri tak terpecahkan. Terlalu banyak kemungkinan; terlalu sedikit kepastian. Bisa jadi cowok itu adalah anak mafia yang kabur karena ogah dijodohkan. Bisa jadi dia sebenarnya CEO muda-kaya raya yang hunting pasang...