[Eleventh Chapter]

680 99 8
                                    

Haruto menutup pintu kamar mandi dengan perlahan. Dia menyungging kala melihat Jeongwoo yang sedang mengaduk masakan. Anak itu nampak sudah layak untuk diajari memasak, tetapi sebelum itu agaknya Jeongwoo harus menghafal jenis-jenis bahan makanan dan rempah terlebih dahulu. Haruto tidak mau si kecilnya salah memasak.

Haruto menghampirinya, anak itu lekas menengok dan tersenyum simpul. Ternyata tumis daging kelinci sudah matang. Haruto meminta Jeongwoo untuk membawa alat makan dari laci penyimpanan barang. Sedang dirinya membawa sewajan daging ke meja. Panah-panah yang telah bersih, Jeongwoo singkirkan. Si kecil duduk dengan tenang. Menunggu makhluk setengah manusia itu menuangkan nasi dan lauknya.

Setelah itu, Haruto juga ikut duduk. Dia meraih jemari si kecil. Kemudian menyekanya dengan kain serbet bersih. Jeongwoo itu, selalu saja lupa untuk mengeringkan tangan setelah mencucinya. "Makanlah, Jeong," ujar Haruto. Dia mengamati anak itu menyuap daging kelinci pertamanya. "Kalau tidak suka, jangan dipaksa untuk menelannya."

Jeongwoo mengunyah potongan serat secara bersilir. Dia begitu hati-hati dalam merasakan teksturnya. "Haruto ...." si kecil menatap Haruto. "Masakanmu selalu enak!" Dia berseru sembari berbinar-binar. "Aku suka!"

Makhluk setengah-setengah itu menghela lega. Dia merasa senang mendengar pujian. Haruto membelai surai si kecil, dia mengangguk sembari menyebut terimakasih kepadanya. Lantas keduanya melahap hidangan malam dalam senyuman.

Jendela ruangan itu dibiarkan terbuka, membuat nafas dedaunan keluar masuk dengan leluasa. Mereka dapat melihat kebun yang berselimut hitam, juga mendengarkan gemericik air yang menabrak bebatuan. Sungguh menenangkan. Haruto menatap si kecil. Jeongwoo nya tengah sibuk menyinduk nasi. Anak itu nampak gemas dengan kedua pipinya yang penuh. Begitu lucu, sehingga Haruto tak sabaran untuk mencubitnya sedikit.

"Jeong, besok mau buat keripik keladi?" tanya Haruto. Lantas dibalas anggukan antusias dari kesayangannya. Ya, sejak saat pertama kali membuat keripik keladi, si kecil menyukainya. Amat menyukai kudapan garing itu. "Baiklah, Kalau begitu aku akan membilas keladi di sungai." Haruto beranjak dari tempat makan. Dia telah selesai. "Kau tidak perlu membereskan semuanya, pergilah tidur setelah makan." Lantas makhluk itu mengambil sekeranjang keladi. Dan pergi menuju sungai.

Tungkai beralas jeraminya menyentuh tanah, setitik tirta dingin terjun dari ketinggian. Mendarat di wajah Haruto. Membuat si setengah-setengah mendongak ke atas. Hanya hitam, juga para awan yang legam. Aneh sekali, padahal tadi siang begitu cerah. Namun, malam ini malah mendung. Agaknya akan terjadi hujan.

Haruto lekas menyimpan keladi, menenggelamkan keranjang bambu itu ke dalam air yang tenang. Haruto mengerut, ada yang tidak beres dengan keadaan sekitar. Sungai menjadi begitu tenang dalam sekejap, biasanya tidak seperti ini. Bahkan angin saja terasa menyusut dalam sesaat. Tak lagi berhembus.

Haruto mendengar gemuruh dari ujung sungai, sayup-sayup berdentum layaknya ledakan. Haruto menajamkan pendengarannya, rasanya seperti dia mendengar kekacauan. Juga teriakan seseorang. Mungkinkah, ada orang asing yang menuju kemari. Ah, jika benar maka Haruto harus bersembunyi.

"Haruto!"

Haruto menoleh, si kecil Jeongwoo tengah terpincang-pincang menuju kemari. "Jeong, kembalilah." Haruto merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia ingin Jeongwoo kembali ke dalam saja.

Namun, anak itu tidak menghiraukannya. Jeongwoo tetap mendekati si setengah-setengah. Berdiri di tepi sungai. "Memangnya kenapa?" tanya Jeongwoo.

"Aku rasa di ujung sungai ada keributan. Mungkin seseorang telah mendaki gunung ini."

"Haruto, lihat!"

Haruto melotot. Dari arah timur nampak air sungai mulai menggolak, meluap-luap bak ombak. Bergerak begitu cepat. Menghanyutkan gerombolan babi hutan yang menjerit-jerit kesetanan. Tak hanya itu, seseorang juga ikut hanyut! Seorang pria terbawa arus yang mengerikan. Dia berteriak meminta pertolongan.

HAJEONGWOO SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang