Hampir seluruh publik di negeri ini tahu segala informasi mengenai Jan Lakis.
Pria kelahiran Manado, 30 tahun silam itu dikenal sebagai artis ibu kota yang memiliki segudang talenta. Dia berkecimpung di dunia akting dan modelling yang telah membesarkan namanya. Setidaknya, sebelum publik mengetahui bahwa nama belakangnya adalah Saudjaja sejak beberapa bulan lalu.
Sebelum ini, memang tidak ada yang mengetahui bahwa Jan Lakis memiliki nama Saudjaja di belakangnya. Dia tidak besar di dunia entertain karena menyandang sebagai generasi ke-4 tertua di antara cicit-cicit Saudjaja atau pun sebagai anak sulung dari Yan Jati Saudjaja dan Yuuna Wiratama. Melainkan karena sebuah audisi akting dalam film laga delapan tahun lalu.
Dan itu semua adalah sebuah keajaiban. Sebab, meski dirinya adalah yang tertua di antara generasi keempat Saudjaja, Jan Lakis justru diberikan 'kelonggaran' oleh sang papa untuk memulai karirnya entah dari mana. Dan jika berbicara mengenai 'kelonggaran' dalam keluarga Saudjaja, tentu saja ada kepentingan tertentu yang perlu Jan Lakis lakukan sebagai landasan utama. Ya, benar. Ada udang di balik batu.
Kemudahannya dalam menentukan awal jalan karir dengan terjun ke dunia entertain tidak berjalan begitu saja hanya karena Jan Lakis menginginkannya. Tidak juga terjadi begitu saja hanya karena Yan Jati secara sukarela berbaik hati membiarkan anak-anaknya menentukan jalan karir sesuai pilihan mereka sendiri.
Bukankah sejak awal sudah dikatakan bahwa Jan Lakis tidak pernah memiliki kehidupannya sendiri?
Jatuh ke dalam dunia entertain memang sempat dipikirkan oleh Jan Lakis beriringan ketika ia diperkenalkan dengan segudang tanggung jawab bisnis keluarga yang akan diembannya suatu saat kelak.
Anggap lelaki itu sensitif, tetapi adalah benar bahwa alasannya terjun ke dunia entertain—setelah menamatkan kuliah bisnis di salah satu kampus Ivy League—karena ia ingin merasakan dan mengenal rasanya diinginkan dan dicintai dengan pelan-pelan dan tidak tergesa. Sangat melankolis memang. Tetapi begitu nyatanya.
Itu muncul ketika Jan Lakis menyadari bahwa sampai kapan pun, dirinya tidak bisa menerima bentuk 'cinta' apa pun ketika dia memang belum menginginkan dan siap akan hal itu. Jan Lakis perlu mengenal cinta dengan pelan-pelan untuk menumbuhkan rasa percaya yang selama ini tidak pernah ia miliki pada siapa pun atau apa pun. Karena baginya, berhadapan dengan cinta sama saja berhadapan dengan suatu ancaman. Dia harus berhati-hati. Dia harus mengenalnya dengan baik sebelum akhirnya menerima cinta itu masuk ke dalam hidupnya.
Sebab, besar dan tumbuh di keluarga Saudjaja membuat Jan Lakis paham bila cinta adalah hal yang semu dan tidak akan pernah abadi. Itu hanya sebuah kamuflase dari ancaman besar di baliknya yang akan menghancurkan kehidupan Jan Lakis bila lelaki itu terlena. Ditambah, kini Jan Lakis harus menghadapi sebuah perjodohan—suatu hal mengerikan yang harus membuat pria itu harus berhadapan dengan 'cinta' secara paksa.
Sungguh ironi, bukan? Jan Lakis sengaja menghampiri banyak cinta dari penggemarnya, karena ia sadar bahwa cepat atau lambat, dia harus segera menyingkirkan persepsi buruk seperti jika dirinya benar-benar ingin merasakan akan sebuah cinta. Dia harus bisa belajar menerimanya, meski dirinya tahu dia tidak bisa merasakan hal tersebut sebagaimana yang semestinya.
Itu sebabnya, dia memulai karirnya sebagai aktorlaga. Dia ingin merasakan pacuan adrenalin yang dapat memperkuat asumsinya akansebuah ancaman, sekaligus melawan asumsinya itu dengan mendapatkan banyak cintadari para penggemar.
Jan Lakis sengaja belajar mengenai cinta melalui bentuk yang diberikan oleh penggemarnya. Hal itu bagi Jan Lakis hanya bagaikan sesendok kecil gula dalam mug besar berisi teh pahit—yang akan membuatnya semakin waspada dan tetap realistis bahwa tidak ada seorang pun yang akan tulus memaknai sebuah cinta bila tidak ada asalan jelas di baliknya. Dalam hal ini, tentu saja alasan itu berasal dari ketenaran, kerupawanan, dan kepemilikan harta.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALL ME YOUR WIFE, LAKIS! ✔️
RomanceKehidupan pernikahan persis seperti yang dibayangkan oleh Jan Lakis; sulit, pahit dan menyakitkan. Dengan penggambaran yang melekat seperti itu di kepalanya membuat Lakis sukar menerima perjodohan yang ia jalani. Pria itu begitu skeptis dan dingin t...