Siapa yang menyangka bahwa manusia pertama yang mengusik ketenangan, justru Doyoung izinkan untuk masuk ke hidupnya. Junghwan adalah orang yang berhasil membuat Doyoung merasakan banyak hal hanya dalam beberapa minggu.
Berawal dari rasa jengkel karena barangnya yang begitu berantakan, bau yang membuat Doyoung menghindarinya mati-matian, diikuti oleh rasa rindu yang sulit ia tahan. Kehadiran Junghwan membawa begitu banyak perubahan, dan tanpa sadar Doyoung menikmati tiap bagian demi bagian.
Doyoung tahu bahwa hubungan yang baru dimulai selama beberapa jam tidak akan berakhir baik, bisa dibilang beruntung jika tidak ada satu di antara mereka yang mati saat memperjuangkan hubungan, tapi entah kenapa perasaan nyaman saat berada dekat satu sama lain mengalahkan semua ketakutan.
Tidak apa mati jika ada di samping Junghwan, toh hidup selamanya di dunia rasanya terlalu lama.
Namun Doyoung tidak berpikir bahwa kemungkinan paling besar, yang mati justru kekasihnya.
Karena mau bagaimanapun juga, Doyoung masih butuh pengawasan orang-orang di sekitarnya. Bahkan minggu lalu ia masih terus menempel dengan Kim Junkyu karena tidak tahu harus berbuat apa atas masalah yang tiba-tiba datang tanpa diundang.
"Mikirin apa?" Suara serak khas bangun tidur membuyarkan lamunannya. Kepala Doyoung mendongak dan ia disambut dengan Junghwan yang menatapnya dengan mata setengah tertutup.
"Enggak." Jawab Doyoung seraya menggeleng, ia kembali menarik pinggang Junghwan dengan sebelah tangan untuk mendekat, berusaha menghirup bau yang makin dirasa candu.
Ringisan pelan keluar dari mulut Junghwan karena tenaga yang Doyoung pakai memang cukup kuat.
"Eh sakit ya? Sorry aku gak sengaja."
Kali ini Junghwan tertawa, seketika dibawa ke masa di mana Doyoung dengan tidak sopannya memindahkan lemari miliknya ke depan pintu kamar mandi.
"Maaf ya." Ucap Doyoung lagi sambil mengusap pelan pinggang Junghwan.
"Gapapa, jam berapa sih ini? Aku tidur terus kayaknya." Tanya Junghwan.
Netra Doyoung melirik jam digital yang ada di atas meja, "Udah masuk jam makan siang." Jawabnya, ia melepas pelukan lalu beranjak untuk duduk di atas ranjang. "Kamu bangun dulu, pesen makan terus mandi, jangan tidur terus." Lanjutnya.
Junghwan bangkit untuk meregangkan tubuh, semalaman berada di samping Doyoung mungkin adalah obat yang cukup ampuh. Karena dibanding kemarin, siang ini ia merasa jauh lebih baik.
"Udah enakan?" Tanya Doyoung lalu menyentuh kening Junghwan dengan punggung tangan. "Udah gak demam sih, tapi mandinya harus tetep pakai air hangat ya."
Yang lebih tinggi mengangguk, menyempatkan diri untuk mengecup sebelah pipi kekasihnya sebelum turun dari ranjang. "Mau mandi bareng, gak?" Tanya Junghwan dengan handuk di tangan.
Doyoung menggeleng kuat. "Gak mau, kamu bau."
Keduanya tertawa, tangan Doyoung memberi kode agar Junghwan cepat masuk ke kamar mandi. Biasanya saat libur yang sangat jarang terjadi seperti ini, Doyoung menghabiskan waktu untuk tidur hingga malam hari. Berada di bawah sinar matahari hanya akan membuat permukaan kulitnya terbakar hingga menembus pori-pori.
Namun hari ini dirinya ingin tetap terjaga agar dapat banyak bicara dengan Junghwan.
Kekasihnya itu cukup lama di kamar mandi, bahkan makanan yang Doyoung pesankan sudah datang tepat sebelum ia akhirnya selesai dengan urusannya sendiri.
"Kok cuma satu?"
"Kan cuma kamu yang makan." Jawab Doyoung, tersenyum puas karena akhirnya selesai menghidangkan makanan di atas meja lipat milik Junghwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metà [Hwanbby] ✔
FanfictionWhen vampire!Doyoung met an ordinary human, So Junghwan. Metà (n.) - my other half.