[Ninth Chapter]

747 111 19
                                    

Hi, Taki sarankan untuk mendengarkan lagu "Himawari" dari Motohiro Hata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi, Taki sarankan untuk mendengarkan lagu "Himawari" dari Motohiro Hata.







*+*+*+*















Terik mentari menembus hingga dermis. Langkah-langkah jerami menggaru bumi, seorang pria dan anak lelaki menyusuri rimba penuh belukar. Haruto mengayunkan pisau tunggal bersisi cembung nan tajamnya. Dia menebas tanaman liar yang menghalangi jalan. Keringat mulai bertetesan pada dahinya, tetapi Haruto belum lelah. Dia tidak lelah sama sekali. Sebab bocah cerah yang melangkah di belakangnya terdengar begitu riang.

Jeongwoo bersenandung ringan. Dia menghidupkan kesan hutan yang damai. Membuat suasana terasa lebih cerlang. Tentu saja, si kecil kan sedang senang-senangnya. Beberapa waktu lalu dia meminta Haruto untuk membuatkannya layangan. Dan, makhluk itu bilang akan mengabulkan permintaannya. Kini mereka menuju tempat berkumpulnya bambu. Haruto membutuhkan bambu untuk rangka layangan.

Jeongwoo membetulkan posisi wadah air yang menggantung di bahunya. Dia meraih ikat pinggang Haruto yang terayun ke belakang. Menyebabkan si jangkung di depan menolehkan kepalanya. Dan, Jeongwoo memberinya seringai lebar. Tersenyum sembari menampilkan gigi-giginya yang manis. "Haru, tolong beri aku tanganmu," pintanya. Sembari masih menggenggam ikat pinggang.

Tanpa bertanya apapun, Haruto menghentikan langkahnya. Dia berbalik, dan menyodorkan tangannya. Tentu saja, Jeongwoo segera menyambar telapak makhluk itu. Dia mengepal jemarinya. Menggandeng tangan Haruto. Lantas mensejajarkan diri di samping Haruto. Sekarang, si kecil berjalan berdampingan dengan makhluk campuran. Dia kembali bersenandung riang. Tingkahnya sukses membuat Haruto tersenyum senang.

Rasanya, bak seisi hutan penuh akan bunga yang bermekaran. Hatinya meletup-letup, gemas sekali dengan si kecil yang menggenggamnya erat. Ah, Haruto sampai lupa untuk menebas belukar. Namun, kemudian dia tersadar jika area tanaman liar sudah berakhir. Kini jalannya menjadi lebih luang. Yah, baguslah. Haruto jadi tidak perlu mengayunkan pisaunya lagi.

Mereka terus bergerak hingga barisan bambu nampak di depan mata. Jeongwoo berseru kagum, kala Haruto membabat salah satu batang yang menjulang. Mulutnya terbuka ketika menyaksikan tangan kekar Haruto menggunakan pisau panjang. Akan tetapi, dirinya dengan cepat mengubah ekspresi. Jeongwoo menekukkan bilahnya. Dia cemberut. Rupanya, Jeongwoo iri dengan otot-otot yang dimiliki makhluk itu.

Dia juga ingin yang seperti itu. Si kecil ingin otot tangan seperti Haruto.

BRAAAK!

Sebatang bambu tumbang. Haruto segera membersihkan rambut-rambut tajam pada permukaan batangnya. Dia juga turut memotongnya menjadi beberapa bagian. "Jeong!" Haruto memanggil si kecil. Dia mengajukan tangan. "Beri aku tali." Lantas setelah mendapatkan selembar tali, potongan-potongan bambu itu diikatnya. Dia hendak menyeka keringat, tetapi Jeongwoo keburu menahan lengannya.

HAJEONGWOO SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang