Andi berdiri di tengah panggung dengan memakai pakaian abad pertengahan. "Selamat siang hadirin sekalian. Kelas kami akan menampilkan drama dengan judul 'Cinderella'. Selamat menyaksikan"
Lampu yang menerangi andi padam. Lalu terdengar alunan musik sendu dan lampu menyala menyoroti sosok duduk mengepel lantai. Pakaian yang dikenakan lusuh dan beberapa ditambal dengan kain. Wajahnya kusam.
"Seandainya saja ibu dan ayah masih hidup, aku tidak akan seperti ini. Hah... sampai kapan aku diperlakukan seperti pelayan di rumahku sendiri?" Cinderella berdiri memegang kain lap di tangannya. Menatap ke atas seakan memohon pada Tuhan.
"Aku ingin bebas dari belengu ini. Aku ingin menemukan seseorang yang mencintaiku dan membawaku ergi dari neraka ini."
"Hidup kembali seperti dulu dimana aku disayang dan dimanja. Berharga seperti seorang putri."
"Cinderella!!!" Teriakan membuat Cinderella ketakutan. Iakembali mengepel lantai. Ga berani memandang tiga sosok yang bertingkah seperti tuan rumah.
"Dari tadi kerjanya hanya mengepel! Mana sarapan pagi kami!" Teriak Anastasia menendang ember kosong ke arah gadis yang malang.
Cinderella mendongkak menatap Anastasia dengan ekspresi ketakutan. "Sarapan sudah aku siapkan di meja makan."
"Bilang dong dari tadi!" kali ini Grisella bersuara menyalahkan saudari tirinya.
Tok tok tok! Suara pintu diketuk.
"Cepat buka pintu!" Perintah ibu tiri memberi tanda agar Cinderella membuka pintu untuk tamu.
Cinderella berdiri dan berjalan cepat ke arah pintu. Tiga orang memakai seragam kerajaan mengejutkan mereka. Ia memberi salam pada prajurit kerajaan.
"Pengumuman kerajaan!"
Tiga sosok yang tadinya diam menunggu di dalam langsung keluar begitu mendengar teriakan salah seorang prajurit. Mereka semua menunduk menunggu pengumuman dari kerajaan.
"Pangeran Henry mengundang semua gadis berusia diatas 16 tahun yang belum menikah untuk hadir ke pestanya. Pesta di mulai pukul 7 malam ini!."
Setelah para prajurit pergi, Anastasia dan Grisella meloncat kegirangan.
"Pesta dari pangeran Charming!"
"Iya, akhirnya pangeran mengadakan pesta untuk mencari pendampingnya"
"Anak-anak! Kita harus bersiap-siap untuk pergi ke pesta malam ini!"
"Baik, ibunda"
"Em, apa aku boleh ikut?"
"Ikut? Kamu mau ikut?!"
"Kamu ga boleh pergi ke pesta!" Anastasia mendorong Cinderella keras hingga jatuh tersungkur di lantai. Mata Cinderella berkaca-kaca akan kekejaman kakak tirinya.
"Nih! Cuci baju aja!" Grisella melempar baju ke wajah Cindrella.
"Anak-anak cukup" Ibu tiri berjalan ke arah gue dengan melipat tangan di dadanya. Ia menunduk dan mengangkat dagu Cinderella dengan jarinya. Tersenyum sinis ke arah anak tirinya. "Kamu akan pergi ke pesta jika semua pekerjaan kamu selesai!"
Lalu ia berdiri tegap dan menatap Cinderella seakan ia serangga yang mudah dihancurkan. "Ingat, jangan harap kamu bisa pergi jika pekerjaan kamu belum selesai!"
"Ba, baik" Cinderella mengangguk dan mengusap air mata yang terjatuh di pipinya. Tersenyum akan harapan baru. Ia bisa pergi ke istana. Tempat yang ia impikan untuk sekali saja menginjakkan kaki di tempat megah.
Dengan penuh tekad, Ia mencuci baju, membersihkan rumah hingga semua pekerjaannya selesai.
"Apa yang harus aku pakai?" Cinderella menatap pakaiannya yang jelek. "Ah, aku ingat. Gaun ibu." Ia berlari ke arah kotak. Membuka dan mengeluarkan gaun yang sangat indah. Gaun pernikahan ibu yang disimpan dengan baik. "Aku akan memakainya di pesta" Cindrella berlari memeluk gaun ke arah belakang panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Boy
Teen FictionIni kisah gue, Vio. kalo loe kira gue cewek, loe salah! gue cowok tulen! gue suka cewek terutama cinta sejati gue, Laura. Cewek cantik, anggun dan manis idaman gue. Sayangnya cinta gue bertepuk sebelah tangan. Laura lebih suka ama Tory, si kingkong...