Hari yang William tunggu telah tiba.
Saat ini ia sedang berendam dalam air hangat untuk menenangkan dirinya yang overthinking akan performanya nanti.
William menggosok tubuhnya dengan sabun minyak almond yang belakangan ini sangat ia sukai. Setelah membilas sabun tersebut, ia kemudian mulai melumuri setiap jengkal bagian tubuhnya dengan minyak wangi hasil racikannya.
Pada awalnya, William cukup stres ketika mengetahui fakta bahwa parfum belum diciptakan di era ini. Lalu dengan segenap pengetahuannya yang terbatas, William nekat bereksperimen dengan mencampur beberapa minyak dengan aroma wangi menyengat. Setelah beberapa kali percobaan, ia akhirnya menemukan campuran yang cocok dengan indera penciumannya. Ia mencampur minyak mawar murni dengan buah vanilla yang ia temukan di dapur, kemudian menyadurnya dengan minyak almond serta air untuk mengurangi kepekatannya.
Mendengar suara langkah kaki samar dari luar pintu, William buru-buru memakai jubah mandi dan berlari kecil untuk membuka pintu.
"Tuan muda, Will? Aku membawa setelan pesta yang telah kau pesan." kata salah seorang pelayan yang masih Will belum hafal namanya. Dengan isyarat tangan, ia memerintahkan sang pelayan untuk meletakan setelan tersebut di kasurnya.
Paham apa maksud tuannya, ia segera melakukan perintah lalu membungkuk hormat kemudian pergi.
Dengan tak sabar, William segera mengeluarkan setelan tersebut dan mengenakannya.
~~~~~~~~~
"Ibu! Lihatlah pakaianku. Oke tidak?" Seru William sambil berputar untuk menunjukkan semua sisi dari setelan yang ia kenakan. Bersamaan dengan itu, kakak, ayah, serta beberapa pelayan keluar dari ruang kerja ayahnya yang terletak tepat di samping tangga. Mereka turut mendengar dan melihat William yang sedang bergaya.
Semua yang ada di ruangan itu menatap William dengan tatapan terpukau. Di pandangan mereka, William terlihat tampan, manis, sekaligus misterius dengan pakaiannya yang didominasi warna hitam dengan pola bordiran silver.
Setelan itu turut dilengkapi dengan jubah pendek transparan serta beberapa rantai tipis yang yang menghubungkan dua ujung jubah di lehernya. Tidak lupa, pin silver berlambang burung hantu serta pedang tersemat rapi di dada kiri William, menunjukkan dengan jelas bahwa ia adalah bagian dari keluarga inti Charlestein.
"Will, anakku tersayang! Kau adalah pemuda termanis yang pernah aku lihat!" seru ibunya dengan nada tinggi. Tangannya membuka dan menutup seolah berusaha untuk meremas sesuatu. Jessa benar-benar tidak bisa menahan diri untuk menguyel-uyel pipi anak bungsunya ini.
"Ibu ada-ada aja." balas William sambil tertawa, membuat mata rubahnya melengkung cantik seperti bulan sabit. Perasaannya kini menjadi lebih baik ketika mendengar pujian dari ibunya.
"Kau benar-benar terlihat tampan, Will. Dan pakaianmu juga cantik sekali." Sambung ayahnya, tak mau kalah dengan istrinya dalam memuji William yang kini tersipu dengan pipinya yang merona.
"Tuan, sudah waktunya untuk berangkat." Sela Butler Jensen pelan kepada tuannya.
"Oh, ya. Baiklah kalau begitu, mari kita berangkat." Ajak sang ayah sambil merangkul istrinya, mengarahkan mereka ke arah kereta kuda yang akan membawa keluarganya ke pesta ulang tahun sang raja.
.
~~~~~~~~~~
.
"Kereta kuda keluarga Charlestein telah tiba!" Dengan suara lantang yang menggelegar, seorang penjaga mengumumkan kedatangan keluarga tersebut. Semua yang ada di halaman istana menolehkan kepala dengan penuh rasa penasaran. Setelah sekian lama, hari ini seluruh keluarga Charlestein hadir dalam satu tempat yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverie | Jaynoo
FantasíaAlih-alih mati, kecelakaan yang dialami Sunoo sepulang kegiatan bersama para member malah membawa jiwanya berpindah pada kehidupan lain. Melalui kehendak surgawi, jiwa Sunoo berpindah untuk mengisi raga seorang pemuda di lain dunia dengan garis takd...