Diga mematikan mesin mobil lalu kembali mengambil selembar foto yang tadi di dapatinya saat berkunjung ke salah satu sekolah Andina yang dulu. Dia mengamati wajah yang terasa begitu familiar baginya itu dengan pikiran yang berkecamuk. Terutama kalung dengan liontin delima merah yang gadis ini pakai, Diga yakin pernah melihatnya. Tapi dimana?
"Andina memang merupakan salah satu siswi disini. Saya kenal dia. Anaknya Melinda, teman SMA saya dulu. Tapi... dia sedikit berbeda dengan siswi-siswi yang lain. Dia tidak pernah berbaur dengan teman-temannya."
"Jadi saat itu, secara pasti kami simpulkan bahwa Andina mengalami gangguan perkembangan bahasa ekspresif atau diistilahkan dengan kesulitan berekspresi. Dimana dia mampu memahami apa yang kami semua katakan, tetapi sulit baginya untuk meng-ekspresikan semua kalimat itu."
Seorang perempuan berumur yang bername tag Anindita Indurasmi itu memandang Diga yang ada didepannya dengan raut wajah khawatir. Dia yang dulunya bertugas sebagai guru pendidikan seni yang juga ikut mengajar Andina, merasa khawatir dengan keadaan anak itu yang sekarang.
"Saat itu saya langsung memfokuskan diri hanya pada Andina. Setiap hari saya sering melihat dia datang kesekolah dengan memakai jaket hitam panjang yang hampir menutupi semua tubuhnya. Dan pernah saat dia sakit, saya membuka jaket yang dia kenakan, dan menemukan banyak sekali memar memar merah di bagian belakang punggungnya, bahkan ada luka sobekan yang masih baru dan mengeluarkan bercak darah. Saat saya tanya, Andina hanya bilang bahwa itu hukuman karena dia melakukan kesalahan... Saya... saya juga sempat mengikutinya sampai dia pulang ke rumah. Saya melihat saat Ayahnya menepuk bahu belakangnya dengan sedikit kasar, dia masih tetap tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Saat itu saya menyimpulkan bahwa ada yang aneh terhadap anak itu. Dan itu bisa juga pengaruh dari didikan orang tuanya yang tidak benar. Dan saya... saya berhenti mencari tau semua hal tentang Andina saat itu. Ketika rumor tentang Ayahnya yang seorang pembunuh beredar diantara semua warga disini."
Suara ketukan dari kaca mobil membuat lamunan Diga terhenti. Dia menoleh ke arah sebelah kanan, dan mendapati Luna yang sedang berusaha mengintip kedalam. Diga dengan tergesa menyimpan foto Andina sewaktu remaja kedalam laci lalu mengambil kunci mobil dan keluar dari sana.
"Mas ngapain di dalam mobil?" Tanya Luna bingung. Dia langsung menghampiri suaminya yang raut wajahnya terlihat sangat lelah.
"Mas ketiduran." Jawab Diga asal. Dia merangkul bahu Luna lalu mengiringnya masuk kedalam rumah yang masih gelap. Hanya lampu teras yang dibiarkan tetap menyala.
"Kenapa nggak langsung masuk aja? Mas bawa kartu aksesnya kan?"
"Bawa. Cuman males aja. Lagian di rumah kosong. Nggak ada siapa-siapa juga."
Diga melepas rangkulannya untuk mengambil kartu akses di kantong jaket. Membuka pintu lebar, dan membiarkan Luna masuk terlebih dulu.
"Mas udah makan?" Tanya Luna sembari melepaskan jas yang dia pakai lalu di letakkan asal di pinggiran sofa. Dia lalu mendudukkan dirinya disana setelah mengambil ponsel.
Diga yang melihatnya hanya tersenyum. Dia juga ikut-ikutan duduk di samping Luna. Merebahkan kepalanya diatas paha perempuan itu. Menikmati rasa nyaman saat punggungnya bertemu langsung dengan alas sofa yang empuk.
"Udah kok. Kamu?"
"Aku juga udah." Luna mengangkat tangan sebelah kanannya untuk mengusap kepala Diga lembut. Memijit-mijitnya pelan. Membuat laki-laki itu merasa ke-enakan sampai-sampai memutar posisinya hingga wajahnya menghadap perut Luna yang sedikit membuncit. Diga menciumnya lembut, menghirup dalam-dalam aroma istrinya yang bercampur dengan bau antiseptik.
"Sayang, baik-baik aja kan seharian ini? Anak kita nggak ngerepotin kan?"
Luna tersenyum lembut. Dia menyimpan ponselnya diatas meja, lalu kembali mengusap-usap kepala suaminya pelan. Membuat perhatian laki-laki itu hanya fokus padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
IT's ME ; the person you call the devil
Misterio / SuspensoSetelah lima belas tahun, kasus pembunuhan di desa Gedawang kembali dibuka. Rediga adalah seorang detektif jenius, punya ambisi besar, dan dendam yang terpendam terhadap kasus yang akan dia selidiki bersama timnya. Dimana kakaknya juga menjadi salah...