”Kita harus menang Lomba Festival Sekolah!” Chika menghentak meja saking menggebu-gebunya bikin seisi kelas lebih-lebih gue kaget. ”Fokus teman-teman! Tujuan kita hadiah ini!” sambil menghentakan marker ke gambar pantai yang dipotong entah dimajalah mana. ”bayangkan kalau kelas kita menang, kita mendapatkan hadiah uang dan fasilitas kelas yang kita mau akan dipenuhi” entah orasi Chika yang kaya pembicara MLM atau emang gue ngehayal hadiahnya bikin gue semangat begitu juga dengan teman-teman seisi kelas yang teriak penuh semangat mendukung Chika.
”Lebih penting lagi hadiahnya kita akan liburan ke Bali. Ke pantai saudra-saudara!” Semua orang juga tau Bali identik dengan pantai. Ada yang masih semangat ada juga yang bosan dengan mengeluh seharusnya hadiah liburan ke luar negri.
”Tenang saudara-saudara!” kami kembali fokus ke Chika. ”Liburannya memang bikin kalian bosan tapi bukan itu intinya” kami menatap bingung ke Chika. ”Kita akan liburan bersama anggota OSIS!” Seisi kelas gaduh berteriak senang yah kecuali gue ama Vicha yang mencibir. “bayangkan kita di pantai bersama mereka” Chika nyengir-nyengir ga jelas.
”Wah! Jadi semangat gue Chik” teriak Jerry di pojok belakang kelas berkumpul bersama teman cowok lainnya. ”ke pantai dengan kakak-kakak yang cantik”
Anggota OSIS di St. Petrus emang kumpulan orang-orang populer yang ada di sekolah dari model, anggota basket, cheerleader, artis, anggota klub sepakbola, bahkan juara kelas dan membanggakan sekolah djadikan anggota. Tentu saja syarat penting mereka harus berpenampilan menarik yang bikin OSIS sekolah ini terlihat esklusif. Jadi, yah wajar aja kalau common people seperti kami itu pengen liburan bersama anggota OSIS.
”Bagus.. bagus..” Chika mengangguk senang. ”Ada lagi yang bersemangat seperti Jerry?” teriak Chika yang disambut teriakan setuju seisi kelas termasuk gue.
”Baik sodara-sodara” Chika menenangkan seisi kelas yang udah tampak beringas. ”Apa ada ide untuk memenangkan kelas kita?”
”Gue!” Andi maju dengan bangga ”Guys, gue ada ide kita bikin drama”
“Ah, drama doang mah biasa-biasa aja Ndi” Jesselyn ga setuju
“Ck, ck, ini bukan drama biasa non tapi drama yang fantastis, fenomenal dan bakal jadi trending topic setaro sekolah kita” Andi meyakinkan kami yang bikin penasaran. Yah, walopun gue udah tau tanggapan temen seisi kelas kalo tau judulnya ntar.
“emang judulnya apa?” tanya Jerry yang penasaran.
”Cinderella” jawab Andi sambil tersenyum bangga yang langsung diikuti dengan sorak ga setuju persis yang gue bayangin.
”ya elah, Ndi. Gue kira apa ga taunya drama jadul. Udah bosan gue!” temen-temen termasuk gue setuju pendapat Tasya.
“Tenang dulu, non. Ini bukan drama biasa. Ada yang berbeda dari drama-drama sebelumnya” Andi duduk di meja guru layaknya bos yang nenangin pegawai yang protes di PHK. ”kita akan membuat drama dengan tema abad pertengahan tetapi di beri bumbu cerita masa sekarang. Pokoknya seru dan gue udah siapin naskahnya” Andi membagikan naskah yang entah kapan tu anak perbanyakinnya.
Gue benar-benar tertarik dengan naskah yang diberi Andi. Ternyata tu anak ga salah. Drama ini bakal nyedot banyak penonton. Gue pengen banget jadi pangerannya. Sesekali gue pengen juga dipuja-puja walo di drama.
”Gimana?” Andi berlagak kayak bos sambil tersenyum penuh kemenangan.
”Drama lo bagus” puji Chika. “kita semua setuju drama lo jadi penentuan kemenangan kita” Andi bersorak penuh kemenangan. ”Kita serahin lo sebagai Sutradara dan gue produsernya. Masalah kostum tenang aja gue ama Jesselyn yang akan nanganinnya” kalo Chika udah campur tangan, semua pada lega karena tu anak emang bertanggung jawab terutama yang berhubungan dengan ngeluarin duit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Boy
Teen FictionIni kisah gue, Vio. kalo loe kira gue cewek, loe salah! gue cowok tulen! gue suka cewek terutama cinta sejati gue, Laura. Cewek cantik, anggun dan manis idaman gue. Sayangnya cinta gue bertepuk sebelah tangan. Laura lebih suka ama Tory, si kingkong...