CALL-10 | KONFRONTASI ATAU MENGECOH?

6.1K 814 129
                                    

HADIAH BUAT KALIAN, BIA UPDATE CEPAT!

karena pada nagih hari ini buat upload supaya menemani malam minggu kalian, ayo beri vote&komen banyak-banyak hehe. bia lagi sedih gara-gara au di Twitter ilang semua padahal udah tamat T___T 

———

Ketika Nareno kembali ke kantor agensi diantar Asta, kini di ruangan itu hanya ada Jan Lakis dan Jared yang terdiam dalam kebisuan.

Atmostfer di antara keduanya diselimuti hening yang panjang. Siapa pun tahu bahwa keheningan bersama Jan Lakis di dalam ruangan itu bukanlah pilihan baik. Suasana akan tercipta dengan rasa tidak nyaman.

Namun, personal assistant Jan Lakis itu harus terbiasa. Dia tidak bisa semena-mena meninggalkan atasannya di dalam ruangan itu setelah kekacuan tadi terjadi. Dan dia juga tidak bisa serta-merta bersuara untuk menanyakan apa yang selanjutnya akan pria itu lakukan. Oleh sebab itu, sang personal assistant hanya perlu menunggu.

Jan Lakis memang telah lama hidup dalam suasana yang sunyi. Itu menguatkan kesan pria tersebut sebagai sosok yang sering terlihat dingin dan misterius di saat yang bersamaan. Itu terjadi karena keheningan akan membuat siapa pun tidak bisa membaca situasi dengan pasti. Hal tersebut mengukung mereka untuk mengambil tindakan apa yang harus dilakukan, seperti yang dialami Jared saat ini.

Apakah mereka harus merasa aman atau justru terancam? Apakah mereka harus bersuara atau lebih baik diam?

Tidak hanya suasana yang sunyi, tetapi kini di ruangan itu juga mulai tercium bau anyir dan karat dari rembesan darah yang terus mengalir dari tangan kanan Jan Lakis.

Pria berekspresi monoton itu mengerti akan keterdiaman Jared yang masih berdiri di tempatnya. Pria itu juga yakin PA-nya itu sedang memperhatikannya, menerka-nerka apa yang diiningkan Jan Lakis dalam kebisuannya yang tidak memerintahkan apa pun.

"Saya rasa Anda harus segera ke rumah sakit, Pak." Jared memberanikan diri memecah keheningan.

Jan Lakis melirik punggung tangan kanannya dengan tetap membisu di tempatnya. Kemudian kedua mata obsidian itu menatap lurus pada meja—pada sebuah map yang tergeletak. Sulit sekali menerka sekiranya apa yang sedang dipikirkan pria itu.

Beberapa saat lalu, untuk kali pertama dalam hidupnya, Jan Lakis meledakkan emosi di hadapan orang lain dan membuat semuanya terkejut. Lalu, dalam sekejap, pria itu kembali tenang bagaikan robot yang telah di-setting. Berwajah datar yang monoton tanpa riak sama sekali. Seolah-olah tidak ada hal yang membuatnya semarah itu selepas ia melihat isi dalam map tersebut.

Namun bukan tanpa sebab Jan Lakis seperti itu. Tentu saja dia perlu menutupi ekspresinya menjadi datar. Dia harus kembali seperti biasa. Tidak boleh ada siapa pun yang mengetahui arti raut wajahnya. Tidak boleh ada seorang pun yang akan paham persoalan apa yang membuatnya semarah ini.

Sementara itu Jares diam-diam mengumpat. Sial. Segila apa orang tua Samira sampai mereka tega menikahkan wanita itu pada seorang pria seperti Jan Lakis? Sungguh, Jan Lakis terlihat sangat berbahaya. Kenyataan bahwa pria seperti itu yang dinikahi Samira Noa membuat darah Jared mendidih. Dia ingin melakukan sesuatu tapi di sisi lain tetap harus bertindak rasional dan tidak gegabah.

Dan sekarang meskipun Jared tidak dapat menerka arti dari raut wajah datar Jan Lakis, dia yakin bahwa atasannya itu masih diluputi amarah. Pria itu pasti tengah menyusun rencana.

Bekerjasama lebih dari tiga bulan dengan pria bernama Jan Lakis Saudjaja membuatnya mengerti seperti apa pria itu menghadapi masalah, akan seperti apa pria itu melakukan tindakan. Apalagi sikapnya sebelum ini tidak bisa dikategorikan sebagai reaksi atas persoalan sepele. Pasti itu persoalan yang sangat besar. Pasalnya, jika mengingat reaksi pemberitaan pernikahan pria itu yang telah menyebar dan membuatnya banyak merugi, Jan Lakis masih bisa bersikap lebih tenang daripada barusan.

CALL ME YOUR WIFE, LAKIS! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang