Doyoung hanya memejamkan mata sejak tadi, rungunya terus mendengar semua aktivitas Junghwan yang ada di balik punggung. Sekuat tenaga ia berusaha menghalau bau yang terus mengganggu indra penciumannya.
Tapi rasanya percuma karena makin malam, bau itu justru makin kuat, menguar di seluruh ruangan yang ia huni. Sesaat setelah mendengar napas teratur Junghwan, Doyoung berbalik dan menemukan teman sekamarnya yang mulai terlelap dengan mulut setengah terbuka.
Sial, baunya makin tercium jelas.
Entah setan apa yang membawanya karena perlahan Doyoung mulai turun dari ranjang untuk berjalan ke arah Junghwan.
Dan di sinilah ia sekarang, duduk di atas perut manusia yang belum genap dua hari ia temui, menghirup sebanyak mungkin bau yang terasa familiar, menghisap bibir atas dan bawah Junghwan bergantian.
Kim Junkyu pasti siap mengirimnya ke neraka jika saja ia tahu bahwa malam ini, adik semata wayangnya menghisap darah manusia langsung dari sumbernya.
Tapi tidak apa, Doyoung puas karena darah Junghwan terasa sangat manis dan meninggalkan bekas memabukkan di lidahnya.
Doyoung menjilat luka di leher Junghwan karena tidak ingin meninggalkan bekas yang dapat manusia itu lihat, dirinya masih harus berada di rumah sakit selama enam bulan ke depan untuk melanjutkan pendidikan, dan ia harap Junghwan tidak menjadi penghalang.
Netranya melirik jam digital yang ada di atas meja, masih ada waktu hingga matahari terbit dan Doyoung tidak ingin berjalan di bawah teriknya matahari menuju rumah sakit.
Ia pun bangkit lalu berjalan ke kamar mandi, bersiap memulai hari dengan semangat tinggi karena baru saja menghisap darah segar manusia yang baru dua hari ia temui.
Doyoung tahu ia akan mendapat konsekuensinya setelah ini, tapi tidak apa, Junkyu dan orang tua mereka pasti akan membelanya mati-matian. Mereka tidak mungkin membiarkan dirinya dihukum hanya karena kesalahan pertama yang ia buat.
Sebelum benar-benar meninggalkan kamar, Doyoung menyempatkan diri untuk memeriksa napas Junghwan, memastikan dirinya tidak benar-benar membunuh teman satu kamar di pertemuan pertama mereka.
Dan keberuntungan sedang berpihak padanya, untuk saat ini Junghwan terlihat sangat baik-baik saja.
***
"What the fuck, Kim Doyoung?"
Netra Doyoung refleks terpejam begitu mendengar umpatan yang keluar dari mulut kakaknya, ikatan batin yang terlampau kuat membuatnya seakan tahu apa hal aneh yang adiknya lakukan tadi malam.
"Untungnya orang tua kita lagi ada entah di mana, coba kamu bayangin kalau mereka ada di sini, kamu mau dibawa ke Benua Afrika atau daerah yang jauh dari Korea? Gak dikasih izin buat lanjut pendidikan dan jadi vampire meresahkan di sana?"
Benar, ucapan Junkyu tidak ada satupun yang meleset.
Kepala Doyoung terus menunduk, Kim Junkyu menjemputnya begitu tahu shift Doyoung selesai dan kini mereka ada di dalam mobil, sengaja mengambil jalan memutar karena Junkyu memang berniat mengomel panjang lebar.
"Doyoung. Kalau kejadian tadi malam keulang lagi, yang terancam bukan cuma kamu, tapi kita semua, semua vampire yang ada di Korea ikut terancam keselamatannya." Lanjut Junkyu.
"Kita masih belum tau siapa itu Junghwan dan latar belakang keluarganya, kamu pikir manusia bakal tinggal diam begitu tau darahnya dihisap paksa sama vampire yang surprisingly jadi temen satu kamar? Bisa jadi kamu langsung dibunuh sama dia saat itu juga."
Jelas Doyoung tidak berpikir sejauh itu, semalam ia hanya terobsesi dengan Junghwan, bau yang keluar dari tubuhnya, serta darah yang sangat terasa manis bahkan masih meninggalkan bekas di lidahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metà [Hwanbby] ✔
FanfictionWhen vampire!Doyoung met an ordinary human, So Junghwan. Metà (n.) - my other half.