Cinque

2.8K 366 122
                                    

Doyoung pun tidak tahu kemana semua ilmu yang ia dapat dari belajar tanpa henti karena lagi-lagi dirinya menggunakan alasan yang sama untuk menghindari tuduhan Junghwan.

Doyoung pura-pura pingsan.

Bahkan Kim Junkyu pun pasti akan gelagapan jika dihadapkan dengan situasi yang sama dengannya tadi malam, Junghwan akhirnya sibuk menyalakan penghangat ruangan di tengah musim panas karena suhu tubuh Doyoung yang cukup rendah, ditambah Doyoung yang terus meracau perihal badannya yang terasa lemas karena terlalu lelah.

Menjadikan itu alasan mengapa ia terus bersandar pada Junghwan.

Entah terlampau polos atau memang dasarnya bodoh karena teman sekamarnya itu percaya.

Biasanya Doyoung berangkat pukul lima; shift pagi atau malam, Doyoung pasti berangkat pagi-pagi sekali, menghindari pancaran sinar matahari yang akan membahayakan diri.

Itu normal dilakukan, tapi tidak bagi Junghwan. Rasanya laki-laki itu baru tertidur selama dua jam sampai telinganya mendengar suara berisik yang berasal dari sebelah ranjang, dan ketika dirinya berbalik, ia melihat Doyoung sibuk memasukkan berkas ke dalam tas kerja.

"Lo mau kemana?" Tanya Junghwan dengan suara serak khas bangun tidur.

"Rumah sakit, gue double shift hari ini."

Junghwan memicingkan mata lalu menatap jam digital yang ada di atas meja, "Baru jam segini? Shift pagi masih tiga jam lagi."

"Masih banyak kerjaan yang belum selesai, jam tujuh nanti juga harus ikut kunjungan pasien."

"Badan lo masih gak enak?"

Doyoung mengulum senyum dan kemudian menggeleng pelan, "Udah enakan, makasih ya lo harus kerepotan tadi malem."

Cukup lega saat mendengar jawaban teman satu kamarnya, Junghwan hanya mengangguk paham, ia masih sangat mengantuk dan untungnya hari ini ia mendapat shift malam, masih banyak waktu yang bisa digunakan untuk beristirahat.

"Gue berangkat dulu ya." Ucap Doyoung sembari berjalan keluar dari ruangan, Junghwan sedikit bersyukur karena sikap teman sekamarnya mulai berubah, tidak lagi ketus dan dipenuhi amarah.

Baru saja ia hendak menarik selimut, netranya menangkap snelli yang masih dibungkus plastik di atas meja, itu milik Doyoung.

"Doyoung!"

Karena tidak mendengar jawaban, Junghwan buru-buru keluar dari kamar sambil menenteng pakaian Doyoung yang tertinggal.

"Kim Doyoung!"

Berhasil, Doyoung yang berada di ujung tangga menuju lantai satu menghentikan langkah dan menatap Junghwan dengan heran.

"Snelli lo, katanya pagi ini ada kunjungan?"

Doyoung menepuk keningnya sendiri dengan sebelah tangan, "Astaga, makasih ya Junghwan. Gak tau nasib gue bakal gimana kalo hari ini diomelin karena lupa bawa snelli lagi, makasih ya." Ucapnya setelah meraih snelli yang masih terbungkus plastik dari tangan Junghwan.

Laki-laki jangkung yang masih mengenakan pakaian tidur di depannya pun tersenyum, barusan adalah kalimat paling panjang yang Doyoung ucapkan sejak pertemuan pertama mereka.

"Sama-sama, lo kalo butuh apa-apa bilang gue aja."

Kedua mata Doyoung terpejam begitu telapak tangan Junghwan mengusap pelan kepalanya, "Good luck, nanti shift malem sama gue ya."

Dan Doyoung hanya bisa mengangguk sambil tersenyum canggung, kebiasaan buruk Junghwan yang sudah nampak sejak hari pertama menghuni asrama adalah dengan mudahnya membuat perasaan Doyoung tidak karuan.


Metà [Hwanbby] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang