Tredici

2.3K 279 33
                                    

Mobil yang terhantam truk besar dari belakang itu sempat terguling beberapa kali sampai akhirnya berhenti dalam posisi terbalik. Suara dari radio yang mengalun menjadi satu-satunya latar belakang yang mengisi keheningan.

Perjalanan Doyoung dan keluarganya menuju Pulau Nami ternyata hanya mampu mereka lalui hingga mobil sampai di perbatasan Gangwon.

Kepalanya nyeri bukan main, namun beruntung karena kakaknya yang duduk di sampingnya memeluknya erat hingga anggota tubuhnya yang lain tidak terhantam apapun.

Dengan sisa tenaga yang ada, Doyoung menoleh dan ia menemukan Junkyu yang memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kakak..." Ucap Doyoung pelan, Junkyu hanya mengangguk samar sebagai jawaban.

Ini jam empat pagi, entah butuh berapa lama hingga bantuan datang, pengemudi truk yang ada di belakang seakan enggan membantu keluarga Doyoung yang jauh dari kata baik-baik saja.

Ia tidak tahu apakah orang tuanya masih hidup karena tidak ada satupun suara yang keluar dari mereka, ditambah tubuh Junkyu yang makin lama makin dingin terasa di kulitnya.

Delapan tahun Doyoung akhirnya terlelap karena mulai mengantuk, dan begitu ia membuka mata, hanya tersisa dirinya di rumah sakit yang dinginnya masih terasa bahkan hingga ia beranjak dewasa.

Kedua orang tuanya meninggal di tempat, jasad Junkyu dinyatakan hilang dan pencariannya masih terus dilakukan.

Delapan tahun Doyoung bahkan tidak lagi mampu menangis, air matanya seakan habis. Seharusnya ia ikut memeluk tubuh Junkyu agar tidak pergi kemanapun saat itu, seharusnya Doyoung pegang tubuh Junkyu erat-erat.

Dengan kepala yang masih dibebat, Doyoung hanya mampu duduk termenung di ranjang rumah sakit yang tidak pernah ia tinggalkan sejak hari pertama kedatangan.

Bahkan saat satu anak seusianya datang dan menatapnya heran karena kepalanya tertutup perban, Doyoung hanya mampu menjawab dengan gelengan pelan, ia masih belum ingin bicara dengan siapapun sebelum orang yang dirinya kenal datang dan menjemputnya dari sana.

Anak laki-laki yang menggunakan seragam taekwondo itu terus bicara, memperkenalkan siapa dirinya, apa tujuannya datang ke rumah sakit, dan sesekali bertanya walau Doyoung tidak pernah bicara.

Ia bahkan berjanji bahwa suatu hari akan merawat Doyoung, menjadikan itu cita-citanya, siap melepas taekwondo karena kini hanya tersisa Ibunya di rumah. Anak itu berkata ia akan berusaha keras untuk mewujudkan impiannya dan bertemu Doyoung lagi setelahnya.

Sisanya samar di ingatan, Doyoung bahkan tidak lagi ingat kenangan bersama kedua orang tua kandungnya karena orang yang kini ia panggil Papa dan Mama sudah terlalu banyak membantunya, memberinya cinta walau sering pergi entah kemana.


***

"Mama!" Tanpa sadar Doyoung berteriak saat melihat sosok perempuan paruh baya yang sedang duduk di sofa ruang tamu kediaman kakaknya.

Ia bahkan sedikit berlari untuk memeluk erat tubuh Ibu angkatnya, mereka memang sangat jarang bertemu karena orang tuanya terlalu sering menjadi relawan di tempat-tempat yang membutuhkan.

Pelukannya disambut dengan sama hangatnya, Junkyu hampir tertawa saat melihat ekspresi Doyoung yang berubah, padahal adiknya terus merengut sejak mereka menginjakkan kaki di rumah.

"Adek apa kabar? Koasnya baik-baik aja kan?" Doyoung mengangguk semangat, ia mulai menceritakan bagaimana kelanjutan pendidikan kedokteran yang hampir rampung dalam beberapa bulan.

Metà [Hwanbby] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang