21. Lari

0 0 0
                                    

Waktu melesat begitu cepat bagaikan busur panah. Semua berlalu begitu saja, seminggu tanpa bertemu dan menyapa Nobi. Namun, Kiara tidak pernah merasa kesepian karena keluarganya benar-benar sangat dipenuhi dengan kehangatan dan cinta sehingga kesepian yang menyapa Kiara tidak begitu menyakitkan, lagi pula Kiara pun paham jika Nobi pasti tengah sibuk.

"Udah dikabarin?" tanya Diana yang baru saja masuk ke kamar Kiara.

"Belum, Mah."

Diana berjalan ke hadapan anaknya itu, lalu duduk seraya mengusap pucuk rambut Kiara. "Kamu harus paham, ya. Sepertina Nobi sibuk, kita juga kan tahu sekarang Nobi udah bukan yang dulu."

Kiara mengangguk, lalu bersendwr ke pudak ibuny. "Lusa ulang tahun, Kiara, tapi sampai hari ini Nobi enggak bales pesan Kiara. Apa dia datang?"

Diana mengusap lembut pipi anaknya. "Kalau pun enggak datang, kamu jangan sampai marah ke dia, ya." Diana membayangkan nasib yang menimpa Nobi sejak dahulu. "Kita tau kan dia nggak disayang ibunya, jadi kamu kalo bisa jangan marah ke dia cuma hal sepele," ucap Diana yang dibalas oleh Kiara dengan anggukan.

"Mah! Mamah!"

Suara teriakan membuat Diana tersenyum. "Abang kamu suka teriak gak jelas, Ra."

Kiara melepaskan pelukannya. "Dia emang bikin berisik terus."

"Sama kayak kamu." Mencubit pipi Kiara lembut.

Diana dan Kiara pun berjalan keluar kamar untuk datang ke arah sumber suara tersebut, mereka menuruni anak tangga satu persatu. Setelah samoai bawah di sana terdapat Yudha yang tengah menggandeng seoramg gadis, Diana dengan senyuman menatap jika seorang wanita yang sangat manis tersebut, ia mengusap pipi gadis itu lembut. Sementara itu Kiara menjabat tangan gadis itu ramah.

Dengan wajah penuh kebanggaaan Yudha memperkenalkan gadis ifu di hadapan Diana dan Kiara. "Dia Mila, pacar Yudha."

Diana menatap Mila yang masih sesikit menunduk. "Kenapa kamu mau sama anak tante yang aneh ini?" tanya Diana seraya terkekeh.

Kiara tertawa renyah mendengar hal tersebut, dengan sangat cepat Kiara langsung menggandeng tangan Mila agar pergi meninggalkan Yudha. Sementara itu Diana langsung mengusap rambut Yudha lembut, ia tidak pernah mempermasalahkan apa yang dipilih oleh anak-anaknya, ia pun cukup terkejut ketika mendengar jika Yudha mencintai seorang gadis tuli. Namun, setelah melihat Mila secara langsung Diana jadi tahu alasan anaknya itu mencimtai sosok gadis manis tersebut.

Yudha ialah pemuda dengan segala emosi yang terkadang tidak terkendali, ia tidak pernah menyembunyikan apa pun dari semua orang, jika tidak suka Yudha akan berbicara langsung, Yudha pula memiliki tingkat kecemburuan yang sangat tinggi, bahkan semasa kecilnya Yudha sering cemburu jika kasih sayang  Diana terbagi pada Nobi atau bahkan Kiara. Namun, itu ialah masa lalu, kini Yudha selalu bersikap lebih dewasa dibanding Kiara dan Nobi, bahkan semenjak SMP Yudha sering bertengkar hanya karena membela Nobi dan Kiara.

Kini di sebuah rumah pohon tempat Kiara, Nobi, dan Yudha sering menghabiskan waktu mereka bersama terdapat orang baru yang mereka kenalkan kepada rumah pohon tersebut, rumah pohon yang memiliki dinding putih dengan agap abu selalu terawat dengan sangat baik, setiap sebulan sekali papan rumah pohon ini selalu diperbaiki, kebocoran sedikit pun tidak pernah terlewat, maka dari itu rumah pohon ini bisa disebut tempat oaking bersejarah dalam kisah Nobi, Yudha, dan Kiara. Hingga sekarang Mila yang tengah fokus menatap langit senja dan sesekali ia melihat taman milik keluarga Yudha yang sangat terawat.

"Kak Mila suka puding?" tawar Kiara yang tengah duduk seraya memakan puding rasa strawberry. Kiara menatap Mila terus. "Kak, kakak Kak Mila." Mengeraskan pamggilannya. Namun, tetap saja tidak ada respin dari Mila.

SANG LIBRA TANPA WARNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang