Bab 4 : What happened in the past?

29 4 2
                                    

Jakarta, POLRI, 19 Maret 2009

"Siapa?" Rediga menunjuk seorang gadis yang berdiri di belakang Bayu dengan gerakan dagunya. Bayu merupakan salah satu juniornya saat masih bersekolah di SMA Harapan Bangsa. Laki-laki yang sama-sama ingin mengikuti niatnya, menjadi seorang perwira polisi.

Hari ini Diga akan kembali menjalani masa Pendidikan Taruna Kepolisian di tahun pertama untuk mendapat gelar S.IK, serta menyandang pangkat Inspektur Polisi Dua. Meskipun ayahnya seorang Kepala Kepolisian yang sangat di hargai di seluruh penjuru, tidak serta merta membuat semua jalan Diga terasa lebih mudah. Dia tidak ingin dikenal orang hanya karena wewenang ayahnya.

Dan laki-laki di depannya ini, selalu membuntutinya kemanapun hampir sebulan setengah terakhir. Awalnya dia merasa jengkel dan kesal. Tapi, karena kegigihan Bayu, Diga pun akhirnya mau merangkul bahu Bayu untuk sama-sama berjuang bersamanya.

"Adik gue, Bang," ucap Bayu sekilas. Dia sibuk memeriksa ranselnya untuk mencari baju khusus yang di berikan Diga kepadanya seminggu yang lalu.

Diga memandang gadis itu dengan kernyitan dalam. Adik Bayu? Bukankah adiknya sudah meninggal karena mengalami kanker dua tahun yang lalu? Itu yang Bayu bilang padanya saat laki-laki itu mengenalkan seluruh keluarganya pada saat masa pelatihan pertama.

"Adik?" Tanyanya penasaran. Matanya masih fokus memperhatikan gadis itu yang sibuk membaca buku tebal dengan ukuran kecil di tangannya. Rambut pirang yang jatuh tergerai indah di kedua sisi bahunya sesaat membuat Rediga terpana.

Bayu dan gadis itu sama-sama melihat kearah Diga. Sekilas Diga bisa melihat wajah datar si gadis tersebut. Hanya sekilas, sebelum fokusnya kembali pada buku.

"Iya..."

"Aku nunggunya disana."

Gadis itu menunjuk kearah salah satu kursi di bawah pohon cemara. Di samping lapangan latihan. Tanpa menunggu jawaban Bayu, diapun langsung pergi. Meninggalkan Bayu dan Diga yang menatapnya bingung.

"Ayo!" Ajak Bayu. Tapi tak di hiraukan Diga. Fokusnya masih tetap kearah sang gadis yang melihat-lihat buku tanpa terusik dengan siapapun.

"Adik?" Tanyanya lagi. Menatap Bayu dengan tatapan menuntut jawaban.

Bayu menghela napasnya pelan. Laki-laki di depannya ini tau tentang semua hal keluarganya. Dia lalu ikut melirik kearah gadis yang berada tak jauh dari mereka.

"Adik angkat. Papa adopsi dari panti dua minggu yang lalu. Kebetulan hari ini nggak ada siapa-siapa di rumah, jadi Papa minta gue buat jaga dia."

"Ooo..." Diga mengangguk kepalanya pelan, dengan tatapan yang masih fokus pada...

"Namanya?"

"Luna. Luna Amerda."

Luna Amerda. Gadis yang tiba-tiba saja ikutan meliriknya dengan tatapan datar. Dan siang itu, Diga tau, bahwa dia jatuh cinta.

***

"Morning."

Diga merasakan tubuhnya yang didekap erat dari arah belakang. Dia memalingkan wajahnya kearah kiri, memberi ciuman singkat di bibir Luna.

"Hmmm... Morning."

"Kok sepi?" Tanya Luna yang sudah melepaskan rangkulan, dan menarik kursi dapur untuk duduk, menikmati kopi hangat yang di buat suaminya.

IT's ME ; the person you call the devilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang