14 | Shout Out

1.3K 175 11
                                    

Satu hal yang William pikir ketika melihat dekorasi ballroom istana adalah-'mewah'. Beberapa lampu gantung dengan desain rumit menghiasi plafon di sekeliling ruangan. Di tengah, terdapat undakan panggung kecil yang William terka akan menjadi tempat keluarga kerajaan duduk dan menyambut tamu nantinya. Tepat di sebelah kanannya, berdiri panggung yang lebih tinggi, dimana sekumpulan pemusik berkumpul dan melakukan rehearsal.

Melihat spot piano kosong di dekat sang konduktor, William merasa tangannya mulai berkeringat, diam-diam tegang dengan performa yang akan dia bawakan.

"Ck, kemana pria tua itu pergi."

Gumaman Jay mengalihkan perhatian William. Matanya secara otomatis menyisir sekitar untuk menemukan keluarganya.

"Oh, iya. Kemana mereka pergi? Cepat sekali mereka menghilang. Rasanya tadi tidak jauh di depan kita."

Jay curiga ini adalah salah satu akal-akalan sang ibu agar ia dapat menikmati momen berdua dengan William. Jay menghela nafas panjang-rasa antara sebal dan geli menyelimuti hatinya. Amanda-ibunya, sudah mulai gencar menanyakan kehidupan cintanya beberapa bulan belakangan.

Ayahnya juga mengeluhkan proposal pertemuan dari berbagai kalangan keluarga yang intensinya sangat jelas-untuk mengenalkan Jay dengan putri mereka-meskipun telah dikemas dengan bahasa seperti 'mempererat hubungan', 'perkenalan formal', dan lain sebagainya.

Proposal seperti itu telah mulai membanjiri rumahnya sejak ia berusia 16 tahun. Dulunya, sang ayah ataupun Jay dengan rutin membalas dengan surat penolakan untuk menghentikan datangnya proposal tersebut. Namun alih-alih berhenti, proposal itu malah makin menggunung.

Karena merasa jengah, Amanda kemudian mulai membujuk Jay untuk merespon setidaknya satu proposal. Lagipula menurutnya akan lebih baik kalau Jay mulai mencari kehidupan di luar kesibukan keluarga dan kampus. Terlebih lagi usianya sudah hampir menginjak 18 tahun, usia dimana umumnya para calon penerus keluarga sudah mengenalkan calon pasangan mereka.

Itulah alasannya kenapa Amanda sangat semangat ketika Jay berterus terang bahwa saat ini ia sedang dekat dengan seseorang. Dan identitas dari seseorang itu membuat Amanda semakin heboh dibuatnya. Bahkan ia dengan sukarela membantu Jay untuk membuat surat penolakan untuk proposal keluarga lain.

Kini yang menjadi masalah adalah anak semata wayangnya itu terlalu lamban dalam membina hubungan. Meskipun tidak ada indikasi bahwa ada bangsawan lain yang mencoba untuk meminang William, tetap saja Jay harus membuat klaimnya jelas di mata publik.

Terlebih lagi William pernah berhubungan dekat dengan putra mahkota sebelum akhirnya mendingin. Siapa yang bisa menjamin kalau besok putra mahkota tidak tersadar dan tidak mencoba untuk mendapatkannya lagi??

Amanda sih tidak mau mengambil resiko.

Oleh karena itu, diam-diam ia bertukar surat dengan Jessa perihal hubungan keduanya. Pada mulanya, Jessa masih bersikap objektif dan tidak terlalu memikirkan masa depan hubungan William dengan Jay. Namun untungnya Amanda jago membujuk. Jadi kini ia dan Jessa sepakat untuk menunjukkan kedekatan dua keluarga tersebut secara terang-terangan.

Melihat Jay yang menggandeng William, Amanda tersenyum kecil. Dalam hati ia berdoa untuk kelancaran hubungan mereka kedepannya.

.

~~~~~~~

.

William mendengar seruan hormat tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dari pintu kedatangan, Benjamin, sang putra mahkota dengan setelan putih beraksen emas sedang berjalan ke arah mereka. Mata William tak sengaja beralih ke sosok yang mengaitkan kedua tangannya di lengan kiri Benjamin.

Reverie | JaynooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang