7. Naik Darah

2.3K 44 0
                                    

Debaran jantung ini sangat tak tertahankan. Wajah Alena yang kian kembali memanas untuk sekian apa yang akan dilakukan Devan kembali terhadapnya. Deru nafas Devan sangat terasa menggelitik di lehernya. Dengan perlahan naik ke daun telinganya kembali.

Cup~

Devan mengecup pelan daun telinga Alena. Wajah merah dan memanas sungguh tak terelakan lagi sehingga Devan pun dapat melihatnya dengan sangat jelas.

"Tidak ada yang boleh terlalu dekat bahkan hanya untuk membisikan sebuah kata." Titah Devan pelan di telinga Alena. Cemburu? Apakah Devan benar cemburu? Pikir Alena. Tapi itu tidaklah mungkin bahkan ini baru 2 hari setelah bertemu dengan orang ini, dirinya pun juga bukan kekasihnya. Jadi untuk apa pria ini cemburu.

"Gw akan keluar sekarang, jangan lupa liat gw olimpiade lawan sekolah lo ya" ucap Devan segera bangkit dan menurunkan Alena dari pangkuannya. Devan mengecup pelan leher Alena dan menghirupnya.

Setelahnya Devan langsung keluar dari ruangan uks meninggalkan Alena seorang diri. Degup kencang jantungnya ini sangat tidak bisa tertahankan. Alena mendapat kesadarannya kembali menggelengkan kepala. Ia tidak boleh membiarkan Devan masuk kedalam kehidupannya. Pria satu ini pasti akan mendatangkan masalah untuk dirinya.

Sekian beberapa jam kedepan suasana ruang UKS sangat kosong. Kepergian Devan adalah pasien terakhir yang mengunjungi UKS. Cukup lelah Alena menunggu seorang diri diruangan. Tak lama kemudian masuklah seseorang ke dalam ruangan, ia adalah Thea. Sala seorang teman dalam eskul PMR.

"Loh.., lo dari tadi pagi sendirian yang jaga in ruang UKS?" Tanya Thea langsung mendekati Alena.

"Iya nih" balasnya singkat, namun terdengar nada lelah dari nada bicara Alena.

"Yaudah lo istirahat sana, biar gantian gw yang jaga disini. Lagian kegiatan gw semua juga udah kelar kok." Pinta Thea menyadari betapa lelahnya Alena.

"Ehh~ yang bener?"

"Iya bener~ udah sana lo istirahat, sekalian nikmatin perlombaan nya, nanti lo ketinggalan lagi" sahut kepastian dari Thea dirinya langsung menyeringai senang. Melihat jam lengan yang dipakainya menunjukan pukul 13.45 siang.

Sungguh tak terasa olehnya sudah melewati suntuk selama berjam jam. Tak dipungkiri itu juga termasuk kesalahan yang Devan lakukan. Jika saja ia tak menorobos masuk dan melakukan hal yang tidak pantas kedirinya, Alena pasti bisa tertidur, namun kejadian tadi harus membuat dirinya berhati hati dan terjaga. Takut takut jika Devan masuk kembali ketika dirinya terlelab seperti tadi dan melakukan hal yang tidak-tidak lagi.

Sudah cukup ia membiarkan orang asing seperti Devan melecehkannya ia tidak mau berurusan lagi dengan cowo brengsek seperti dia!

Alena melangkahkan kaki mungil nya keluar dari ruang UKS. Melewati lapangan yang sedang melangsungkan semi final sebagai akhir dari olimpiade sekolahnya yang akan menentukan pihak sekolah mana yang menang tak membuat langlah kaki Alena berhenti berjalan.

Alena dapat melihat dengan jelas di tengah lapangan terdapat Devan dan juga Arkas yang saling berhadapan. Ini pasti akan sengit! Pikir Alena sendiri yang dapat menangkap makna permusuhan dari tatapan kedua nya.

Devan yang sadar sedang diawasi menangkap Alena yang berjalan di sisi lapangan. Alena yang sadar akan Devan menangkap dirinya menambah kecepatan setiap langkah untuk meninggalkan lapangan ini segera. Lebih baik dirinya mengemasi barang bawaan nya untuk segera pulang.

Akan lebih bagus untuk menghindari cowo gila ini!! ketimbang dirinya harus berurusan dengannya terus!!Memikirkannya saja sudah membuat dirinya bergidik merinding. Ekor mata Devan senantiasa mengukuti setiap pergerakan Alena sehingga ia sudah hilang dari pandangannya. Hal itu membuat devan sumringah.

Candu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang