6 | As New

1.4K 180 5
                                    

William terbangun dari mimpi panjangnya dan mendapati bahwa sekujur tubuhnya basah oleh keringat. Nafasnya tersengal-sengal mengingat mimpi yang menunjukkan kehidupan lama dari William asli.

Belum sempat ia menelaah mimpinya lebih lanjut, pandangannya malah menghitam, telinganya berdenging, dan rasanya kepalanya hampir pecah karena rasa menusuk yang tajam di pelipisnya.

"Eughh..." rintihnya lemah. Memori kehidupan William yang baru saja ia terima sangat menguras tenaganya. Bahkan saat ini duduk pun ia tak mampu.

Berusaha untuk tidak membuat sakitnya tambah parah, William akhirnya memilih untuk meringkuk diam sampai pada akhirnya rasa kantuk datang dan memeluknya sekali lagi.

~~~~~~~~~~~~

Suara samar dari langkah kaki terdengar berjalan mendekati kamar dari anak pertama keluarga Charlestein. Ethan yang telah menebak siapa itu segera menutup buku yang sedari tadi ia baca dan bangkit dari kursi santainya. Tidak lama kemudian, suara ketukan pun terdengar.

"Masuklah." Perintahnya singkat.

Butler Jensen tanpa ragu masuk dan membungkukkan badannya dengan penuh hormat. "Tuan muda. Saya baru saja mengecek keadaan tuan muda William. Ia masih terlelap sejak terakhir kali saya memanggilnya untuk makan siang." lapornya.

"Pintu kamarnya tidak dikunci?" tanyanya bingung.

"Tidak, tuan muda."

Ethan menghela nafas panjang, bingung dengan sikap adiknya yang menjadi aneh pagi ini. Sudah hampir tiga minggu ia mengurung diri di kamar tanpa mau bertemu dengan siapa pun. Bahkan makan pun ia enggan.

Baru pagi tadi ini, Butler Jensen mencoba membujuk adiknya untuk makan dan mendapati pintu kamarnya yang tak dikunci. Karena ia melihat tuan mudanya tidak mengusirnya ataupun berteriak histeris, Butler Jensen pun mencoba bersikap normal dan memberitahunya untuk sarapan.

Tak disangka, William mengiyakan permintaan tersebut dan bersikap seolah tindakan gilanya belakangan ini tidak pernah terjadi. William bahkan kembali mengenakan pakaian normal.

Setelah kejadian pada pesta makan malam di istana tiga minggu yang lalu, William mulai menunjukkan sikap histeria dengan mengacak-acak lemari pakaiannya. Ia memerintahkan para maid untuk membuang baju-bajunya dan menghabiskan banyak uang untuk membeli pakaian dengan model aneh yang heboh sebelum akhirnya mengurung diri di kamar.

Beberapa kali ketika ayahnya berhasil menjebol pintu kamar William, ia melihat adiknya itu mengenakan pakaian-pakaian aneh tersebut. Isi lemarinya bahkan kini penuh dengan pakaian-pakaian tersebut.

Ketika ayahnya bertanya kenapa William merubah selera fashionnya, William hanya meracau tidak jelas dan beberapa kali menyebut nama sang putra mahkota.

Ayahnya yang menerka bahwa William masih trauma atas kandasnya pertunangan pada akhirnya hanya membiarkan William menggila. Ia berpikir bahwa William dapat melalui masa ini dengan memberikannya waktu untuk menenangkan diri.

Ethan sempat beberapa kali melihat William berjalan keliling rumah dengan pakaian yang layak untuk disebut kostum sirkus. Namun ketika ia mendekat dan mengomentari pakaiannya, William beraksi buruk dan malah memaki Ethan.

Frustrasi, akhirnya Ethan mendengarkan saran ayahnya untuk membiarkan William menenangkan dirinya sendiri. Dan anehnya, hal itu berhasil. Pagi ini William kembali bersikap normal seperti sebelumnya.

Namun tetap saja, Ethan merasa tak nyaman dengan sikap adiknya yang menjadi normal tiba-tiba setelah lama bertingkah seperti orang gila.

"Hh... apakah hanya aku saja yang merasa aneh?" tanyanya sambil bertopang dagu. "Bagaimana menurutmu, Jensen?"

Reverie | JaynooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang