Tepat pukul enam pagi alarm di ponsel Junghwan berbunyi, membangunkan pemiliknya yang refleks menoleh ke kiri, dan ia menghela napas begitu melihat ranjang di seberangnya lagi-lagi kosong tanpa penghuni.
Seingat Junghwan, shift pagi rumah sakit baru dimulai pukul delapan, masih ada waktu dua jam sebelum itu dan Doyoung sudah pergi meninggalkan asrama.
Semangat sekali.
Ia terkekeh pelan ketika mengingat kejadian tadi malam, Kim Doyoung yang penuh amarah selalu berubah menjadi manusia penurut tiap kali Junghwan ada di dekatnya.
Junghwan perawat, selain memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, ia juga mudah peka dengan lingkungan sekitar karena pekerjaannya mengharuskan dirinya untuk bersikap serupa.
Perangai Doyoung mungkin tidak seburuk itu, ia hanya belum nyaman karena tiba-tiba mendapat teman satu kamar setelah bertahun-tahun tinggal sendirian, dan Junghwan juga berusaha memaklumi.
Selama tindakan Doyoung tidak menyakitinya, maka tidak apa.
"Itu temen sekamar lo?" Junghwan ikut menoleh begitu teman kerjanya menunjuk salah satu profesor yang sedang mengomel. Ia mengangguk begitu menyadari bahwa laki-laki yang membelakanginya adalah Doyoung.
"Diomelin kenapa?" Tanyanya.
"Menurut lo?" Teman satu profesinya yang bernama Yujin itu balik bertanya.
Junghwan mengangkat bahu, masih belum memahami situasi yang terjadi di antara kedua orang yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.
"Temen lo lupa bawa snelli padahal lagi ada kunjungan pasien, tadi dia sempet nyari pinjeman ke loker staff lain tapi gak dapet karena emang pada gak bawa cadangan."
Tangan Junghwan bergerak, memperbaiki posisi kacamata yang sedikit turun di hidungnya. Netranya masih memandang Doyoung yang menunduk sambil terus dimarahi oleh dokter senior yang membimbingnya.
"Anaknya ngeselin, gak?"
"Siapa?"
"Kim Doyoung lah, siapa lagi."
"Biasa aja."
Yujin menatap Junghwan dengan pandangan tidak percaya, "Masa? Padahal dia lumayan nyebelin, ya emang pinter sih sampe bisa jadi dokter koas di umur dua puluh, bahkan lebih cepet dari kita yang ambil kuliah perawat, tapi sikapnya kadang ngeselin banget." Jelasnya panjang lebar, dengan suara pelan karena takut pemeran utama di obrolan mereka ikut mendengarnya.
"Ngeselin gimana?" Tanya Junghwan, mulai tertarik dengan topik pembicaraan.
"Gak berbaur sama yang lain, kayaknya emang cuma fokus sama koas supaya cepet selesai. Dia gak pernah keliatan di kantin, jarang ngobrol sama yang lain kecuali urusan pasien, sebelas dua belas sama kakaknya yang dulu jadi dokter di sini juga."
"Kakaknya?"
Yujin mengangguk, "Gue gak terlalu inget sih karena udah lumayan lama, itu juga pas gue masih magang. Tapi ya mirip, kakaknya gak punya temen di sini."
"Introvert kali?"
"Tolong bedain introvert sama asosial ya, So Junghwan." Yujin menyerahkan kertas berisi data pasien ke arah Junghwan. "Yaudah stop gibahnya, kita masih banyak kerjaan, lo juga masih harus kenalan sama beberapa dokter spesialis di atas."
Junghwan meraih berkas yang Yujin sodorkan, sedikit melirik ke arah Doyoung yang masih berdiri tidak jauh dari tempatnya. Netra mereka bertemu, kedua sudut bibir Junghwan terangkat sebelum mengikuti langkah seniornya yang kini menuntunnya menuju lift.
***
0218
Hari ketiga Junghwan di sini dan ia masih belum berkesempatan untuk bertanya perihal kata sandi kamarnya, dengan menenteng plastik berukuran lumayan besar, ia sedikit kesulitan ketika memutar kenop pintu asrama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metà [Hwanbby] ✔
FanfictionWhen vampire!Doyoung met an ordinary human, So Junghwan. Metà (n.) - my other half.