selepas usai : 09

19 4 0
                                    

Secara perlahan lepaskan semua yang mengikat erat dirimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Secara perlahan lepaskan semua yang mengikat erat dirimu.

-As

....

Tak seperti biasanya, saat ini Ashila lebih memilih diam di kelas tak ikut pergi ke kantin dengan ketiga temannya. Entahlah rasanya ia malas, bahkan dari awal gadis itu datang Ashila tidak banyak bicara. Sikapnya sangat tidak menunjukkan seperti dirinya.

Dan saat ini Ashila seorang diri, dikelasnya.

"Ashila.." seseorang menghampirinya terduduk di kursi depan, dengan menghadap kearah Ashila.

Ashila yang tengah menelungkupkan kepalanya, sontak mendongak menatap gadis berkacamata dihadapannya, "Kenapa?"

"Mau cerita?"

Ashila tertegun mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir Amara, tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu. Apakah terlihat jelas wajah lelahnya, seakan sedang memendam suatu masalah?

Ashila tertawa renyah, "Cerita apa?, gue gak punya cerita."

Amara menatap jengah Ashila yang terus menutupi perasaan kacaunya, dia tau jika gadis itu tidak sedang baik baik saja. Terlihat jelas dari sikapnya yang lebih pendiam, tidak seperti biasanya yang ceria dan pecicilan.

"Udah deh Shil, gue tau lo lagi gak baik baik aja. Lagi ada maslah kah? kalau lo butuh tempat buat cerita gue siap mendengarkan." ujar Amara, gadis itu menatap lekat Ashila.

Ashila tersenyum kecut, "Keliatan banget ya?"

"Bangettt, lo beda gak kaya biasanya. Jadi lebih pendiem, biasanya kan lo yang paling pecicilan." terang Amara, "Emang lo kenapa?, Lagi ada masalah sama Gio?" lanjutnya.

Mendengar nama lelaki yang menjadi sumber kekacauannya disebutkan, sontak saja membuat manik mata Ashila berkaca-kaca.

"Jadi bener karena Gio?" Amara menerka, yang di angguki oleh Ashila. Pertanda jika itu benar.

"Kenapa, mau cerita.. hm?" sekali lagi Amara menawarkan tempat untuk Ashila berkeluh kesah kepadanya, gadis itu hanya tak mau Ashila merasa sendiri. Karena kapan pun gadis itu membutuhkan teman dia akan selalu ada, dia sahabatnya.

Ashila masih terdiam, namun keterdiaman nya kali ini di sertai air matanya yang luruh. Dengan sigap pun Amara berpindah tempat duduk disamping Ashila, membawa gadis itu ke pelukannya.

Akhirnya tangis Ashila pecah, dia tak dapat menahan rasa sesak nya lagi. Dia tak dapat menahan segala rasa sakitnya. Amara membiarkan gadis di pelukannya menguapkan segala emosinya dengan tangisan.

"Kalo lo gak siap buat cerita gak apa," ujar Amara, lengan gadis itu terulur mengusap menenangkan.

Setelah beberapa menit tangis Ashila mereda, gadis itu melepas pelukannya dengan Amara. Menatap lekat sahabatnya dengan sendu, "Gue putus sama Gio."

Amara terkejut, tak merespon apapun. Dia memberikan luang untuk Ashila bercerita.

"Gu-gue gak tau salah gue apa, gue gak tau kenapa ini semua terjadi. Kenapa dia pergi dari gue, gue udah coba tetap pertahanin dia tapi usaha gue sia-sia. Dia tetap memilih pergi."

"Gue selalu coba buat lupain dia tapi selalu gagal Raaa. Perasaan gue masih sama, Rindu gue masih tertuju pada dia. Gue capek Raa, gue gak bisa ngelepas dia. Gue muak."

"Gue gak bilang ini semua sama lo, sama kalian, sama semuanya. Karena gue belum bisa nerima kenyataan ini, sulit Raa buat gue. Hati gue masih buat dia," dengan sesenggukan Ashila berterus terang, pun air matanya kembali meluruh.

Amara kembali membawa Ashila pada pelukannya, gadis itu masih membisu dengan tangan yang mengusap punggung Ashila memberikan ketenangan. Sampai tangis gadis itu kembali mereda, Amara membuka suara.

"Setiap orang ada masanya Laa, people come and go. Kita gak bisa memaksa seseorang untuk tetap ada disisi kita, kalau memang dia memilih untuk pergi yaa lepas dia. Itu tandanya dia bukan yang terbaik buat lo, makanya tuhan memisahkan kalian. Karena disana masih ada lelaki yang jauh lebih baik dari dia,"

"Gue tau gak gampang untuk melupakannya, karena segala yang udah lo lalui dengan dia itu first time lo rasakan sama dia. Tapi jangan terus terpaku sama kenangan itu, jangan berfikir tanpa dia lo gak bisa hidup lebih bahagia. Lo bisa, cuma karena lo takut dan gamau ngelepas kenangan itu makanya lo gak bisa lupain dia."

"Coba perlahan lo lepas kenangan itu. Sibukin diri, perbaiki diri lo. Buktiin kalau lo bisa tanpanya. Ya seperti kata gue, setiap orang ada masanya, ketika masanya habis dia akan pergi gitu aja. Gak ada yang abadi di dunia ini Laa, semua bakal berpisah akan kehendak tuhan. Lo fokus aja membahagiakan diri lo, jangan terlalu terpaku pada rasa sakit, terlebih pada lelaki kaya dia." ucap Amara memberi saran kepada Ashila.

Ashila tersenyum mendengarnya, gadis itu perlahan mengangguk, "Gue coba yaa, semoga berhasil."

Amara membalas tersenyum, "Haruss dongg, lo harus buktiin kalo lo bisa lebih bahagia dari dia dengan atau tanpa adanya dia okeii, SEMANGATTTTT!!!"

....

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
For 22  [ the end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang