CALL-7 | SLATE 30, SCENE 6, SHOT 5, TAKE 12 (BAGIAN 2)

6.2K 893 148
                                    

Sebelum membaca bab ini, gue mau bilang "KALIAN KEREN WOY!" karena sudah membaca tanpa bosan dan menemani gue yang berusaha konsisten untuk memberikan 2500-3500 kata setiap bab-nya.

Ayo tepuk tangan untuk kita! 👏

——

Saat itu, tidak sampai tengah malam tepat, Jan Lakis memutuskan untuk menyudahi segala pekerjaannya. Mulai dari beberapa berkas bisnis yang perlu dibubuhi tanda tangan, maupun persoalan projek film yang sedang dan akan ia jalani selanjutnya.

Akhir-akhir ini, rasa lelah akan pekerjaan terasa berkali-kali lipat jauh lebih melelelahkan. Semenjak menikah, Yan Jati telah menambah beban pekerjaan kepada Jan Lakis sebagai 'hadiah dan tanggung jawab' yang menurutnya harus mulai digenggam secara perlahan oleh sang putra. Itu dimulai dengan peningkatan kepemilikan saham Jan Lakis di Saudjaja Grup.

Oleh sebab itu, Jan Lakis juga harus lebih cermat dalam mengatur jadwalnya dengan berbagai projek film dan photoshot dari brand-brand yang telah bekerja sama dan menekan kontrak dengannya.

Jan Lakis tidak bisa begitu saja langsung memangkas sebagian besar jadwalnya di dunia entertain hanya karena alasan urusan bisnis keluarganya yang juga perlu ia emban. Itu akan sangat beresiko pada reputasi, kepercayaan dan keingintahuan publik. Jika hal itu terjadi, sangat memungkinkan untuk munculnya aksi intai-mengintai ranah pribadinya akibat pemangkasan jadwal tersebut. Itu tidak hanya akan berbicara mengenai kerugian, tetapi juga kerentanan dan resiko publik yang akan menemukan fakta bahwa dirinya sudah menikah.

Tidak. Tidak. Memikirkan itu semua sudah sangat membuat Jan Lakis semakin kewalahan.

Alasan lainnya, keputusannya untuk tidak pernah langsung pulang ke kondominiumnya kurang dari tengah malam yaitu karena pria tersebut menghindari istrinya.

Keras kepalanya Samira Noa tidak bisa diremehkan sama sekali. Meski berkali-kali Jan Lakis menolaknya, mengabaikannya bahkan secara terang-terangan maupun tidak, wanita itu tetap berperan selayaknya istri baik yang memenuhi standard sosial.

Setiap pulang di bawah jam tengah malam, Jan Lakis akan selalu menemui istrinya terlelap di sofa bed yang terletak di ruang tengah. Tentu saja itu karena wanita itu telah begitu lama menunggunya pulang.

Selain itu, Jan Lakis juga selalu menemukan sajian makan malam setiap harinya yang telah dingin dan berakhir tidak pernah disentuh sekali pun olehnya. Tentu saja itu semua juga disipakan oleh istrinya, Samira Noa yang bersamaan dengan itu selalu ada selipan sticky note kecil yang bertuliskan; 'Aku siapkan makan malam ini untuk kamu, Mas Lakis. Takutnya kamu lapar.'

Selalu seperti itu. Tidak pernah absen sekali pun meski Jan Lakis juga tidak pernah mengindahkan seluruh usaha wanita itu sama sekali kecuali terus-menerus menghindarinya.

Jan Lakis bahkan semakin muak ketika esok paginya saat ia hendak ke kantor, pria itu melihat istrinya sarapan dengan makanan makan malam yang telah disiapkan wanita itu untuknya dengan memanaskannya kembali.

Pemandangan itu membuat Jan Lakis terusik dan marah. Itu sebabnya, hampir setiap hari dia mengunjungi bar, karena Jan Lakis pikir, dengan begitu dia bisa menghindari Samira dengan total dan wanita itu akan mengabaikannya.

Namun nyatanya, hal yang tidak pernah diketahui oleh Jan Lakis adalah Samira Noa mengetahui semuanya. Alasan-alasan mengapa suaminya tidak pernah pulang sebelum mendekati pukul 3 subuh atau ke mana suaminya selama ini pergi. Samira mengetahui semuanya.

Dan adalah benar bahwa semalam yang menjemput Jan Lakis yaitu istrinya sendiri, Samira Noa.

"Did I play like a jerk?" Jan Lakis mulai sedikit meracau.

CALL ME YOUR WIFE, LAKIS! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang