Bab 3 : Sulastri's testimony

44 7 2
                                    

Sulastri menatap kedatangan dua laki-laki yang tatapannya saja bisa membuatnya sangat terintimidasi. Dia kembali menunduk, memain-mainkan kedua jari jempolnya untuk sedikit merasa lebih tenang. Dia tidak boleh ragu, dia sudah berjalan sejauh ini. Bagaimana kalau orang yang dia lihat malam itu masih hidup dan kembali merenggut setiap nyawa yang tidak bersalah.

"Anda ingin mundur?" tanya Diga begitu duduk dan membuka kertas informasi di hadapannya.

Sedangkan Bayu berusaha keras mengendalikan dirinya dengan menyibukkan diri kembali mencari data-data korban tujuh tahun lalu.

Di ruangan itu hanya ada mereka bertiga. Jesna dan Andi sebelumnya sudah di tugaskan untuk mengecek keaslian rekaman yang mereka terima dari Sulastri.

"Tidak. Saya sudah yakin dengan keputusan saya," jawab Sulastri pelan. Membuat Diga yang sedang menatapnya tajam mengangguk pelan.

"Apa yang anda lihat malam itu? Tolong ceritakan secara lengkap."

Sulastri menatap Diga yang melihatnya dengan datar. Tidak ada emosi apapun di wajah laki-laki itu. Bahkan Sulastri sendiri merasa bingung dengan apa saja yang sedang Diga pikirkan saat ini.

"Malam itu, pukul sembilan. Saya baru pulang dari supermarket di ujung jalan."

Bayu menatap Sulastri dengan kening berkerut.

"Menurut alamat yang anda berikan, bukankah di dekat rumah anda ada supermarket?" tanya Diga ingin memastikan.

Sulastri mengangguk pelan, "Memang ada, tapi malam itu supermarketnya tutup. Karena anak saya tiba-tiba menstruasi, saya akhirnya tetap pergi ke ujung jalan. Pas saya pulang, saya melihat sebuah mobil yang menabrak tiang listrik tepat di depan rumah saya. Saya berjalan cepat, mengedor-ngedor kaca pengemudi mobil. Dan untungnya si pengemudi tidak kenapa-napa."

Sulastri mengepalkan tangannya erat. Dia memejamkan mata, dan bayangan-bayangan itupun kembali muncul. Memenuhi semua pikirannya.

"Lalu?" tanya Bayu tak sabaran.

"Saat mobil itu kembali berjalan, tiba-tiba saja pintu belakangnya terbuka. Dan... dan..." Sulastri menunduk dalam. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak.

"Anda harus tenang. Bernapas pelan-pelan. Semua kejadian itu sudah lewat. Anda sekarang aman. Dan kami akan menjaminnya," ucap Diga berusaha menenangkan.

Sulastri mengangguk. Dia menarik dan menghembuskan napasnya pelan. Lalu kembali melihat kedua laki-laki di depannya yang menatapnya penasaran.

"Seorang perempuan jatuh dari mobil itu. Bajunya berdarah semua. Tatapannya melihat saya penuh ketakutan. Tanpa sengaja saya berteriak, dan... dan si pengemudi keluar dari mobilnya. Dia menatap tajam kearah mata saya."

"Lalu?" tanya Bayu, lagi.

"Dia bilang itu Ibunya yang baru pulang dari rumah sakit. Dan saya hanya mengiyakan. Lalu, dia minta nomer telepon saya. Dia menarik lengan bajunya dan saya menuliskan nomernya disana. Saya takut, seluruh badan saya gemetaran saat itu. Saya benar-benar takut. Setelah saya rasa mobil itu menghilang, saya baru ingin menghubungi polisi. Tapi, saya tiba-tiba saja di hubungi nomer asing, saya jawab dan itulah yang dia bilang ke saya."

Bayu dan Diga menatap Sulastri penuh selidik.

"Anda melihat wajahnya?" tanya Diga serius.

Sulastri menggeleng.

"Dia memakai penutup wajah. Hanya matanya yang kelihatan."

Mendengar semua itu, Bayu menghela napas pelan. Dari raut wajahnya, semua orang bisa tau bahwa laki-laki itu merasa lelah dan kecewa.

IT's ME ; the person you call the devilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang