William duduk tegak sambil bersandar di kursi, memperhatikan kakaknya yang mulai menuangkan minum ke gelas mereka berdua. Hatinya masih tidak tenang memikirkan topik apa yang akan dibahas oleh kakaknya kali ini. Jari jemari kurusnya pun turut memilin kain alas meja untuk meredakan ketegangannya.
"Kenapa kamu jadi kaku begitu?" tanya kakaknya dengan alis yang terangkat.
"Eh, tidak. Aku hanya sedikit merasa lelah kak." elak William. Tangannya yang makin salah tingkah kemudian bergerak untuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lelah setelah tidur seharian?"
"Aduh, salah jawab."
Melihat William yang makin canggung, Ethan pun melanjutkan "Tenanglah, Will. Malam ini aku hanya berharap bisa bicara lepas denganmu. Sudah lama sejak terakhir kali kita bersama seperti ini kan?"
William yang takut tergagap akhirnya hanya bisa mengangguk. Tangannya perlahan mulai mengangkat pisau dan garpu ketika Ethan selesai menuangkan minuman.
"Makanlah. Aku meminta para koki untuk memasak hidangan kesukaanmu."
Tanpa banyak bicara, William yang sedari tadi memang sudah tak sabar pun tanpa ragu mulai memotong ikan salmon panggang dihadapannya. Dari suapan pertama, ia hampir saja mengeluarkan desahan karena rasa manis dan gurih dari ikan salmon yang lembut tersebut. Wajahnya pasti menunjukkan ekspresi aneh karena tak lama ia mendengar Ethan yang menahan tawa.
"Enak kan?" Godanya. Melihat pipi William yang memerah dan bibir ranumnya yang mulai cemberut, Ethan makin tidak tahan untuk menggodanya lagi. "Kamu sih pake segala mogok makan. Hampir tiap hari ibu menyuruh para koki untuk masak salmon panggang madu ini buat kamu."
"Oh ya?" Tanpa sadar, William bertanya. Sedikit penasaran tentang sikap William asli pasca kejadiaan di tea party tiga minggu yang lalu.
"Mm... Aku sampai bosan menghabiskan ini setiap malam karena kamu terus menolaknya." jawab Ethan. "Jadi aku harap kamu menghabiskan porsimu malam ini. Liat tuh, kamu sekarang kurus banget." Sambungnya lagi sambil menunjuk badan William yang memang terlihat kurus dan ringkih dengan dagunya.
William menghela nafas pelan. Kalau dipikir-pikir, kakaknya ini sangat peduli padanya. Ethan juga bersikap terbuka dan terlihat mengajak William bercanda walaupun sedikit canggung.
Hmm... Mungkin ini adalah kesempatan baginya untuk mulai probing mengenai lingkungan serta dunia tempat William sekarang berada. Kalau Sunoo harus hidup sebagai William, ia mau hidup dengan sebaik mungkin, termasuk sambil merencanakan balas dendam ke mantannya mengingat betapa tak pantasnya perilaku dia kepada William asli.
Dengan misi di kepalanya, William pun mulai menyusun rencana.
"Will, apakah kamu gak apa-apa selama tiga minggu belakangan?" baru saja William mau bertanya, kakaknya sudah menyerobot duluan dengan pertanyaan yang ia takutkan itu.
"Mmh? Apa maksudmu, kak?" William yang mulai panik mulai mengelak pertanyaan tersebut. Bukan apa-apa, William takut ia salah bicara dan membuat kakaknya jadi khawatir atau bahkan curiga dengan perubahan sikapnya. Bagaimanapun juga, Sunoo bukanlah William.
"Jangan mengelak pertanyaanku, Will. Kamu tau apa yang kakak maksud." tegas kakaknya. Kini ia benar-benar berhenti makan dan memandang lurus ke William
Melihatnya, William mulai menegakkan badannya. Dengan cepat otaknya bekerja untuk menyusun skenario yang bisa meyakinkan kakaknya bahwa ia benar baik-baik saja. Selang beberapa detik, aktingnya pun dimulai.
William menghela nafas berat, punggungnya yang sedari tegak kemudian dengan lelah bersandar ke kursi. Pisau dan garpu yang sedari tadi ia genggam jatuh berdenting di kedua sisi piringnya. William menoleh ke kiri bawah, matanya sendu dan bibirnya terkatup rapat. Untuk memberikan efek dramatis, ia berusaha membuat matanya berkaca-kaca serta berpura-pura untuk menahan isak tangis yang tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverie | Jaynoo
FantasiaAlih-alih mati, kecelakaan yang dialami Sunoo sepulang kegiatan bersama para member malah membawa jiwanya berpindah pada kehidupan lain. Melalui kehendak surgawi, jiwa Sunoo berpindah untuk mengisi raga seorang pemuda di lain dunia dengan garis takd...