Sedici

2.3K 283 37
                                    

cw / ngomong jorok, ciuman, ciuman, ciuman.


***

Dengan lengan yang ditarik kuat, Junghwan mengikuti langkah Doyoung yang terus menggiringnya entah ke mana. Padahal sebentar lagi mereka akan sampai di gerbang rumah sakit, mengapa ia justru membawanya kembali masuk ke dalam sini?

"Mau ke mana sih?" Tanya Junghwan setelah keduanya melewati loker karyawan, tadinya ia pikir Doyoung kembali untuk mengambil sesuatu di sana.

"Ssssttt." Jawab Doyoung singkat sembari memberi isyarat agar kekasihnya diam dan menurut.

Dan Junghwan hanya berdecak pelan, rautnya berubah begitu langkah Doyoung berhenti di depan gudang, ia membuka pintu dan dengan cepat membawa Junghwan untuk ikut masuk ke dalam.

"Mau ngapain?" Tanya Junghwan lagi.

Doyoung yang bingung pun ikut berdecak lalu menarik tubuh kekasihnya ke belakang rak yang berisi peralatan medis, rasanya pengap tapi mereka -hanya Doyoung lebih tepatnya-tidak memiliki pilihan lain.

Yang lebih tinggi kini bersandar di sana dengan posisi membelakangi pintu, sedangkan Doyoung berdiri tepat di depan Junghwan, dengan tubuh saling menempel dan tidak menyisakan jarak sama sekali di antara mereka.

"Kim Do-"

Ucapan Junghwan berhenti karena Doyoung yang menutup mulutnya dengan tiba-tiba, kembali memberi isyarat agar ia diam dan tidak lagi bicara. Junghwan kini bertanya lewat tatapan mata, dan Doyoung hanya menggeleng sambil memohon agar Junghwan menuruti kemauannya.

Telinga Doyoung menangkap suara samar dari depan pintu, itu pasti kedua orang tuanya.

"Ada Mama sama Papaku." Bisik Doyoung sambil berjinjit dan mengintip dari balik punggung yang lebih tinggi. Kepalanya terus bergerak, berusaha melihat keadaan di luar melalui celah jendela yang tidak tertutup gorden.

Dari sini Doyoung mendapati bayangan kedua orang tuanya yang berjalan bolak-balik di depan pintu, dalam hati ia berdoa agar keduanya cepat pergi. Namun mereka justru terus berdiri di sana, seakan menunggu Doyoung yang akan muncul secara tiba-tiba.

Doyoung berdecak begitu merasakan tangan yang menutupi mulut Junghwan mulai basah, kekasihnya itu baru saja menjilat telapak tangannya.

"What the hell? Kotor!" Protesnya, masih dengan suara pelan. Ia mengelap tangannya ke lengan kaos yang Junghwan gunakan.

Andai Doyoung tahu bahwa Junghwan hampir pingsan karena kekurangan oksigen, kapan vampire itu sadar kalau tenaganya jauh lebih kuat dibanding manusia biasa?

Junghwan yang sejak tadi berdiri mematung mulai melingkarkan kedua tangan ke pinggang kekasihnya, berusaha membuat tubuh Doyoung seimbang karena sejak tadi ia benar-benar tidak bisa diam.

Sedangkan Doyoung kini meremat bahu Junghwan dengan kedua tangan, ia masih berusaha fokus dengan keadaan di luar dan tidak ingin orang tuanya tiba-tiba masuk ke dalam lalu memergoki anak mereka dengan posisi hanya berdua dengan manusia.

Bisa langsung diseret Junghwan setelahnya.

Helaan napas lega keluar dari mulutnya begitu melihat bayangan orang tuanya kini tidak lagi ada di sana, ia menempelkan kening ke bahu Junghwan, dengan kedua tangan yang mulai bergerak untuk melingkar di belakang leher kekasihnya.

"Udah pergi?" Tanya Junghwan, tepat di telinganya.

Doyoung mengangguk, ia menarik kepala dan netranya disambut dengan tatapan teduh Junghwan yang terasa menenangkan.

Metà [Hwanbby] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang