Book1

30.9K 789 17
                                    

Halo!

Jujur gak pernah terbesit di pikiran saya kalau cerita amatiran saya ini akan disukai beberapa orang. Ga tau terbilang banyak atau sedikit bagi saya ini udah di luar dugaan.

Saya memutuskan untuk merevisi dan merombak cerita ini. Dari segi tata bahasa, adegan adegan, informasi yang masih banyak kesalahan.

Akan ada adegan yang akan saya hapus atau ganti karena saya rasa 'ini adegan apa maksudnya sih?' 'Lah masa bisa begini?' Hehe. Saya juga berniat mempertahankan gaya bahasa yang cuek dan ga kaku. Jadi ga akan terlalu baku dan santai.

Setelah bertahan di wattpad selama dua tahun saya rasa Raihan dan Syra pantas mendapatkan perombakan yang lebih baik.

Saya akan berusaha menyelesaikan revisi ini secepat yang saya bisa. Kalau udah selesai akan langsung saya update ga pake basa basi.

Selamat datang kembali di dunia Raihan Syra!

---

"Raihan kamu ngapain sih bengong mulu dari tadi!" Teriakan Bu beti membuat seluruh ruangan terperanjat kaget. Termasuk remaja laki laki yang sedang duduk menopang dagunya menatap lapangan datar dan segera menoleh.

Ia menurunkan tangan dan bangkit dari kursinya. Tindakan ini cukup aneh sebenarnya. Namun tidak bagi mereka yang sudah hafal benar tabiat remaja yang satu ini.

Prinsipnya, daripada guru yang marah marah buang tenaga lebih baik dia keluar. Sama sama hemat tenaga. Bener sih, guru guru yang ngomel ke dia pasti ujung ujungnya bilang keluar kamu! Atau saya yang pergi apa kamu yang pergi?!

Ia berjalan santai melewati pintu kelas tidak mempedulikan Bu Beti yang memijat pelipisnya, tidak habis pikir dengan muridnya yang satu ini. Tatapannya datar melangkah cuek tanpa terselip rasa khawatir sedikitpun.

Kakinya melangkah pada kantin sekolah. Rutinitas, datang ke sekolah - di keluarkan dari kelas - tidur di kantin - pulang. Sampai kadang guru suka mikir yang ada di otak dia tuh apa sih? Untungnya dia itu pinter dan ga pernah turun sekalipun dari peringkat tertinggi di kelasnya.

Kata teman teman sepermainannya, ngeliat sosok Raihan tuh ga adil. Dia cabut cabutan, ga pernah niat belajar, tapi dikasih karunia pinter dari sananya.

Curang.

Sampai di kantin ia duduk di depan penjual nasi goreng. Penjual nasi goreng yang satu ini udah kayak ibu cowok itu sendiri di sekolah. Pemberi asupan gizi yang dibayarnya pasti nunggak. Seminggu sekali. Bukan karena ga punya duit, tapi karena- ya sebenernya gatau kenapa.

Kalau kata Raihan sih dia nunggak biar si ibu selalu inget sama dia. Lagipula mereka udah deket banget jadi ibu ini udah percaya pasti dagangannya dibayar.

"Kenapa lagi Han?" Tanya Bu Gina sang penjual nasi goreng. Remaja yang diajaknya bicara hanya tertawa dan membenarkan rambutnya dengan jemari agar lebih tertata. Padahal mah sama aja. Malah keliatan lebih berantakan.

Tapi ga ada yang bisa nampik kalau dia itu ganteng.

Tidak bisa memejamkan matanya sama sekali, ia hanya memainkan ponselnya tanpa memesan apapun karena tadi pagi ia sudah menghabiskan bekal teman sebangkunya. Keringatnya perlahan menetes karena suhu kantin yang cukup panas. Hoodie yang dikenakannya cukup tebal dan hampir saja ia lepas kalau tidak ingat ia tak mengenakan seragam.

THS [2] Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang