Part 16

30 1 0
                                    

"Vio!" Panggil Tom mengejutkan gue. Apa ini mimpi? Sosok Tom, para guru, polisi, pihak hotel dan tim SARS yang datang seakan pahlawan di mata gue. Mereka menuruni tebing yang terdapat pijakan seperti anak tangga yang mudah untuk dilalui.

"Vio! Vicha! Tory! Kelly!" Teriak Andi yang juga berlari ke arah kami.

"Tom! Gue pikir gue ga lihat lo lagi" Gue memeluk Tom. Hampir aja gue berjalan mencari jalan pulang ke hotel. Ternyata setelah gue baru aja bangun, tim penyelamat datang.

"Lo ga apa-apa?"

"Ga, untung ada ka Audrey, Vicha, Kelly dan Tory sama gue" Kalau cuma gue sendiri di dalam mungkin gue akan panik ga tau harus ngapain. Terutama ga ada sinyal di dalam gua.

"Kelly, gue minta maaf" Emang harusnya tuh Andi minta maaf udah kabur ninggalin Kelly sendirian di gue.

"Ga, apa-apa." Kelly hanya tersenyum memaafkan Andi dengan mudah. Kalau gue jadi Kelly, gue udah hajar Andi dari awal liat mukanya!

"Gimana lo tau kita ada disini?" Tanya Vicha yang senang bertemu dengan Tom.

"Ka Audrey telepon sekolah,"

"What?!" Gue menatap ka Audrey kesal. Bukannya jaringan ga ada? Gue memeriksa jaringan telepon tetapi ponsel gue ga dapat sinyal. Gue menarik ponsel Tory dan dia juga ga ada sinyal.

"Punya gue juga ga punya sinyal" kata Kelly menunjukan layar ponselnya.

Kami menatap ka Audrey bersamaan. "Tadi ada sinyal sebentar."

Ah, masuk akal. Masuk akal apaan! Kalau ga liat Tory nahan ketawa, gue akan percaya dengan omongan ka Audrey! Gue baru ingat jaringan yang ka Audrey pake beda dengan jaringan kami semua!

Gue mau membongkar kejahatannya tetapi gue ga berani dengan resiko yang bakal gue terima.

"Ayo, kalian pasti kelelahan" Kata Pak Johan mengajak kami jalan.

"Kok, jalan? Ga pake kendaraan?"

"Ngapain pake kendaraan. Ini kan masih satu kawasan dengan hotel" Ucap Andi menjawab pertanyaan gue.

"F*ck!" Jadi ini masih satu kawasan hotel?

Kami menatap ka Audrey yang memasang wajah ga bersalah. Ia pasti udah tau, kan! Gara-gara dia, kami semua harus kedinginan dan tidur di atas pasir.

"Lo mau hajar kakak lo? Nanti gue bantu tahan dia," Bisik Tory menantang gue buat balas ka Audrey.

"Gue mau, tapi gue bisa dihajar balik, lo mau pasang badan terima pukulannya?" Tanya gue yang dibalas dengan senyuman lebar dari Tory.

"Anggap aja kita korbannya buat dekatin Vicha" Tory mengangkat bahunya.

Kami mengikuti guru, pihak hotel, polisi dan tim SARS menuju hotel. Peristiwa tersesatnya kami ternyata bikin gempar. Terutama adanya polisi dan tim SARS diminta mencari kami. Terutama dengan adanya gempa di dalam gua yang menutup jalan tempat kami berada. Setelah Tory menghubungi pihak sekolah, semua datang menemukan kami yang masih dalam kawasan hotel.

Berkat kami, pihak hotel jadi tahu jalan lain gua yang ada di bawah tebing dan tertutup dari atas. Bahkan menemukan tempat wisata baru di kawasan hotel mereka.

"Lo nanti jangan kaget." Bisik Tom setelah kami sampai ke dalam hotel.

"Kenapa?"

"Lo bakal tau sendiri nanti."

Kami makan dan istirahat sejenak sambil bercerita yang kami alami. Lalu diminta ke ruang pertemuan di hotel. Perasaan gue ga enak begitu melihat Laura di dalam.

"Maaf. Aku salah sudah mengubah panah arah jalan di gua" Ucap Laura membuat firasat gue jadi kenyataan.

"Kenapa kamu lakuin itu?" Gue ga menyangka Laura begitu jahat mengubah arah panah petunjuk jalan. Tapi kenapa? Kenapa dia bisa ngelakuin hal kayak gitu?

"Kenapa?" Laura menatap gue penuh kebencian. Bukan seperti Laura yang gue kenal selama ini.

"Itu semua karena gue benci dengan lo, Vio! Lo selalu aja dapatin yang gue mau!" Teriak Laura mengeluarkan semua kebenciannya ke gue.

"Tapi aku.." Gue ga tau harus ngomong apa. Gue ga pernah bermaksud mendapatkan yang dia inginkan. Gue malah ingin memberi semua yang dia pengen!

"Gue ga yakin lo benar-benar suka gue! Kalau lo suka gue, harusnya lo tolak semua yang harusnya jadi milik gue!"

"Kamu yang mengunci aku di gudang waktu itu?"

"Ya, gue pelakunya"

"Ini terakhir kali gue maafin lo. Tapi gue ga akan meminta lo bebas dari hukuman yang lo buat karena bukan cuma gue korban lo kali ini" Gue keluar ruangan bersama Tom dan Vicha yang mengikuti gue.

"Apa gue selalu jadi penghalang buat Laura?"

Tom menepuk punggung gue. "Bukan salah lo. Lo sudah nolak, kok. Tapi lo kaya magnet bikin semua orang suka dengan lo"

"Vio, apa bisa kita bicara berdua" Panggil Kelly ternyata ikut keluar. Gue mengangguk dan mengikuti kelly menjauh dari Tom dan Vicha.

"Vio, kamu jangan sedih. Kamu ga salah. Dia ga berhak nerima perasaan kamu." Ucap Kelly saat kami hanya berdua di koridor.

"Vio, aku suka kamu dari dulu." Ungkap Kelly mengejutkan gue. Kelly suka gue?

"Aku tau kamu suka dengan Laura. Tapi izinin aku buat dekatin kamu sampai kamu benar-benar melupakan Laura dan menerima aku."

"Gue.... Kenapa rasanya ga adil buat lo?"

"Ga ada yang ga adil. Gue mengejar cinta gue selagi lo masih sendiri ga punya pacar"

"Tapi gue ga janji buat balas perasaan lo"

"Tenang aja. Gue tau resiko yang gue ambil. Kita balik?" Ajak Kelly yang gue balas dengan anggukan.

Masalah yang dibuat Laura ga bisa dimaafkan karena hampir mencelakakan kami terutama adanya gempa yang hampir bikin kami mati kalau kami ga cepat lari dari reruntuhan. Gue ga bisa membayangkan kalau kami ga ketemu jalan keluar, mungkin kami akan berhari-hari di dalam gue tanpa makan atau minum. Bahkan mungkin kami ga akan selamat.

Orang tua kami pun datang untuk menyelesaikan masalah dan berakhir dengan kekeluargaan. Meskipun gue kecewa tetapi dengan orang tua Laura yang ternyata punya latar belakang yang kuat, akhirnya Laura bebas dari jeratan hukum.

"Kalian tenang aja. Ga selamanya mereka ada di atas." Ucap Papa saat kami berada di vila hotel yang papa pesan.

Papa berdiri seperti seorang jendral. Gue yakin papa punya rencana buat keluarga Laura dan gue ga bisa ikut campur kalau papa sudah memutuskan sesuatu. Apalagi meminta supaya membatalkan niat papa.

"Audrey ngerti, pa" Ka Audrey hanya diam sambil melirik gue.

"Vio juga"

"Kalian bisa tidur di sini," Mama mengajak kami untuk menginap dengan mereka.

"Engga, ma. Vio mau tidur dengan teman-teman Vio. Lebih dekat juga kalau kumpul buat kegiatan dari sekolah kami."

Kami memaksa pihak sekolah untuk meneruskan rencana kegiatan liburan. Tentu aja tanpa Laura yang langsung dibawa pulang oleh orang tuanya. Kami ga mau pulang dengan perasaan buruk. seenggaknya dengan nerusin liburan kami, kami bisa terhibur dari kejadian mengerikan yang baru kami alami.

"Baik, Mama dan papa Cuma bisa menginap malam ini. Besok mama papa harus balik lagi. Ajak teman-teman dekat kalian makan malam sama-sama kami malam ini"

"Iya,ma" gue ga sabar pengen kasih tau Vicha, Tom dan Kelly. Gue mau memperkenalkan Kelly ke bokap nyokap sebagai teman baru gue, untuk saat ini. 

*******

Cinderella BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang