***
Dear, Jayson.
Maaf atas respon ku yang lama dan terima kasih atas perhatian mu terlepas dari pertemuan singkat kita. Sejujurnya kini aku telah baik-baik saja dan aku rasa tidak pantas bagi kita untuk mengungkit kembali kejadian di hari itu. Apa yang berlalu biarlah berlalu.
Terlepas dari hal tersebut, aku senang karena telah bertemu denganmu. Ku harap ini dapat menjadi awal dari pertemanan kita.
Sincerely,
W. Charlestein.
***
William membaca ulang surat balasan yang ia tulis semalam. Setelah dipikir ulang, saat ini ia memutuskan untuk tidak terlalu mengejar Jayson untuk menjadi temannya. Mengingat ucapan kakaknya semalam, ia harus bisa menjaga image. Terlebih lagi sepertinya Jayson ini tidak terlalu mengenal William.
Ibaratnya, Jayson bisa menjadi alas awal William untuk membangun ulang reputasinya.
Mata ambernya kemudian menyusuri kata demi kata yang tertulis formal. Setelah memastikan bahwa tidak ada typo dalam suratnya, ia kemudian melipat dan memasukan lembar putih gading tersebut ke dalam amplop cantik yang telah ia siapkan.
Sembari mencairkan sealing wax untuk menyegel amplop, William kembali tersadar bahwa kini ia benar-benar hidup di masa lampau di mana komunikasi dua arah secara jarak jauh hanya dapat dilakukan melalui surat. Terlebih lagi ia berasal dari keluarga terpandang yang membuat surat menyurat memiliki prosedurnya tersendiri.
Beruntungnya, semalam ketika ia sedang merapikan meja belajar, ia langsung menemukan kotak kayu yang sepertinya dijadikan tempat penyimpanan alat surat menyurat oleh William asli. Di dalamnya terdapat setumpuk kertas, selusin sealing wax berwarna merah marun, lilin, korek api kayu, sendok untuk mencairkan wax, pena, botol tinta, serta cap segel berlambang burung hantu dan pedang.
Setelah selesai menyegel suratnya, William kemudian memanggil Jensen untuk mengantarkan surat tersebut ke kediaman Westwood.
"Ini suratnya." Kata William sembari sang butler menerimanya dengan hati-hati. "Menurutmu butuh berapa lama hingga suratnya sampai ke kediaman Westwood?"
"Secepatnya, tuan muda. Kurir pribadi kita biasanya hanya membutuhkan satu hari untuk sampai ke kediaman Duke Westwood." Jawab Jensen.
William menangguk mendengarnya. Sehari bukan lah waktu yang lama.
"Lalu kapan sekiranya surat balasannya bisa kuterima?"
"Ah, terkait dengan itu saya tidak berani lancang untuk memprediksi, tuan muda. Semua tergantung dari sang penerima surat."
"Hmm. Baiklah kalau begitu. Antarkan surat ini dulu."
"Baik, tuan muda." sesaat sebelum Jensen berbalik untuk pergi, William kembali memanggilnya.
"Jensen, nanti tolong beritahu aku tentang siapa yang menerima surat ini di kediaman Westwood, ya." William menambahkan. Jensen pun mengangguk patuh dan berbalik pergi.
Sambil memperhatikan dari jendela lorong di lantai tiga, William melihat Jensen menghampiri seorang pemuda dengan topi baret dan rompi merah marun dengan bordiran khas dengan benang berwarna emas. Jensen terlihat menyampaikan beberapa hal yang direspon dengan anggukan dari pemuda tersebut. Tak lama, pemuda itu pun berangkat dan Jensen kembali berjalan ke dalam mansion.
William kemudian menghela nafas. Dibenaknya, ia telah merencanakan beberapa hal untuk dikerjakan. Dengan langkah tegap, ia pun berbalik menuju lantai dasar untuk bertemu dengan penjahit keluarga Charlestein. Bagaimana pun juga, ia punya lemari besar untuk diisi ulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverie | Jaynoo
FantasíaAlih-alih mati, kecelakaan yang dialami Sunoo sepulang kegiatan bersama para member malah membawa jiwanya berpindah pada kehidupan lain. Melalui kehendak surgawi, jiwa Sunoo berpindah untuk mengisi raga seorang pemuda di lain dunia dengan garis takd...