[Ara, aku mau ke luar kota dulu, ya. Selama seminggu ini kita enggak bisa ketemu, dan aku pun enggak bisa selalu hubungi kamu. Maaf Ara. Aku tetep sayang Ara akan selalu sayang Ara.]
Kiara hanya mengangguk paham ketika membaca sebuah pesan dari Nobi, kali ini ia merasa jika dua hari kemarin merupakan isyarat bagi Miara jika Nobi akan meninggalkannya selama seminggu. Namun, ia pun tidak bisa melarang hak tersebut. Kiara membantingkan tubuhnya ke atas kasur, kini Nobi sudah menjadi bagian kebahagiaan dalan hidupnya, walaupun memang sudah sejak dahulu mereka kenal, taoi tetap saja status pacaran baru seminggu ini mereka jalin, sehingga Kiara merasa jika Nobi merupakan orang yang berbeda.
Brak!
Suara sebuah pintu kamar Kiara yang tiba-tiba terbuka. Dengan sangat cepat Kiara bangkit dari tidurnya, ia menatap ke arah pintu kamarnya, dan seperti dugaannya jika Yudha ialah yang menjadi dalang dari semua kebisingan dan kejahilan yang sebentar lagi akan tercipta. Kiara menatap Yudha malas. "Oke, gue ngantuk, Kak. Gue gak nerima tamu, silakan pergi," titah Kiara yang langsung kembali berbaring di atas kasurnya.
"Kiara!" sentak Yudha yang langsung berlari ke kamar Kiara. "Lo tau?"
"Enggak."
"Gue diterima sama Mila!" Teriak Yudha seraya naik dan meloncat di atas kasur Kiara yang membuat si punya kasur itu pun terbangun lalu menarik paksa tangab Yudha. "Gue seneng banget, Ra." Yudha memeluk Kiara erat.
"Ish." Kiara melepaskan pelukannya. "Mila itu siapa, Kak? Kakak belum pernah bahas dia loh."
"Belum?" Yudha mengingat kembali. "Oh, iya. Gue kayaknya cerita sama mamah deh, bukan lo."
Kiara menghela napasnya. "Pantesan gue bingung."
"Oke. Gue ceritain."
Mila ialah seorang anak dari salah satu pedagang di sekolah Yudha, ia merupakan anak penerima beasiswa, gadis dengan tinggi 165 cm itu memiliki kukit sawo matang yang lebih gelap dengan Yudha, serta memiliki rambuf ilak sebahu, dalam standar kecantikan mungkin Mila tidak termasuk, sehingga terkadang Mila menjadi korban bully siswi sekolahnya, ditambah Mila seorang penerima beasiswa dan ia pun meemiliki keistemewaan yaitu tuli. Mila harus menggunakan alat bantu dengar agar dapat berkomunikasi dengan baik.
Kiara tersenyum. "Kakak gue beruntumg banget, Kakak suka dia?"
"Ra, dia istimewa." Yudha membuka ponselnya. "Ini dia. Manis 'kan?"
Kiara mengangguk. "Kapan dibawa ke sini?"
"Besok. Gue bawa dia besok."
"Gue tunggu, ya."
Yudha mengangguk, lalu mengusap pucuk rambut Kiara. "Dia pasti bakal akrab sama lo." Megusap pipi Kiara lembut. "Gimana hubungan lo sama Nobi?"
"Baik. Tapi sekarang Nobi mau ke luar kota. Jadi kita enggak bakal ketemu deh."
"Oh. Enggak apa-apa, toh dari kemarin kalian main terus," ucap Yudha yang balas oleh anggukan Kiara. "Oh, iya. Kamu udah tau tentang Nobi?"
Kiara mengerutkan keningmya. "Tentang apa?"
"Nobi dihukum gara-gara dia bawa rokok."
Kiara cukup terkejut, pasalnya ia baru tahu jika kekasihnya itu perokok. "Kata siapa, Kak?"
"Postingan anak sekolah sana."
"Kakak tahu Nobi ngerokok?"
Yudha mengangguk. "Lo tau? Waktu gue ketahuan sama lo ngerokok, itu bukan rokok gue, tapi rokok Nobi yang gue ambil, dia ketahuan ngerokok di rumah pohon kita."
Kiara langsung mengambil ponselnya. Ia ingin mempertanyakan hal tersebut. Namun, seketika Yudha menghentikan niat Kiara.
"Kenapa, Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG LIBRA TANPA WARNA
Ficção Adolescente🍂Semu yang kurindu, nyata yang mengukir duka.🍂 ⚠️Selamat membaca reader⚠️