CALL - 40 | OURS [ENDING]

4K 275 62
                                    

"Ibu pergi dari kondominium, Bos."

"Ke mana?!"

"Kembali ke rumah Pramustiagung," kata Asta dengan pasrah setelah beberapa saat lalu ia membuat panik manager-nya itu untuk segera mengurus kerusakan properti publik yang ditabraknya beberapa saat lalu.

Dan jawaban Asta itulah yang membuat Jan Lakis langsung terduduk di lantai dengan lemas tidak bisa melakukan apa pun.

Perkataan itu yang mengantarnya malam ini untuk memasuki halaman rumah Pramustiagung. Ini pertama kalinya bagi Jan Lakis menginjakkan kaki di rumah mertuanya. Kesadaran itu membuat pria itu mencelus akan fakta bahwa selama ini dia tidak tahu sedikitpun tentang istrinya. Mereka benar-benar berawal dari perkenalan yang begitu asing.

Jan Lakis menekan kuku jarinya pada telapak tangannya yang terkepal. Dia berdiri cukup tegang di depan pintu tinggi bercat putih yang tertutup rapat di hadapannya. Rumah di hadapannya cukup besar, tetapi tidak jauh lebih besar dari rumah orang tuanya.

Pria itu sedikit lega, setidaknya Samira tidak tinggal di neraka dingin seperti 'rumah besar' Yan Jati. Namun, persepsi itu kemudian dirasa salah ketika Jan Lakis baru menyadari betapa sunyi dan sepinya keadaan rumah itu. Ditemani cahaya lampu yang terlampau cerah tidak seperti rumah cluster terjaga keamanan pada umumnya, penerangan itu seperti memberikan tanda bahwa betapa seringnya rumah tersebut dalam keadaan kosong. Itu membuat Jan Lakis sadar bahwa persepsi 'hangat' akan rumah di hadapannya ini adalah sebuah kamuflase dari hal yang tak jauh dari berbeda dari betapa menyeramkannya rumah tersebut dengan milik Yan Jati.

Tak lama kemudian, dari luar pintu yang tertutup rapat itu, samar-samar Jan Lakis mendengar sebuah percakapan dengan nada yang tinggi dan menyentak. Tentu cukup mengejutkan untuk didengar oleh Jan Lakis hingga membuatnya mengurungkan diri tak jadi mengetuk pintu tersebut.

Namun, ketika sesaat kemudian dia mendengar nama sang istri disebut dengan nada yang kasar, dengan alis berkerut, Jan Lakis berpikir mungkin itu percakapan antara sang istri dengan kedua orang tuanya. Mungkin tak apa bila ia tetap mengetuk pintu itu. Sayangnya, meski sudah tiga kali ketukan pintu dilakukan, tetap saja tidak ada yang membuka pintu tersebut. Mengabaikan kesopanan, pelan-pelan Jan Lakis membuka pintu itu hingga percakapan di dalamnya terdengar dengan jelas.

"Di mana anak tidak tahu diri itu?!" Suara penuh amarah itu terdengar oleh Jan Lakis beriring dengan hentakan heels yang terburu menjejak lantai.

Tak lama, suara jeritan tertahan dan juga tamparan terdengar cukup kencang. Jan Lakis terkejut, tetapi tubuhnya justru membeku di tempatnya atas apa yang baru saja didengarnya. 

[isi sebagian bab ini telah dihapus dan hanya bisa dibaca di karyakarsa ....]




...T A M A T...

akhirnyaaa! cerita ini tamat juga huhu. terima kasih untuk kalian yang sudah baca sampai tamat.

aku sangat senang bisa membagikan kisah Jan Lakis dan Samira Noa kepada kalian. setelah berbagai emosi kesedihan, kekesalan, kemarahan, hingga kebahagiaan aku sajikan dalam cerita ini, aku berharap setidaknya ada pesan baik yang bisa kalian ambil dari certia ini, yaa.

SALAK adalah cerita romansa pertama di akun ini yang berhasil kutulis hingga selesai. tentunya tanpa dukungan kalian yang selalu memberi vote dan boombing comment serta pakai jalur fast track YANG SANGAT MEMBANGKITKAN SEMANGAT MENULIS, cerita ini sepertinya tidak akan seseru itu untuk selalu menghadirkan gebrakan-gebrakan yang membuat jantung kita kayak lagi marathon ya wkwk

setelah ini, kita bertemu lagi di extra chapter ya. sudah ada dalam bentuk pdf dan berbayar, jd kalau kalian mau, bisa isi link gform yang ada di bio akun wp bia ya.

apakah nanti ada yang di up di wattpad atau kk extra chapternya? kemungkinan ada, tapi blm tahu kapan yaa.

jadi, sekali lagi terima kasih banyak teman-teman yang sudah baca series pertama dari series The PRESTIGE ini.

kita bertemu di projek tulisan lainnya.



salam sayang,

Bia.

CALL ME YOUR WIFE, LAKIS! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang