BAB 17: Nestapa di Bukit Daisy
🦋𝓝𝓪𝓿𝓲𝓵𝓵𝓮𝓻𝓪🦋
Sang pelayan menunduk dengan raut iba kepada sang pangeran yang kini tengah berdiri di depan sebuah ruangan dengan pintu kayu yang agak usang. Tak seperti biasanya, wajah rupawan Navillera sama sekali tidak dipoles riasan, bahkan pakaian yang seharusnya berkualitas tinggi dengan sulaman benang emas, kini hanya digantikan dengan pakaian biasa, nyaris sama dengan para budak istana.
"Maafkan aku pangeran, aku tak bisa membantumu."
"Tak apa. Kau tak perlu meminta maaf, ini bukan salahmu."
Mendengar hal itu pelayan tadi lantas maju selangkah untuk membuka pintu dan mempersilahkan Navillera masuk ke dalam. Sebelum kakinya melangkah, matanya lebih dulu menyapu pandang pada sekitar, melihat isi ruangan yang akan ia tempati mulai saat ini. Di dalam sana terdapat sebuah ranjang, lemari pakaian, rak buku, dan juga meja serta jendela kecil yang mengarah ke danau belakang.
Dengan langkah berat, Navillera masuk ke dalam sana, membiasakan paru-parunya dengan udara yang agak apek serta sedikit berdebu. Kemudian detik berikutnya terdengar suara pintu tertutup disusul bunyi kunci yang menandakan semakin hilangnya kebebasan dari dekapan sang pangeran.
Semua ini merupakan buntut kepergian Arthur dari istana. Awalnya Navillera berniat mencari cara untuk menyembunyikan hal itu, namun sialnya salah satu pelayan yang bertugas malah terlebih dahulu mengadu kepada Ibu Suri. Hal itu membuat Navillera disidang habis-habisan. Ia dianggap tidak becus menjadi pendamping calon putra mahkota sehingga menimbulkan masalah pada kerajaan. Atas kelalaiannya itu akhirnya ia dijatuhi hukuman.
Sesuai dengan aturan kerajaan yang sudah ada sejak dulu. Omega bangsawan yang ditinggal kabur oleh Alphanya dianggap bersalah dan setara dengan kriminal karena tidak mampu menjalankan tugas. Untuk itu Navi harus diasingkan di area paling belakang istana sampai ada keputusan lebih lanjut dari sang raja mengenai tindakan selanjutnya.
Walaupun sebenarnya ada kemungkinan ia akan diberikan pengampunan, tetapi Navillera tak berani berharap banyak. Fakta bahwa sang raja adalah ayah kandungnya sendiri tak serta merta membuat Navillera bisa bebas. Seperti yang kalian tahu, selama ini sang pangeran hanya dianggap sebagai perhiasan saja, tak lebih dari sebuah pemanis yang bisa mengundang calon raja selanjutnya untuk datang meminang karena tidak adanya Alpha penerus dalam kerajaan. Jadi setelah sang pangeran menikah, kerajaan mendapatkan calon penerus, maka keberadaannya sudah tak lagi sepenting dulu. Mungkin ia akan dibutuhkan kembali saat diminta menghasilkan keturunan selanjutnya.
"Apa aku juga benar-benar mencintainya?" Navillera sekali lagi bersuara pada dirinya sendiri, mempertanyakan mengenai perasaan yang sulit untuk dijelaskan. Kalimat Arthur kala itu masih terngiang jelas di otaknya, mengenai rasa kecewa yang membuncah serta pengakuan lugas tentang perasaan mendalam.
Hiruk pikuk pikiran yang berkecamuk membuatnya semakin larut dalam lamunan, tak sadar sudah beberapa kali terdengar suara ketukan pelan dari balik pintu. Sampai ketika dirinya kembali pada kenyataan, Navillera mengalihkan pandangan sebelum akhirnya bangkit untuk mendekati sumber suara.
"Apakah kau mendengarku?" suara itu samar terdengar bersamaan dengan dua kali ketukan.
"Sandrick? Apakah itu kau?" segera Navillera memastikan suara yang mirip dengan adiknya. Ia kemudian mengintip di lubang kunci dan menemukan sosok Sandrick yang tengah berlutut di depan pintu.
"Benar ini aku. Kau baik-baik saja di dalam?"
"Aku baik-baik saja, terima kasih sudah datang."
"Navillera dengarkan aku, kita harus menyusun rencana untuk membantumu keluar dari sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAVILLERA | NOMIN ABO
Teen FictionSelama bertahun-tahun keluarga kerjaan selalu dianugrahi dengan keturunan Alpha superior yang nantinya akan menempati posisi sebagai penerus takhta. Ada sebuah aturan yang ditetapkan, bahwasannya seseorang yang boleh duduk di posisi Raja maupun Ratu...